Jakarta, Selular.ID – Drama tarif interkoneksi nampaknya masih menjadi topik panas dalam bisnis selular di Indonesia. Adanya dugaan penurunan tarif interkoneksi yang cenderung menguntungkan salah satu pihak, menjadi salah satu alasan utama mengapa polemik interkoneksi belum akan ada tanda-tanda selesai dalam waktu dekat.
Berbicara tarif interkoneksi sendiri, sebagai masyarakat awam pasti akan mengira dengan adanya rencana pemerintah menurunkan biaya interkoneksi sekitar 26%, tentu akan berpengaruh terhadap tarif retail, dimana konsumen bisa lebih menikmati biaya telekomunikasi yang lebih murah lagi.
Tapi sayang, harapan di atas belum tentu akan terjadi. Setidaknya hal tersebut berlaku untuk pelanggan Indosat Ooredoo.
Sebagai mana diucapkan Alexander Rusli, CEO Indosat Ooredoo, mengungkapkan, pihaknya belum tentu menurunkan tarif ritail, walau tarif interkoneksi sudah dipangkas.
Dengan pernyataan tersebut, bisa dikatakan interkoneksi turun justru semata-semata menguntungkan dari segi operator, bukannya konsumen.
Terkait kontroversi penurunan tarif interkoneksi itu, Ibrahim Kholilul Rohman, Pengamat ICT, menuturkan, sejatinya operator yang “kecipratan” keuntungan dari terpangkasnya biaya interkoneksi, harus berlaku adil kepada konsumen. “Mereka sebaiknya harus segera melakukan penurunan tarif ritel,” terang pria yang saat ini berdomisili di spanyol tersebut.
“Yang pasti jika mau adil, konsumen harus bisa menikmati hasil dari terpangkasnya biaya interkoneksi, yakni bisa menikmati biaya komunikasi yang lebih murah. Untuk besaran penurun taruf ritelnya berapa, itu tentu tergantung dari hitung-hitungan operator,” imbuhnya.
Lebih lanjut pria berkaca mata ini menerangkan, interkoneksi merupakan persoalan yang harus diatur regulasinya. “Kalaupun nantinya peraturan tersebut menghadirkan kontroversi, hal tersebut harus dicermati secara bijak. Smart solution, pasti menghadirkan dua sisi, yakni positif dan negatif,” tukasnya.