Jakarta, Selular.ID – Meski diminati, kehadiran layanan trasportasi berbasis aplikasi, kerap mendapat resistensi di sejumlah negara. Kondisi tersebut juga berlaku di Indonesia. Teranyar, terjadi gesekan antara pengemudi ojek online dengan pengemudi angkutan umum (angkot), di daerah Tanggerang, Banten.
Agar kondisi tidak menyenang tidak menimpa mitra pengemudi tidak terus terulang, berbagai cara telah dilakukan oleh para penyedia layanan aplikasi transportasi online, seperti yang dilakukan oleh Uber.
Sebagimana dilansir laman New York Times, Uber ternyata memiliki trik khusus untuk menghindari bentrokan, atau bahkan menghindar dari razia dari berbagai pihak yang menentang layanannya.
Program anti razia milik Uber ini bernama Greyball, yang menggunakan bermacam metode untuk mengidentifikasi dan menghindari pihak berwajib yang coba untuk menilang dan menangkap sopir Uber di daerah yang menolak kehadiran layanan ride sharing tersebut.
Caranya bermacam, salah satunya adalah pemesan yang berasal dari lokasi berdekatan dengan kantor penegak hukum yang dicurigai akan menjebak sopir Uber bisa diabaikan atau bahkan ditolak, oleh mitra pengemudi.
Tidak hanya itu, ada juga fitur yang membolehkan aplikasi Uber untuk menampilkan ‘mobil hantu’ di suatu area atau bahkan tak menampilkan keberadaan mobil sama sekali. Mobil hantu di sini maksudnya adalah menampilkan mobil fiktif di aplikasi padahal mobil tersebut sebenarnya tak ada.
Greyball ini diakui Uber digunakan di sejumlah negara dan kota seperti Boston, Paris dan Las Vegas, juga di negara seperti Australia, China, Itali dan Korea Selatan. Uber terpaksa mengakui penggunaan Greyball karena akhir-akhir mereka dilanda bermacam kabar negatif, yang membuat para pengguna dan investornya bertanya-tanya.
