Selular.ID – Tak dapat dipungkiri, industri perbankan saat ini tengah ‘panen raya’. Hampir semua kinerja bank terkerek naik. Tercermin dari indikator utama, terutama pendapatan dan laba bersih.
Tengok saja BRI. Bank terbesar di Indonesia itu, mencatatkan laba bersih sebesar Rp 51,40 triliun sepanjang 2022. Perolehan laba itu merupakan rekor baru, karena meningkat 67,15% secara tahunan.
Begitu pun dengan BCA. Berkat layanan mobile banking dan internet banking, BCA sukses menggelembungkan laba bersih sebesar Rp 40,7 triliun pada 2022.
Bank Mandiri juga mencatatkan pertumbuhan laba yang sangat apikl, mencapai 41,2 triliun pada 2022. Capaian ini naik 46% dibanding tahun sebelumnya.
Bank BNI juga tidak mau kalah. Bank BUMN terbesar ketiga itu, membukukan laba bersih sebesar Rp 18,3 triliun sepanjang 2022. Angka ini merupakan rekor baru, karena naik 68% dibandingkan laba bersih tahun 2021.
Tak dapat dipungkiri, kinerja mentereng bank-bank papan atas tak lepas dari pembangunan jaringan 4G yang massif dilakukan oleh operator selular sejak akhir 2015, saat 4G kali pertama mendarat di Indonesia.
Seperti diketahui, demi memenuhi kebutuhan data yang semakin tinggi, empat operator selular, yakni Telkomsel, XL Axiata, IOH (Indosat Ooredoo Hutchison), dan Smartfren Telecom, terus mempercepat pengalihan (upgrade) jaringan dari 3G menjadi 4G/LTE.
Baca Juga:Â Pendapatan BCA dari Layanan Digital Banking Bikin Geleng-geleng Kepala
Gelontoran capex rata-rata Rp 5 – 15 triliun, operator terus menggenjot jaringan 4G, agar bisa bersaing sekaligus menggenjot pendapatan, terutama dari layanan data dan digital business.
Tak cuma di perkotaan, jaringan 4G yang dibangun operator juga semakin merambah ke pelosok, termasuk daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Dengan kecepatan hingga 100 Mbps, jauh melebihi teknologi sebelumnya 3G yang hanya 3,1 Mbps, jaringan 4G mendorong tumbuhnya gaya hidup berbasis mobile internet. Sehingga ujung-ujungnya mempercepat transformasi digital di Indonesia.
Berkat jaringan internet yang semakin merata, pola komunikasi pun berubah, dari sekedar basic service (voice dan SMS) menjadi data dan konten. Alhasil, para penyedia layanan dan aplikasi (OTT/over the top) dari beragam industri kini bisa diakses lewat layar smartphone.
Mulai dari ride healing, e-commerce dan social commerce, mobile game, video streaming, hingga e-medicine. Begitu pun dengan mobile banking dan digital banking yang semakin happening. Semuanya semakin mempercepat transformasi digital di Indonesia.
Bagi industri perbankan, bergesernya aktifitas pengguna dari perbankan tradisional ke mobile banking dan digital banking, menjadi berkah tersendiri.
Pasalnya, implementasi digital banking bisa meningkatkan efisiensi industri perbankan. Tak tanggung-tanggung, riset yang dilakukan BTPN menunjukkan, jumlah penghematan dengan adanya perbankan digital tersebut bisa mencapai 10% hingga 20%.
Efisiensi diperoleh dari pengurangan biaya pada pembukaan cabang dan pengelolaan rekening nasabah. Lainnya bersumber dari pengurangan biaya pada saat penarikan dan proses menabung, serta optimalisasi transfer uang yang dilakukan.
Ujung-ujungnya, hal itu berdampak pada Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang terus meningkat.
Sekedar diketahui, BOPO merupakan salah satu indikator keuntungan atau rentabilitas. Semakin besar persentase BOPO akan semakin baik bagi bank bersangkutan.
Tak dapat dipungkiri, aktifitas digital banking telah menjadi bagian yang melekat pada sebagian besar masyarakat saat ini.
Dengan semakin populernya layanan digital banking, Bank Indonesia mencatat nilai transaksi digital banking diproyeksikan melonjak hingga 30,19% (yoy) hingga mencapai sebesar Rp 53.144 triliun pada 2022.
Baca Juga:Â Semakin Populer, Simak Kelebihan Vs Kelemahan Layanan Mobile Banking