Ancaman lokal ini menunjukkan data tentang seberapa sering pengguna diserang oleh malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, dan berbagai metode luring lainnya.
Secara keseluruhan, 46,6% pengguna di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman lokal selama periode tersebut.
“Keamanan siber di Indonesia pun kini telah mengalami perubahan dan juga peningkatan yang signifikan sejak tahun 2017. Seiring dengan peningkatan pertahanan di negara ini, kami mendesak semua sektor untuk bergabung dan membantu merangkul keamanan siber,” papar Yeo.
Menurutnya pembentukan Code Service pada tahun 1946 hingga BSSN saat ini menunjukkan bahwa perlindungan dan keamanan siber telah menjadi agenda nasional negara ini sejak awal.
“Dan kami mengharapkan langkah lebih lanjut dari seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan keamanan siber negara,” komentar Yeo.
Baca Juga: Data BI Diretas, Pengamat: Indonesia Masuk Tahap “Red Alert” Serangan Siber
Lalu Yeo juga menyinggung soal potensi besar Indonesia di masa depan melalui pembangunan infrastruktur dan kemajuan teknologi yang terbilang gencar.
“Oleh karena itu, kita dapat selalu optimis untuk bergerak maju dan merangkul kekuatan teknologi serta internet dengan aman selama sistem kita terlindungi, dan orang-orang di sekitar memiliki kesadaran keamanan dan terlatih untuk selalu waspada,” tandasnya.