Studi: Karyawan Kurang Peka Terhadap Isu Keamanan Perangkat Mobile

Ilustrasi sistem keamanan untuk perangkat mobile
Ilustrasi sistem keamanan untuk perangkat mobile
Ilustrasi sistem keamanan untuk perangkat mobile

Jakarta, selular.ID – Bicara penggunaan perangkat mobile di era BYOD, kebanyakan bisnis tidak siap terhadap meningkatnya risiko keamanan akibat gaya hidup pekerja sehingga menciptakan kesenjangan yang mengkhawatirkan seputar praktek keamanan di dunia korporasi. Kesenjangan yang disebabkan perbedaan umur, gender, tingkat penghasilan, industri, dan lokasi geografis telah memberikan efek langsung terhadap keamanan data perusahaan.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Aruba Networks, terlihat bahwa perilaku pekerja yang semakin cenderung berbagi perangkat tanpa mempertimbangkan risiko keamanan di tempat kerja mereka. Studi ini menunjukkan bahwa industri yang melek teknologi dan penuh aturan, pria yang bergaji lebih tinggi, dan negara berkembang memiliki risiko tertinggi dalam hal keamanan data perusahaan.

Studi ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga (37 persen) perusahaan tidak mewaspadai risiko yang ada di depan mereka sehingga tidak menyiapkan kebijakan keamanan apapun. Hampir seperlima (18 persen) pekerja tidak menggunakan perlindungan password pada perangkat mereka, yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak melakukan tindakan pengamanan yang paling dasar sekalipun.

“Dalam dunia yang saling terkoneksi saat ini, perusahaan perlu mengambil pendekatan adaptive trust untuk konektivitas dan keamanan data, dengan mengidentifikasi preferensi masing-masing pekerja serta mengaitkannya dengan beberapa lapisan informasi dalam rangka membangun infrastruktur yang aman di lingkungan mereka,” kata Ben Gibson, CMO Aruba Networks.

Aruba berpendapat apabila perusahaan-perusahaan mampu secara strategis mengukur dan cerdas dalam mengelola keamanan mereka, metode kerja terbuka dan fleksibel serta  pertukaran informasi yang dibawa pekerja, justru akan memacu inovasi bisnis baru.

“Perusahaan harus berusaha untuk membangun kerangka kerja dan operasional yang aman bagi semua pekerja, dan bukannya menahan (kreativitas) mereka,” pungkasnya.