Kamis, 21 September 2023
Selular.ID -

Robin Li Bawa Baidu Dalam Perlombaan AI Generatif

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Tak dapat dipungkiri, AI kini menjadi medan persaingan paling sengit dari para raksasa teknologi. Microsoft dan Google berusaha menjadi yang terdepan.

Selain AS, perusahaan-perusahaan teknologi China juga berada pada jalur perlombaan untuk merilis LLM (large language model) atau model bahasa besar mereka sendiri, menyusul kesuksesan dramatis ChatGPT, chatbot bertenaga AI yang dirilis oleh OpenAI yang didukung Microsoft.

Reuters melaporkan, hampir 80 organisasi dan perusahaan di China telah meluncurkan LLM mereka sendiri sejak 2020.

Menariknya, jumlah yang dirilis pada tahun ini sedikit melebihi AS. Menunjukkan keseriusan China bersaing dengan AS.

Perusahaan terkemuka seperti SenseTime, Baidu, Tencent, Alibaba, Huawei, dan Bytdance, merupakan pionir dalam pengembangan AI.

Diantara keenam raksasa itu, Baidu terbilang cukup agresif. Hal itu tercermin dari pernyataan sang CEO Robin Li.

Li mengatakan pada Jumat (26/5) bahwa perusahaan akan “segera” secara resmi meluncurkan Ernie 3.5. Ini adalah model bahasa besar AI generatif yang akan memperkuat aplikasi mirip ChatGPT Baidu, Ernie Bot, dan meningkatkan mesin pencarian.

Baca Juga: 4 Platform yang Mirip Chat GPT, Bertenaga Artificial Intelligence

Teranyar, raksasa mesin pencari China itu akan menyiapkan dana modal ventura sebesar 1 miliar yuan ($145 juta) untuk mendukung start-up yang berfokus pada konten yang dihasilkan oleh aplikasi kecerdasan buatan.

Perusahaan juga akan meluncurkan kompetisi bagi pengembang untuk membangun aplikasi dari large language model (LLM) atau model bahasa besar ERNIE atau mengintegrasikan model ke dalam produk mereka yang sudah ada

Ambisi Li dalam mengembangkan AI, tercermin saat ia membuat pengumuman di Forum Zhongguancun, salah satu forum teknologi paling terkenal di China. Sekitar dua bulan setelah Ernie Bot pertama kali ditampilkan ke publik untuk tinjauan yang beragam.

Sejak itu, Ernie Bot dan produk lain yang ditenagai oleh model bahasa besar AI generative Baidu tetap dalam mode uji coba, dengan sejumlah perusahaan dan pengguna tertentu diundang untuk menguji produk dan memberikan umpan balik.

Baidu adalah perusahaan pertama di antara raksasa global yang mengembangkan model ERNIE Bot skala besar yang bersaing dengan ChatGPT.

Baidu juga satu-satunya perusahaan di dunia dengan tata letak tumpukan penuh di keempat lapisan arsitektur kecerdasan buatan: lapisan chip, lapisan kerangka kerja, lapisan model, dan lapisan aplikasi.

Menurut li, kemunculan AI telah sangat meningkatkan efisiensi kerja orang-orang, seperti dalam pembuatan konten, layanan pelanggan, dan penerjemahan.

“Pada saat yang sama, ini juga membawa beberapa kekhawatiran: apakah peningkatan efisiensi seperti itu akan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan?”, ujarnya.

Dengan meninjau revolusi industri masa lalu, Li percaya bahwa revolusi industri telah menghilangkan beberapa peluang kerja tetapi juga menciptakan banyak peluang baru.

“Peningkatan efisiensi kerja masyarakat dapat mendukung lebih banyak orang dan membuat hidup setiap orang lebih baik dari sebelumnya.”

“Bagi manusia, bahaya terbesar dan ketidakberlanjutan bukanlah ketidakpastian yang dibawa oleh inovasi. Sebaliknya, itu adalah berbagai risiko tak terduga yang datang dari terus mengikuti kelembaman tanpa menemukan, mencipta, atau maju. Ini adalah ancaman terbesar bagi umat manusia,” kata Li.

Jelas, pernyataan Li dan keseriusannya dalam mengembangkan AI, memberikan kesempatan bagi Baidu untuk tetap kompetitif di era disruptif saat ini.

Baca Juga: Berbahayakah Penggunaan Artificial Intelligence (AI) Jika Terus Diadopsi?

Sebagai Trilyuner Kekayaan Robin Li Bikin Geleng-geleng Kepala

Jika Sergen Brin dan Larry Page identik dengan Google, maka Robin identik dengan Baidu, raksasa mesin pencari ala China.

