Selular.ID – Kinerja Amazon, khususnya divisi e-commerce, memang tidak sedang baik-baik saja. Tercatat, pendapatan operasional Amazon anjlok 48,98% (YoY) menjadi hanya US$ 2,5 miliar pada kuartal ketiga 2022.
Kebiasaan berbelanja konsumen yang berubah pasca-pandemi dan melonjaknya inflasi yang memangkas daya beli, membuat pendapatan Amazon menukik tajam.
Hal itu berujung pada kebijakan yang tidak popular. Perusahaan terpaksa memangkas 18 ribu karyawannya. Salah satu yang terbesar dalam sejarah industri teknologi di dunia.
Meski pendapatan dari divisi e-commerce menurun, namun kinerja Amazon tertolong oleh divisi lain, yaitu Amazon Web Services (AWS).
Sepanjang 2022, Amazon Web Service menghasilkan pendapatan sebesar 80 miliar dolar AS dari layanan cloud. Dari 2013 hingga hari ini, pendapatan tahunan solusi komputasi awan dan hosting AWS terus meningkat. Menjadikannya cash cow yang efektif bagi pertumbuhan perusahaan.
Demi mengejar pertumbuhan lebih baik, AWS terus berekspansi di wilayah-wilayah pertumbuhan baru, terutama Asia Tenggara, dengan gelontoran dana yang terbilang fantastis.
Baca Juga: AWS Gandakan Infrastruktur Cloud, Keterampilan Digital, dan Jaringan Partner Lokal
Pada Rabu (1/3), divisi cloud computing dari Amazon itu, mengungkapkan bahwa pihaknya berencana untuk menginvestasikan $6 miliar di Malaysia selama 14 tahun ke depan untuk memperkuat infrastruktur layanan cloud di negara jiran tersebut.
Mega investasi itu menandai langkah terbaru perusahaan dalam rencana yang terbilang ambisius, membangun wilayah infrastruktur AWS di seluruh Asia Tenggara.
Seperti dilaporkan Reuters, hub infrastruktur akan memungkinkan pelanggan di wilayah tersebut untuk menyimpan data dengan aman, kata anak perusahaan Amazon itu dalam sebuah pernyataan.
Untuk diketahui, platform cloud AWS menawarkan lebih dari 200 layanan, termasuk penyimpanan, robotika, dan kecerdasan buatan.
Sebelum Malaysia, tahun lalu AWS juga telah mengumumkan investasi $5 miliar di Thailand. Begitu pun dengan Indonesia yang kebanjiran investasi jumbo dari raksasa AS yang berbasis di Seattle, Washington itu.
Perusahaan yang didirikan oleh Jeff Bezos itu, telah membuka wilayah (region) di Jakarta pada Selasa (14/12/2021).
Dengan peresmian ini, Jakarta (Indonesia) menjadi region kesepuluh AWS di kawasan Asia Pasifik sekaligus menjadi region kedua di Asia Tenggara setelah Singapura.
AWS juga berkomitmen untuk menginvestasikan total 5 miliar dollar AS (sekitar Rp 71 triliun) di Indonesia selama 15 tahun ke depan, melalui AWS Asia Pacific (Jakarta) Region yang baru.
Investasi itu mencakup belanja modal untuk pembangunan data center, biaya operasional terkait dengan utilitas yang sedang berjalan dan biaya fasilitas, dan pembelian barang dan jasa dari pelaku bisnis regional.
Gurihnya Pasar Data Center di Indonesia
Pasar cloud computing di Indonesia terbilang menggiurkan. Mengutip kajian IDC yang diterbitkan beberapa waktu lalu, nilai pasar layanan cloud di tanah air bisa mencapai US$933,63 juta pada 2023 atau naik 25% dari 2022 sekitar US$747,15 juta.
Associate Market Analyst IDC Indonesia Nabila Jasmine menjelaskan pertumbuhan bisnis cloud didukung adopsi yang terus meningkat, terutama pada korporasi dan dorongan digitalisasi oleh pemerintah.
“Pertumbuhannya didorong oleh prioritas bisnis organisasi yang kini berfokus pada akselerasi digital dengan mengoptimalkan cloud untuk mencapai business agility, efisiensi, dan menciptakan customer experience yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan profitabilitas,” ujar Nabila.
Di sisi lain, Research Manager IDC Thailand Prapussorn Pechkaew menjelaskan, ada beberapa penggerak pasar untuk layanan cloud di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Teknologi AWS Masa Depan Andalkan 3 Inovasi Terbaru
Di antaranya, modernisasi infrastruktur, lebih banyak pilihan wilayah/pusat data cloud, kemampuan pengembangan internal, low-code/no-code untuk mendorong efisiensi pengembangan, ekonomi digital dan start-up, pengalaman pelanggan, dan perencanaan sumber daya perusahaan cloud (ERP).
Selain hal-hal tersebut di atas, kebijakan dan inisiatif pemerintah menjadi pendorong penting bagi perkembangan pasar cloud di Indonesia, termasuk dalam mendukung roadmap ekonomi digital Indonesia.
“Contoh inisiatif pemerintah Indonesia saat ini adalah pembangunan Pusat Data Nasional untuk government cloud oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang ditargetkan untuk mendukung layanan pemerintah dan tata kelola data di sektor publik,” jelas Prapussorn.
Komitmen AWS Membangun Talenta Digital
Di sisi lain, investasi jumbo yang digelontorkan AWS di Indonesia, menujukkan pentingnya pasar data center di Tanah Air.
Seperti disampaikan oleh Gunawan Susanto, Country Manager Indonesia, Amazon Web Service memiliki komitmen tinggi untuk membantu Indonesia mengatasi kekurangan talenta dengan keterampilan digital dan cloud melalui pendidikan digital.
Sejauh ini AWS telah melatih lebih dari 300.000 individu di Indonesia dan membekali mereka dengan keterampilan cloud sejak 2017.
AWS menawarkan berbagai kursus digital mandiri seperti Data Analytics Fundamentals (Dasar-dasar Analitik Data) serta sertifikasi yang diakui industri seperti kredensial AWS Certified Data Analytics, yang ditujukan bagi individu yang memiliki pengalaman dan keahlian bekerja dengan layanan AWS untuk merancang, membangun, mengamankan, dan memelihara solusi analitik.
Baca Juga: AWS Ungkap Potensi Machine Learning dan Komputasi Tepi Untuk Pelanggan 5G
“Data dapat menjadi sumber pertumbuhan yang sangat berharga bagi organisasi di Indonesia. Kuncinya adalah mengenali nilai inheren dari data, menganalisisnya secara efektif, dan menciptakan sebuah budaya berbasis data,” kata Gunawan.
Amazon Web Service, kata Gunawan, berkomitmen untuk membantu pelanggan di Indonesia, di manapun saat ini mereka berada dalam tingkat kematangan data, dalam memanfaatkan skalabilitas, efisiensi biaya, dan keamanan cloud untuk menerapkan proyek data dengan skala lebih besar. Sekaligus menyatukan data mereka guna mendorong produktivitas serta untuk berinovasi atas nama pelanggan.
Menurutnya, seiring dengan meningkatnya kematangan data organisasi di Indonesia, mereka akan mampu menciptakan cara-cara baru untuk memecahkan masalah dan membangun pengalaman pelanggan, yang pada akhirnya akan mengarah pada terobosan di semua bidang termasuk kesehatan, e-commerce, dan operasi manufaktur.