Kamis, 21 September 2023

Jejak 4 Raksasa China di Bisnis Data Center Indonesia

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Diam-diam Indonesia telah menjadi magnet bagi para pemain di bisnis data center. Sejumlah pemain kakap, baik dalam maupun luar negeri, berebut kue yang terus membesar.

Tak tanggung-tanggung, bisnis data center atau pusat data di Indonesia diprediksi bernilai hingga 3,07 miliar Dolar AS atau Rp 45,9 triliun pada 2026 mendatang.

Seperti dikutip dari Real Estate Asia, berdasarkan laporan dari Mordor Intelligence, nilai tersebut meningkat dua kali lipat bila dibandingkan dengan nilai pasar pada 2020, sebesar 1,53 miliar Dolar AS (Rp 22,9 triliun).

Pertumbuhan data center di Indonesia, sejalan dengan berkembangnya Asia Tenggara sebagai kawasan paling prospektif dibandingkan wilayah lain di dunia.

Pasar pusat data Asia Tenggara dalam hal investasi didorong oleh faktor-faktor seperti inisiatif digitalisasi di seluruh negara, pertumbuhan konektivitas bawah laut dan darat, serta adopsi teknologi seperti cloud, 5G, big data, IoT (Internet of Things), dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Tak pelak, sejak lima tahun terakhir, wilayah ini menyaksikan peningkatan investasi dari operator data center, terutama colocation dan hyperscale.

Dengan semakin meningkatnya permintaan, pemerintah di masing-masing negara juga berupaya mendatangkan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dari penyedia layanan pusat data dengan memperkuat konektivitas internet.

Hal itu berujung pada persaingan yang semakin ketat. Sejauh ini Singapura masih menjadi pemain utama, disusul Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.

Rata-rata, tingkat hunian pusat data di seluruh Asia Tenggara adalah 60-70%. Singapura memimpin dengan tingkat hunian lebih dari 85%.

Baca Juga: ZTE Sebut Pasar Data Center Indonesia Jadi Tolok Ukur di Asia Tenggara

Mordor menyebutkan, peringkat Indonesia dalam indeks kompetitif memang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Namun, potensi keuntungan komersial untuk pemain pusat data di Indonesia terbilang sangat signifikan.

Tak dapat dipungkiri, Indonesia kini sedang bergerak ke ekonomi digital. Tercermin dari pesatnya pertumbuhan perusahaan rintisan, populasi yang terus bertambah dan sekaligus melek internet. Semuanya mengarah pada peningkatan pusat data berskala besar.

Menurut riset Mordor Intelligence pada 2020, setidaknya terdapat lima perusahaan yang menjadi pemain utama di bisnis pusat data di Indonesia, yaitu Telkomsigma, DCII, NTT Communications Corporation, GTN Data Center, dan Omadata Padma Indonesia.

Tiga raksasa teknologi asal AS juga telah membangun pusat data center di Indonesia. Yaitu Microsoft, Amazon (AWS), dan Google.

Tak mau kalah dengan AS, perusahaan-perusahaan asal China juga sudah menjejakkan kaki mereka di bisnis yang prospektif ini.

Mereka adalah Alibaba, Huawei, Tencent, dan ZTE. Mari kita telisik kiprah keempat raksasa teknologi asal negeri Tirai Bambu itu, dalam menggarap bisnis data center Indonesia.

Alibaba (Sudah Punya Tiga Data Center di Indonesia)

Selama ini kita mengidentikkan Alibaba dengan e-commerce. Tak salah karena memang salah satu pilar utama bisnis taipan China itu adalah platform penjualan daring.

Di Indonesia sendiri, jejak Alibaba di bisnis e-commerce yang terus berkembang pesat, tercermin dari investasinya pada Lazada. Salah satu pemain utama, selain Tokopedia dan Shopee.

Melengkapi e-commerce, Alibaba juga memiliki Alibaba Cloud Services (ACS), unit bisnis yang menggawangi data center. Sayap bisnis ini telah berkembang ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Sebagai perusahaan China pertama yang menggarap bisnis data center di Indonesia, hingga saat ini Alibaba sudah mempunyai tiga data center.

