Jakarta, Selular.ID – Potensi teknologi kecerdasan buatan AI (artificial intelligence) di Indonesia saat ini memang baru terlihat di industri customer service, namun tidak menutup kemungkinan AI bisa memberi solusi ke ranah transaksi, perbankan, atau bahkan diadopsi dalam medium di luar chatting seperti suara (voice), seperti yang sudah dilakukan Amazon melalui Alexa dan Apple dengan produk Siri.
Hal itu diungkap Diatce G. Harahap, CEO PT Jualan Online Indonesia (BJtech), pada acara Forbes Under 30 Asia Summit yang diselenggarakan di Hong Kong, 16-17 Juli 2018.
Berbagi pengalaman dan insight mengenai perkembangan industri teknologi, khususnya AI, di Indonesia, Diatce mengungkapkan, “Trend perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) di Indonesia berpotensi besar untuk diaplikasikan di berbagai sektor industri, dan customer service adalah salah satu sektor yang memiliki prospek paling tinggi untuk mengadopsinya.”
Kenapa? Sektor customer service sering dianggap paling potensial untuk menjadi target market teknologi kecerdasan buatan dengan adanya kemampuan AI untuk mengautomatisasi percakapan dengan konsumen. Dengan bantuan AI, manusia bisa terbebas untuk menjawab pertanyaan yang repetitif dan beralih untuk mengerjakan pekerjaan lain yang lebih efisien.
AI Conversation Platform BJtech yang diluncurkan PT Jualan Online Indonesia berfokus untuk memberikan solusi bagi para pelaku bisnis yang ingin meningkatkan digital customer service experience-nya.
“Mesin atau robot dapat disebut ‘cerdas’ ketika robot tersebut mampu mengakomodir ekspektasi penggunanya, dalam konteks platform BJtech maka hal itu berarti menyelesaikan permasalahan konsumen,” ujar Diatce.
Mengusung semangat ‘Bot for Everyone’, BJtech ingin menunjukkan bahwa chatbot bisa diciptakan semua orang Indonesia dari berbagai kalangan, mulai dari pelaku UKM, artis hingga karyawan, tanpa memerlukan keahlian coding apapun.
“Contohnya, bagi pelaku UKM dapat menggunakan chatbot sebagai digital customer care untuk 24 jam. Sementara bagi individu dapat menggunakan chatbot untuk kebutuhan mereka sehari-hari ataupun hobi seperti mengembangkan entertainment chatbot,” tambah Diatce.
Menurut Diatce, prospek pengembangan AI di Indonesia memang terlihat baru dilirik oleh industri customer service, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya AI bisa memberi solusi ke ranah transaksi, perbankan, atau bahkan diadopsi dalam medium di luar chatting seperti suara (voice).
Potensi untuk berinvestasi di bidang teknologi seperti AI beriringan dengan besarnya chunk generasi muda Indonesia yang semakin melek digital.
‘Generasi digital’ ini cenderung lebih mudah dan cepat menerima teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari, terlebih jika teknologi tersebut bisa memberikan pengalaman yang baru dan memudahkan pekerjaan mereka.
“AI menawarkan sebuah peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk pertumbuhan, produktivitas, dan inovasi serta potensi untuk menjawab tantangan-tantangan sosial yang ada di Indonesia,” tutup Diatce.
PT Jualan Online Indonesia sendiri telah meluncurkan AI Conversation Platform BJtech pada bulan Maret 2018 di Jakarta. Platform percakapan berbasis AI itu memungkinkan pelaku bisnis dan individu untuk mengembangkan chatbot sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing.