FBI Berhasil Lumpuhkan Hive Dari Layanan Ransomware

FBI Hive

Selular.ID – Federal Bureau of Investigation (FBI) berhasil melawan grup ransomware, Hive untuk menggagalkan tebusan besar bagi korbannya.

Departemen Kehakiman mengumumkan minggu ini bahwa agen FBI berhasil mengacaukan rencana Hive, grup ransomware yang terkenal, dengan mencegah kampanye tebusan senilai $130 juta yang targetnya tidak perlu lagi mempertimbangkan untuk membayar.

Sementara itu dalam laporannya mengklaim kelompok Hive telah bertanggung jawab untuk menargetkan lebih dari 1.500 korban di lebih dari 80 negara di seluruh dunia.

Hive telah dianggap sebagai ancaman ransomware lima besar oleh FBI. Menurut Departemen Kehakiman, Hive telah menerima lebih dari $100 juta uang tebusan dari para korbannya sejak Juni 2021.

Departemen sekarang mengungkapkan telah menyusup ke jaringan kelompok selama berbulan-bulan sebelum bekerja dengan pejabat Jerman dan Belanda untuk menutup server dan situs web Hive minggu ini.

FBI mengklaim bahwa dengan meretas secara diam-diam ke server Hive, dengan begitu ia dapat mengambil lebih dari 300 kunci dekripsi dan meneruskannya kembali ke korban yang datanya dikunci oleh grup.

Jaksa Agung Amerika Serikat, Merrick Garland mengatakan dalam pernyataannya bahwa dalam beberapa bulan terakhir, FBI menggunakan kunci dekripsi tersebut untuk membuka sebuah distrik sekolah Texas yang menghadapi tebusan $5 juta.

Lalu sebuah rumah sakit Louisiana yang telah dimintai $3 juta, dan sebuah layanan makanan yang tidak disebutkan namanya. perusahaan yang menghadapi tebusan $ 10 juta.

Hive adalah grup ransomware terbesar yang telah dihancurkan oleh FBI sejak REvil pada tahun 2021, yang bertanggung jawab atas kebocoran skema MacBook dari pemasok Apple.

FBI, selama mengintai Hive, menemukan lebih dari 1.000 kunci enkripsi yang terkait dengan korban sebelumnya dari grup tersebut, dan Direktur FBI Christopher Wray mencatat bahwa hanya 20 persen dari korban yang terdeteksi yang meminta bantuan FBI.

Banyak korban serangan ransomware menahan diri untuk tidak menghubungi FBI karena takut akan dampak dari peretas dan pengawasan di industri mereka karena gagal mengamankan diri mereka sendiri.

Baca juga : Prediksi Serangan Siber di Kawasan Asia Tenggara, Pencurian Data Diperkirakan Kian Meningkat