Dibandingkan pemain lainnya, Alibaba tercatat merupakan penyedia komputasi awan asing pertama yang membangun data center di Indonesia.

Alibaba cloud meluncurkan data center pertama di Tanah Air pada 2018. Fasilitas data center kedua dibangun pada Januari 2019. Sedangkan data center ketiga pada pada Juni 2021.

Baca Juga: Alibaba Cloud Uji Model AI Baru di Tiongkok

Raksasa teknologi yang didirikan oleh Jack Ma itu, juga melakukan investasi dengan meluncurkan data scrubbing center pertama pada Maret 2021. Ketiga infrastruktur cloud  itu diklaim terpercaya, aman dan berkinerja tinggi.

Dengan tiga pusat data center di Indonesia, Alibaba Cloud menyediakan rangkaian produk dan layanan cloud yang komprehensif mulai dari database, keamanan, jaringan hingga pembelajaran mesin maupun analitik data.

Dikutip dari laman resminya, Alibaba Cloud telah membantu berbagai perusahaan internet di Indonesia untuk berinovasi dengan cloud, di antaranya Tokopedia, GTech Digital Asia, Dwidaya Tour, dan Yogrt.

Tencent (Bangun Dua Center di Indonesia)

Tencent Cloud telah meluncurkan internet data center (IDC) pertama di Indonesia pada April 2021. Tencent kemudian membangun data center kedua di Indonesia yang rampung pada akhir 2021. Ini adalah kali pertama Tencent Cloud membangun dua IDC di pasar yang sama dalam setahun.

Dengan membangun IDC yang kedua di Indonesia, memungkinkan Tencent Cloud bisa lebih dekat dengan pelanggan dan penggunanya, demi mengurangi akses yang tertunda terhadap data dan aplikasi serta membantu bisnis maupun organisasi di tanah air mempercepat transformasi digital.

Dengan membangun IDC di Indonesia, Tencent yang selama ini lebih dikenal sebagai pengembang game, meyakini dapat bersaing dengan perusahaan penyedia data center lainnya di Indonesia.

Tencent menawarkan layanan cloud yang berkinerja tinggi, berkebutuhan perawatan yang mudah, pintar, dan fleksibel bagi para pelanggan Indonesia termasuk layanan keuangan, FinTech, media maupun game.

Dengan keahlian di bidang game, teknologi audio dan video, serta layanan fintech, Tencent Cloud mengklaim telah memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman inovasi teknologi, infrastruktur kuat, dan jaringan pengantar konten global yang luas.

Tercatat sejumlah perusahaan telah menggunakan jasa Tencent Cloud di Indonesia. Diantaranya Aestron, Bank Neo Commerce, Bank Mega, JOOX dan Wetv.

Baca Juga: Jungkir Balik Tencent Menghadapi Ekonomi China yang Memburuk

Huawei (Siap Gelontorkan Investasi Rp 4,7 Triliun)

Sanksi AS yang diberlakukan sejak pertengahan 2019, membuat Huawei tak lagi menjadi pemain utama di bisnis smartphone. Padahal, segmen smartphone menjadi penyumbang pendapatan terbesar perusahaan.

Meski demikian, Huawei tak patah arang. Sejak 2021, Huawei memperkuat bisnis lain di mana AS tidak bisa campur tangan. Salah satunya adalah cloud dan data center.

Upaya Huawei menjadikan cloud sebagai mesin pertumbuhan baru menggantikan smartphone, tercermin dari langkah-langkah perusahaan dalam menggarap pasar potensial di banyak negara.

Salah satunya Indonesia. Negara yang digadang-gadang akan menjadi kekuatan ekonomi digital terkemuka. Karena besarnya populasi yang melek internet dan tarif data yang terjangkau.

Tak tanggung-tanggung, menurut riset Google, Temasek, dan Bain & Company potensi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan bisa mencapai Rp1.700 triliun pada 2025 mendatang.

Baca Juga: Huawei Prakarsai Aliansi Jalan Raya, Jalan Air, dan Pelabuhan Se-Asia Pasifik

Dengan potensi ekonomi digital yang menjanjikan, Huawei pun siap merogoh investasi jumbo. Mencapai Rp 4,7 triliun atau USD300 juta dalam lima tahun mendatang demi meningkatkan infrastruktur cloud lokal.

Komitmen investasi tersebut, terungkap saat Huawei meresmikan Region Indonesia, pada 23 November 2022. Huawei Cloud Data Center (HCDC) diyakini sebagai salah satu pilar ekonomi digital Indonesia.

Keberadaan HCDC akan mendukung strategi “Making Indonesia 4.0” Indonesia, dan membantu lebih banyak usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia untuk melakukan transformasi digital.

Huawei menyebutkan, Region Indonesia merupakan hub regional KooVerse, infrastruktur global penyimpanan, komputasi, dan sumber daya jaringan Huawei Cloud.

ZTE (Indonesia Bisa Jadi Toluk Ukur Pasar Data Center di Asia Tenggara)

ZTE menjadi pemain keempat asal China yang mencoba peruntungan di bisnis data center Indonesia. Vendor telekomunikasi yang berbasis di Shenzhen itu, terus berinovasi dan menyediakan solusi yang dapat diandalkan untuk memenuhi tantangan dan peluang pengembangan data center.

Untuk memperkuat kiprahnya di bisnis ini, ZTE menggelar “Cloud and Data Center Convention 2023” yang berlangsung di Jakarta, 11 Mei lalu.

Dalam event itu, ZTE berbagi pandangannya mengenai tren, peluang dan tantangan dalam pengembangan data center di Asia, khususnya di Indonesia.

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 1000 pelaku industri TI dan profesional data center dengan membawa tema bagaimana infrastruktur digital dapat membantu membuka potensi besar Indonesia.

Tak berlebihan jika ZTE menyebut bahwa pasar data center Indonesia akan menjadi tolak ukur di Asia Tenggara.

VP President Director of Data Center Product Line, ZTE Corporation, Han Xunjian menyebut pasar data center Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa. Menurutnya, potensi luar biasa ini karena ada sejumlah keunggulan khusus secara lokal.

Pertama, pemerintah sangat mendukung pertumbuhan ekonomi digital. Kedua, Kedua, tarif listrik yang lebih rendah dari daerah lain. Dan ketiga, jumlah penduduk yang sangat besar dan sebagian besar masyarakat sudah mulai menggunakan jaringan 4G sejak akhir 2014.

“Ini artinya, semua orang di Indonesia, mulai dari masyarakat hingga pemerintah akan mendorong data center bertambah banyak,” ujar Han Xuanjian, Kamis (11/5/2023).

Sebagai pemimpin dalam industri data center, ZTE terus berinovasi dan menyediakan solusi yang dapat diandalkan untuk memenuhi tantangan dan peluang pengembangan data center.

Dengan keberhasilan menyelesaikan data center modular terbesar di Asia pada tahun 2014 dan penyediaan solusi data center menyeluruh pada tahun 2015, ZTE terus menetapkan standar kualitas dan inovasi di industri ini.

ZTE juga merupakan perusahaan pertama yang menerapkan data center prefabrikasi modular lengkap pada 2017.

Pada 2020, ZTE merupakan perusahaan pertama di industri ini yang mengimplementasikan aplikasi berskala besar dari data center prefabrikasi modular lengkap serta aplikasi edge-DC berskala besar di luar negeri.

Ke depannya, ZTE terus berkomitmen untuk menyediakan solusi-solusi mutakhir yang memungkinkan bisnis untuk memenuhi tuntutan lanskap digital yang terus berkembang, terutama pasar Indonesia.

Baca Juga: Top 5 China Q1-2023: Pasar Smartphone Menyusut 11%

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

INDEPTH STORIES

BERITA TERBARU