Li merupakan generasi China yang jeli melihat peluang dari booming industri internet. Pria bernama lengkap, Robin Li Yanhong lahir 17 November 1968, adalah insinyur perangkat lunak Tiongkok dan pengusaha internet miliarder.

Sebagai salah satu pendiri mesin pencari Baidu, pundi-pundi yang dimiliki Robin Li bikin geleng-geleng kepala. Menurut Forbes, kekayaan bersih pribadinya, mencapai sekitar USD 10,7 miliar atau setara dengan Rp 151,9 triliun.

Li mempelajari manajemen informasi di Universitas Peking dan ilmu komputer di Universitas di Buffalo, AS. Pada 1996, dia menciptakan RankDex, mesin pencari web pertama dengan algoritme peringkat halaman dan penilaian situs.

Pada 2000, dia mendirikan Baidu bersama Eric Xu. Li telah menjadi CEO Baidu sejak Januari 2004. Perusahaan ini terdaftar di NASDAQ pada 5 Agustus 2005. Li dimasukkan sebagai salah satu dari “15 Asian Scientists To Watch”  oleh Majalah Ilmuwan Asia pada 15 Mei 2011.

Baca Juga: Bantuan Artificial Intelligence Tingkatkan Inklusi Perbankan di Indonesia

Baidu merupakan Google versi China yang membuat Robin Li berhasil menjadi miliarder terkemuka. Bahkan namanya masuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia ke 45 saat ini.

Li lahir di Yangquan, Provinsi Shanxi, dimana dia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya. Kedua orang tuanya adalah buruh pabrik. Li adalah anak keempat dari lima bersaudara, dan satu-satunya laki-laki.

Li memperoleh gelar sarjana manajemen dari Universitas Peking. Pada musim gugur 1991, berbekal program fellowship,  Li pergi ke Universitas di Buffalo di New York untuk mengejar gelar doktor.

Alih-alih mengejar golor doktor, Li ‘hanya’ menyelesaikan gelar master di bidang sains dari universitas tersebut pada 1994.

Meski tak menuntaskan gelar doktor, Li sempat bekerja di perusahaan besar sebagai software engineer di New York. Pada tahun yang sama, Li bergabung dengan departemen informatika IDD, sebuah divisi New Jersey dari Dow Jones & Company.

Di sana, dia berpartisipasi dalam pengembangan perangkat lunak untuk The Wall Street Journal edisi online, dan pada saat yang sama dia mengerjakan algoritme mesin pencari.

Li memanfaatkan kemitraan dengan jurnal bergengsi ini untuk mempelajari dasar-dasar di bidang ekonomi dan keuangan.

Pria berwajah tampan ini, mengembangkan situs web Rank Dex, khusus untuk peringkat halaman web, dan dia memperoleh hak paten untuk teknologi ini, yang nantinya akan dia gunakan untuk mesin pencarinya sendiri, Baidu. Pada 1997, Li keluar dari IDD untuk bergabung dengan Silicon Valley dan Infoseek, penerbit mesin pencari.

Pada 2000, kaya akan pengalaman, Robin Li pulang kampung ke China. Bersama Eric Xu, dokter biokimia ia mendirikan mesin pencari China sendiri: Baidu.

Pada Agustus 2004, dia menjadi kepala perusahaan dan satu tahun kemudian dia memperkenalkannya di Nasdaq. Hebatnya dalam beberapa jam harga saham Baidu meroket lebih dari 350%, dari $27 menjadi $122. Pada bulan Desember 2007, Baidu adalah perusahaan China pertama yang hadir di Nasdaq-100.

Pengetahuannya tentang budaya Tiongkok dan keterampilan teknologinya memungkinkannya menawarkan mesin pencari yang sempurna untuk pasar Tiongkok.

Pada 2010, Baidu dengan cepat menjadi nomor satu di China, menggandakan pendapatannya. Di tahun itu, untuk kali pertama, Robin Li menembus deretan miliarder dengan kekayaan $3,5 miliar.

Perusahaan menghitung lebih dari 10.000 karyawan, dengan fokus pada pasar domestik, bahkan hampir 80% pencarian di China dilakukan dengan Baidu. Basis datanya saat ini mencakup lebih dari 740 juta halaman web, 80 juta gambar, dan 10 juta file multimedia.

Pada 2007, Robin Li menduduki peringkat di antara 50 orang paling penting di dunia, menurut CNN. Pada 2010, ia juga dianggap sebagai salah satu orang paling berpengaruh di dunia oleh Times. Pada 2011, Forbes menobatkan Robin Li sebagai orang terkaya di China.

Baca Juga: Popularitas ChatGPT Memicu Perlombaan Para Raksasa Teknologi di Bidang Artificial Intelligence

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

INDEPTH STORIES

BERITA TERBARU