Bos Red Hat Bicara 5G dan Proyeksi 6G di Indonesia

Michael Tadault Chief Technologist Telco Red Hat APAC
Michael Tadault Chief Technologist Telco Red Hat APAC

Selular.ID – Penyedia solusi software open source enterprise Red Hat berbicara mengenai perkembangan teknologi 5G di dunia dan potensi 6G di Indonesia.

Berbincang dengan CEO and Editor in Chief Selular Uday Rayana, Hidetsugu Sugiyama selaku Chief Architect at Red Hat mengatakan jika suatu negara tidak dapat mencapai 5G, pada dasarnya negara tersebut tidak dapat melompat ke 6G.

Sementara itu Michael Tadault sebagai Chief Technologist Telco, Red Hat APAC, menambahkan, 6G bukanlah solusi bagi operator yang belum memiliki kesiapan untuk menerapkan standar 5G.

Berikut kutipan interview eksklusif Uday Rayana bersama Hidetsugu Sugiyama dan Michael Tadault.

Baca Juga: Dorong Inovasi di Open Hybrid Cloud, Red Hat Enterprise Linux 9 Diluncurkan

Uday Rayana:
1. Layanan 5G masih memiliki jangkauan terbatas, tetapi vendor jaringan sudah mulai mengembangkan 6G. Apa keunggulan 6G dibanding generasi sebelumnya, terutama dalam kasus kecepatan, latensi, dan penggunaan?

Hidetsugu Sugiyama dan Michael Tadault:
Kalau 4G membangkitkan internet seluler, dan 5G menawarkan komunikasi seluler di luar smartphone, 6G dapat mendorong peningkatan penggunaan IoT secara besar-besaran.

6G akan semakin meningkatkan kinerja 5G dalam hal kecepatan tinggi, kapasitas besar, latensi rendah, dan banyak koneksi pada skala yang lebih besar dari sebelumnya.

Bandwidth besar yang tersedia pada frekuensi sub-terahertz (THz) yang dipertimbangkan untuk digunakan oleh 6G akan memungkinkan transfer informasi dalam jumlah yang sangat besar, dibandingkan dengan yang saat ini digunakan untuk 4G dan 5G.

Baca Juga: PT Ingram Micro Indonesia dan Red Hat Resmi Kerjasama Dalam Penyediaan Open Source di Indonesia

Ada banyak contoh kasus dan skenario yang dapat timbul dari 6G, jadi kita akan fokus ke beberapa saja.

6G memungkinkan pengaplikasian virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), contohnya menavigasi dunia melalui hologram yang imersif dan perawatan kesehatan yang presisi.

Dalam hal otomotif, di masa depan, dimungkinkannya peta 4D real-time, yang akan memungkinkan monitoring, pengelolaan, dan pengoperasian infrastruktur dengan lebih baik.

Dengan pemetaan 4D, kita bisa meninjau bagaimana cara mengelola semua ruang, termasuk ruang udara di atas kita, atau lautan di bawah kita.

Beberapa organisasi R&D di perusahaan Telco sudah mulai bereksperimen dengan frekuensi tinggi seperti sub-terahertz band, yang melebihi 100 GHz, dan area perluasan komunikasi ke udara, laut dan luar angkasa, yang sebelumnya sulit dicapai.

Baca Juga: Bantu Pelanggan Manfaatkan Solusi Open Source, Red Hat Apresiasi 7 Mitranya

Karena 6G lebih hemat daya daripada 5G, sangat memungkinkan untuk mengisi ulang daya perangkat IoT yang low-power di jaringan.

Efisiensi ini, akan mengubah ekonomi dari pemakaian skala besar dan membantu upaya-upaya sustainability, contohnya melalui monitoring ekosistem dan data set yang besar secara lebih baik dan real time.

Jaringan 6G mungkin menurunkan latensi lebih rendah lagi.

Artinya start time untuk film, TV, dan game hanya akan dibatasi oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan layar untuk menyala.

Dengan kemungkinan augmented reality dan ketersediaan 6G, panggilan video bisa sejelas berdiri di depan orang lain.

Baca Juga: Red Hat Ungkap Amunisi Operator Berperang Melawan OTT

Membuat 6G menjadi kenyataan adalah salah satu proyek penting dalam konsep IOWN (Innovative Optical and Wireless Network) dari NTT Group di Jepang.

Red Hat adalah salah satu anggota dewan di IOWN Global Forum.

Michael Tadault sebagai Chief Technologist Telco, Red Hat APAC
Michael Tadault sebagai Chief Technologist Telco, Red Hat APAC

Memahami kinerja sistem adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh industri dalam melakukan komersialisasi 6G.

Untuk mendukung berbagai contoh kasus yang bakal terjadi di masa depan setelah 5G, 6G perlu memungkinkan penggunaan fungsi jaringan yang fleksibel dan mempertimbangkan beragam topologi jaringan.

Dalam hal penerapan fungsi Radio Access Network dan Core Network, biasanya terkonsentrasi pada fasilitas berskala besar dan terdistribusi di jaringan operator publik, contohnya di stasiun pangkalan radio dan kantor pusat.

Di masa mendatang, lebih banyak fungsi ini akan didistribusikan ke on-premise lokal di jaringan privat pengguna bisnis atau yang setara, untuk menangani contoh kasus seperti keamanan yang lebih baik dan transmisi dengan latensi yang lebih rendah.

Baca Juga: Geber Transformasi Digital, BTPN Syariah dan Pegadaian Diganjar Penghargaan Red Hat

Halaman berikutnya

Kapan Indonesia bisa menikmati layanan 6G?