Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Prahara Siemens, Pernah Jadi Salah Satu Raja Ponsel Dunia, Kini Boncos dan Pangkas 6.000 Karyawan

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Raksasa industri Jerman Siemens mengatakan pada Selasa (18/3) bahwa pihaknya berencana untuk memangkas lebih dari 6.000 pekerjaan di seluruh dunia karena permintaan yang lemah dan meningkatnya persaingan di China dan di pasar dalam negeri.

Pengurangan tersebut, sekitar 2 persen dari tenaga kerja global Siemens, sebagian besar akan dilakukan di unit otomasi pabrik grup tersebut. Sementara sejumlah kecil posisi akan hilang dalam bisnis pengisian daya kendaraan listriknya.

“Permintaan yang lemah terutama di pasar utama China dan Jerman ditambah dengan meningkatnya tekanan persaingan telah secara signifikan mengurangi pesanan dan pendapatan dalam bisnis otomasi industri,” kata grup tersebut dalam sebuah pernyataan.

“Tujuannya adalah untuk memperkuat daya saing masa depan dari bisnis yang terdampak dan memungkinkan investasi di pasar yang sedang tumbuh”, katanya.

Siemens, yang bisnis globalnya yang luas berjalan dari pembuatan kereta api dan peralatan pabrik hingga sistem yang mengelola pusat data, telah berjuang di tengah perlambatan di China dan ekonomi terbesar Eropa, yang telah terperosok dalam resesi selama dua tahun terakhir.

Sekitar 5.600 pemutusan hubungan kerja akan dilakukan pada 2027 di bisnis otomasi, yang memasok robotika, mesin lain, dan perangkat lunak industri ke pabrik-pabrik, dengan sekitar setengah dari peran tersebut hilang di Jerman.

Masalah di unit otomasi berdampak pada pendapatan Siemens pada akhir tahun lalu, menyeret laba operasi triwulanan turun menjadi €2,5 miliar (US$2,7 miliar) dari €2,7 miliar tahun sebelumnya.

Dalam bisnis pengisian daya kendaraannya, grup tersebut berencana untuk memangkas 450 posisi dari total 1.300 yang dipekerjakan dalam operasi tersebut di seluruh dunia pada akhir tahun keuangan saat ini.

Dengan “potensi pertumbuhan terbatas untuk stasiun pengisian daya berdaya rendah”, Siemens mengatakan pihaknya berencana untuk fokus pada area seperti infrastruktur pengisian daya cepat.

Produsen mobil Jerman dan pemasok mereka sama-sama menghadapi hambatan berat karena perlambatan permintaan mobil listrik.

Bagi karyawan yang terkena dampak PHK di Jerman, Siemens akan berusaha mencarikan beberapa dari mereka peran baru dalam grup tersebut. Beberapa pekerjaan juga akan hilang karena banyaknya orang yang pensiun.

Pada akhir tahun lalu, Siemens mempekerjakan sekitar 313.000 orang di seluruh dunia, termasuk sekitar 86.000 orang di Jerman.

Untuk diketahui, Siemens AG adalah konglomerat teknologi multinasional yang berbasis di Munich, Jerman. Perusahaan ini berfokus pada otomasi industri, sumber daya energi terdistribusi, transportasi kereta api, dan teknologi kesehatan.

Siemens adalah perusahaan manufaktur industri terbesar di Eropa, dan memegang posisi sebagai pemimpin pasar global dalam otomasi industri dan perangkat lunak industri.

Pada 2023, divisi utama Siemens adalah Industri Digital, Infrastruktur Cerdas, Mobilitas, dan Layanan Keuangan, dengan Siemens Mobility beroperasi sebagai entitas independen.

Divisi bisnis utama yang pernah menjadi bagian dari Siemens sebelum dipisahkan meliputi produsen semikonduktor Infineon Technologies (1999), Siemens Mobile (2005), Gigaset Communications (2008), bisnis fotonik Osram (2013), Siemens Healthineers (2017), dan Siemens Energy (2020).

Baca Juga: Kerasnya Persaingan Pasar Smartphone, Infinix Siap Hadapi Kembalinya Honor, ZUK, dan Motorola Ke Indonesia

Siemens Pernah Berada Di Posisi Lima Besar

Melalui divisi Siemens Mobile, Siemens pernah mencicipi sebagai salah satu penguasa ponsel dunia, bersaing dengan tiga vendor besar lainnya, Motorola, Ericsson dan Nokia.

Sejak awal, Siemens dikenal sebagai vendor ponsel yang mengedepankan teknologi dan inovasi, sebagai senjata untuk bersaing dengan pemain lainnya.

Melongok ke belakang, ponsel pertama Siemens, yakni Siemens Mobiltelefon C1, diluncurkan pada 1985.

Pada 1994, ponsel GSM Siemens S1 diluncurkan. Varian ini langsung menjadi best seller, menempatkan Siemens di jajaran teratas vendor ponsel dunia.

Pada 1997, Siemens meluncurkan ponsel pertama dengan layar berwarna, yakni Siemens S10, yang layarnya dapat menampilkan warna merah, hijau, biru, dan putih.

Pada tahun yang sama, Siemens meluncurkan ponsel “luar ruangan” pertama, yakni Siemens S10 Active, yang dilengkapi dengan perlindungan terhadap kejut, debu, dan cipratan air.

Di tengah berkembangnya permintaan ponsel lipat, Siemens juga meluncurkan ponsel geser pertama, yakni Siemens SL10, pada 1999.

Siemens mengakuisisi divisi ponsel dari Bosch pada 2000. Pada tahun yang sama, Siemens meluncurkan salah satu ponsel pertama yang dilengkapi dengan pemutar MP3 dan dukungan kartu memori eksternal (MultiMediaCard), yakni Siemens SL45.

Pada 2003, Siemens meluncurkan ponsel pertamanya yang menjalankan Symbian OS, yakni Siemes SX1. Selain Siemens, Nokia juga mengadopsi Symbian OS, yang kelak membuat vendor ponsel terbesar di dunia itu, gagal bersaing dengan Android OS buatan Google,

Berbeda dengan ponsel lainnya, Siemes SX1 dilengkapi dengan MultiMediaCard hot swappable. Terobosan teknologi ini memungkinkan, pengguna dapat mengganti modul saat sistem sedang berjalan.

Pada tahun yang sama, Siemens meluncurkan jajaran ponsel mode Xelibri. Pada tahun 2005, Siemens meluncurkan ponsel pertama yang dilengkapi dengan dukungan GPS, yakni Siemens SXG75.

Hingga kuartal ketiga tahun 2000, Siemens menguasai 8,6% pangsa pasar ponsel, sehingga membuatnya berada di bawah Ericsson, Motorola, dan Nokia.

Namun, dengan semakin kerasnya persaingan, pangsa pasar Siemens anjlok menjadi 7,2% pada 2004. Saat itu, Siemens Mobile pun telah merugi dan penjualannya menurun.

Pada kuartal pertama 2005, pangsa pasar Siemens kembali turun menjadi 5.6%, karena kalah bersaing dengan LG dan Sony Ericsson.

Jajaran ponsel Xelibri, yang menjadi jawaban Siemens terhadap tren ponsel modis pada saat itu, tidak terlalu laku, sehingga membuat Siemens merugi.

Menolak bangkrut, pada 7 Juni 2005, BenQ asal Taiwan setuju untuk mengakuisisi Siemens Mobile milik Siemens, beserta hak eksklusif untuk menggunakan merek dagang Siemens di ponsel selama lima tahun.

Sebelum menyerahkan Siemens Mobile ke BenQ, Siemens berinvestasi sebesar 250 juta euro dan menghapus aset sebesar 100 juta euro.

Siemens juga mengakuisisi 2,5% saham BenQ senilai 50 juta euro. Unit bisnis BenQ di Jerman kemudian meluncurkan ponsel dengan merek BenQ-Siemens.

Namun, lagi-lagi karena kalah bersaing dengan vendor-vendor lainnya, pada 2006 unit bisnis BenQ di Jerman mengajukan kebangkrutan.

Siemens kemudian kembali memproduksi ponsel dengan merek Gigaset. Namun, seperti halnya BenQ-Siemens, Giigaset juga bisa disebut sebagai proyek gagal.

Kali ini Gigaset kalah bersaing dengan vendor-vendor China yang menyerbu pasar di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa, bagai air bah.

Membabat habis para pesaingnya, termasuk Nokia yang pernah menjadi raja ponsel dunia selama lebih dari dua dekade.

Baca Juga: Ponsel Lipat Tumbuh 27% di Tiongkok selama 2024

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU