Oleh: Fetra Syahbana, Country Manager F5
Bencana banjir yang melumpuhkan Jakarta beberapa waktu lalu mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keberlangsungan aktivitas bisnis di perusahaan, setidaknya melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan dampak bencana terhadap bisnis.
Banyak kasus terjadi dimana perusahaan kehilangan potensi bisnis ataupun kerugian karena karyawan tidak bisa mengakses informasi maupun aplikasi yang terdapat di dalam sistem perusahaan. Memang tren BYOD (Bring Your Own Device) menjadi solusi yang memungkinkan para karyawan memilik akses ke dalam sistem perusahaan. Apakah masalah terselesaikan? Belum tentu.
Permasalahan selanjutnya yang timbul adalah aksesibilitas – aplikasi berjalan lambat atau bahkan tidak bisa diakses sama sekali. Hal ini terjadi karena lonjakan traffic dari user yang mengakses sistem perusahaan dari luar jaringan perusahaan dan sistem perusahaan tidak mampu mengelola incoming dan outgoing traffic dengan baik.
Sebagai contoh, bayangkan kerugian yang ditimbulkan ketika masalah ini menimpa institusi perbankan dan mengakibatkan banyak proses pembayaran yang terhambat; karena pengguna yang memiliki otorisasi untuk menjalankan transaksi tidak bisa mengakses aplikasi / sistem perusahaan. Aksesibilitas menjadi hal yang sangat penting untuk dijaga. Dalam kondisi apapun, jika akses terhambat maka laju bisnis perusahaan juga terhambat.
Demi menjaga keberlangsungan bisnis, perusahaan haruslah mampu memastikan bahwa akses ke aplikasi perusahaan memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi, mampu berjalan dengan cepat, bisa diandalkan, dan tentu saja dapat diakses dengan aman – terlepas darimana dan kapan pemakai mengakses, serta di mana aplikasi perusahaan tersebut disimpan (cloud ataupun on-premise). Perusahaan harus bisa mengatasi tantangan aksesibilitas ini seiring dengan meningkatnya kompleksitas sistem yang diakibatkan karena BYOD – aplikasi dan pengguna sama sama berpindah-pindah tempat.
Solusi Application Delivery Controller (ADC) yang standar tidak lagi bisa membantu perusahaan mengatasi tantangan tersebut secara optimal. Saat ini diperlukan solusi ADC yang bisa menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Maksudnya, ADC model baru haruslah bisa memastikan bahwa akses ke aplikasi perusahaan memiliki tingkat ketersediaan dan keamanan tinggi, serta kinerja yang cepat terlepas dari dimana lokasi pengguna dan aplikasi perusahaan (cloud ataupun on-premise).
Model ADC terbaru ini lebih dari sekadar hybrid karena tidak hanya menjangkau sistem perusahaan, namun juga dapat menyediakan layanan ke aplikasi, dan pengguna serta perangkatnya; baik perangkat komputer yang terdapat di dalam jaringan perusahaan maupun perangkat yang digunakan untuk BYOD.
ADC juga harus memiliki fungsi layaknya Content Delivery Network (CDN) yang sanggup mempercepat akses ke dalam aplikasi terlepas dari manapun (lokasi dan jenis perangkat yang digunakan) pengguna mengaksesnya dan dimanapun aplikasi tersebut berada.
Hal lainnya yang patut di jaga adalah memastikan bahwa akses tersebut aman. Menurut sebuah hasil penelitian dari yang berjudul Data Breach Investigations Report (DBIR) 2014 dari Verizon , di hampir seluruh negara di dunia (termasuk Indonesia), rata-rata damage per second (DPS) dari sebuah serangan DDoS telah meningkat dua kali lipat selama lima tahun terakhir. Besaran bandwith dari sebuah sebuah serangan DDoS di tahun 2011 mencapai 4.7 Gbps, di tahun 2012 mencapai 7.0 Gbps , dan di tahun 2013 mencapai 10 Gbps. Selain itu, hasil penelitian dari Akamai yang berjudul “State of the Internet 2014 study”, juga mengungkap bahwa serangan DDoS setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 50% .
Kondisi ini tentunya memaksa perusahaan untuk memiliki sistem keamanan yang juga turut berkembang dari waktu ke waktu, yang pada akhirnya memberikan beban finansial lebih kepada perusahaan. Jika kondisi keuangan memungkinkan tentu saja hal ini bukan masalah bagi perusahaan. Lalu bagaimana dengan yang lain? Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan layanan perlindungan berbasis cloud. Dengan memanfaatkan platform seperti itu, perusahaan akan memiliki sistem keamanan yang skalabel, fleksibel, dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, dan tentu saja efektif secara biaya.
Jika sistem dan aplikasi perusahaan memiliki aksesibilitas tinggi dengan berbagai solusi yang ada saat ini, perusahaan senantiasa mampu memastikan keberlangsungan bisnis meskipun dalam kondisi bencana sekalipun; seperti banjir yang melanda Jakarta beberapa waktu lalu. Karena karyawan akan dapat beraktivitas seperti biasa secara lancar dan aman meskipun tidak berada di kantor dan menggunakan perangkat milik pribadi.
Tentang Penulis
Fetra Syahbana adalah Country Manager F5 di Indonesia. Dia bertanggung jawab untuk mengelola serta mengembangkan pasar di Indonesia. Sebelum bergabung dengan F5, Fetra telah bekerja selama lebih dari 19 tahun di IBM. Di perusahaan tersebut, Ia berhasil menduduki berbagai posisi teknis hingga posisi manajemen.