Ericsson PHK 14.000 Karyawan, Nokia Sudah Pangkas Duluan

Ericsson PHK Karyawan

Selular.ID – Kinerja Ericsson yang terbilang masih naik turun, memaksa vendor jaringan asal Swedia itu mengambil keputusan yang tidak popular. PHK terhadap ribuan tenaga kerja.

Raksasa telekomunikasi yang berbasis di Stockholm itu, merinci rencana untuk mengurangi jumlah karyawannya hingga 1.400 di pasar asalnya di Swedia setelah negosiasi dengan serikat pekerja. Jumlah itu merupakan pengurangan sebanyak 10% dari total karyawan perusahaan.

Dalam pernyataan resmi, Ericsson menyebutkan bahwa pengurangan staf adalah bagian dari program pemotongan biaya yang lebih luas, dengan area lain yang ditargetkan termasuk pengurangan penggunaan konsultan dan proses perampingan.

Pada Desember 2022, vendor jaringan yang berbasis di Stockholm itu, merinci rencana untuk menghapus SEK9 miliar ($869,6 juta) dari biaya pada akhir 2023.

Baca Juga: Gelombang Pertama PHK Ericsson: 1.400 Karyawan Terdampak, Telan Dana USD 869,6 Juta

Mengutip sumber, Reuters mengklaim bahwa setelah karyawan di dalam negeri, pengurangan sejumlah beberapa ribu pekerjaan di pasar lain akan diumumkan oleh Ericsson dalam beberapa hari mendatang.

Kinerja Ericsson belakangan memang tidak stabil. Pendapatan tahunan Ericsson sepanjang 2022 mencapai $26,91 miliar, turun 0,66% dibandingkan 2021.

Ericsson terakhir kali melakukan PHK massal pada 2017. Perusahaan memangkas ribuan karyawan dan fokus pada penelitian untuk menarik perusahaan keluar dari kerugian.

Langkah PHK menempatkan Ericsson pada barisan perusahaan teknologi yang terpaksa merampingkan jumlah karyawan. Seperti Meta, Microsoft, Google Alphabet, Yahoo, Amazon, Twitter, Tencent, JD.Com, Netflix, SalesForce, dan lainnya.

Melesunya perekonomian dunia karena meningkatnya inflasi, berdampak pada anjloknya pertumbuhan pendapatan. Agar tidak membebani kinerja, langkah PHK tidak terhindarkan.

Sejatinya langkah Ericsson memangkas belasan ribu karyawan, sudah dilakukan lebih dahulu oleh pesaing terdekatnya, Nokia.

Vendor jaringan telekomunikasi yang berbasis di Oslo itu, telah melakukan PHK terhadap lebih dari 10.000 karyawannya dalam dua tahun terakhir.

Dilansir dari Gizchina, Rabu (10/3/2021) langkah PHK tersebut, membuat Nokia mampu mengurangi beban tenaga kerja hingga USD 597 juta atau Rp 8,5 triliun dalam setahun.

Hasilnya pun terbilang efektif. Perusahaan teknologi yang kini ditukangi oleh Pekka Lundmark itu, mampu membukukan peningkatan pendapatan pada Q4 2022, didukung oleh keuntungan pada seluruh lini bisnisnya.

Tercatat sepanjang Q4-2022, penjualan bersih Nokia tumbuh 16% tahun-ke-tahun menjadi €7,4 miliar, dengan unit infrastruktur jaringan tumbuh 14% karena percepatan jaringan optik dan IP.

Peningkatan pendapatan terbesar datang dari divisi teknologi, yang melesat hingga 82% sebagai “penerima lisensi jangka panjang menggunakan opsi”. Penjualan perusahaan juga melonjak, tumbuh 49%.

Dengan pertumbuhan yang kuat di berbagai lini bisnis itu, laba bersih Nokia terkerek naik. Tak tanggung-tanggung, meningkat 364% menjadi €3,2 miliar.

Baca Juga: Demi Mengejar Bisnis Baru, Nokia Tinggalkan Logo Lama

Kinerja Nokia yang kini mentereng kontras dengan pencapaian perusahaan pada beberapa tahun sebelumnya.

Tengok saja pada pada 2018 Nokia masih menelan kerugian hingga € 549 juta. Begitu pun pada tahun fiskal 2017, Nokia mencatatkan rugi bersih sebesar 1,49 miliar euro atau setara US$1,8 miliar.

Kerugian yang harus ditelan Nokia itu, naik dua kali lipat dari tahun 2016 dimana perusahaan mencatatkan rugi bersih 751 juta euro.

Lundmark yang menggantikan Rajiv Suri sebagai CEO pada 2019, memuji perusahaan karena berhasil “menavigasi tantangan geopolitik, ekonomi, dan pasokan” untuk menjalankan strateginya dan memberikan “kinerja setahun penuh yang kuat”.

Demi mendorong pertumbuhan perusahaan di masa datang, Nokia bahkan rela mengganti logo lama yang sudah bertahan selama 60 tahun.

Logo baru yang diusung Nokia secara resmi diperkenalkan oleh Lundmark, menjelang digelarnya perhelatan MWC 2023 di Barcelona, Minggu (26/2).

Perubahan logo yang mencerminkan visi baru Nokia, membuat Lundmark lebih optimis perusahaan yang dipimpinnya akan semakin berkembang.

Ia tidak ingin Nokia hanya berkutat pada pasar jaringan telekomunikasi yang selama bertahun-tahun menjadi core business Nokia, namun juga teknologi bisnis yang ke depannya akan lebih menjanjikan.

Meski di medan yang baru itu, perusahaan harus bersaing dengan raksasa teknologi lainnya, seperti Google Alphabet, Microsoft, dan Amazon.

Baca Juga: Sukses Turn Around, Pekka Lundmark Pacu Terus Kinerja Nokia