Pada hari itu, banjir tweet berasal dari Jepang selama pemutaran film animasi Castle in the Sky. Pemirsa begitu antusias dengan apa yang sedang mereka tonton menjadikan tweet mencapai crescendo cepat, memuncak pada angka 143.199 dalam satu detik. Hal ini berbeda dengan rata-rata pencapaian per detik situs microblogging itu yang sekitar 5.700 tweet.
Twitter mengatakan pengguna tidak akan ‘merasakan’ arus deras tweet yang masuk, karena situs tidak mengalami “hang” sama sekali. Dan itulah tujuan Twitter sejak lama, meski beban trafik meningkat bahkan berlebih, ia tidak akan mengalami penurunan kualitas layanan. Karena pernah terjadi pada kasus Piala Dunia 2010, gelombang tweet yang bergulir terlalu tinggi sehingga menyebabkan pemadaman sementara.
Belajar dari pengalaman tersebut, Twitter berusaha untuk “menerapkan perintah dari besarnya peningkatan efisiensi.” Berharap upayanya sukses menekan efek yang ditimbulkan, karena besarnya jumlah pengguna yang bergabung dengan layanan ini. Upaya tersebut akhirnya menelurkan sebuah arsitektur baru. Twitter kini memiliki fleksibilitas untuk implementasi baru yang tidak dimiliki sebelumnya, juga perubahan stabilitas.