Jakarta, Selular.ID – Telemedicine ke depan bakal menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia, Muhammad Azzam Data Analyst Continuum Data Indonesia menilai musim pandemi Covid-19 varian delta kemarin, membuat masyarakat kian akrab dengan pemanfaatan solusi teknologi tersebut.
“Dalam penelitian kita, pembicaraan soal kesehatan meningkat tiga kali lipat pada musim pandemi kemarin, pecakapannya itu ada sekitar 6 ribu perhari yang membahas soal obat-obatan, vitamin, ketersediaan oksigen dan kamar rumah sakit, di platform sosial media Twitter,” terangnya, dalam diskusi online bertajuk ‘Analisis Big Data: Apa Kabar Konsumen Indonesia Selama PPKM?’, Jumat (10/9) .
Disamping itu adopsi solusi telemedicine meningkat tajam di awal pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), “Telemedicine menjadi solsui, bagi mereka yang tidak bisa keluar rumah dan bagi mereka yang terpapar covid-19, mengandalkan telemedicine dengan sangat baik di berbagai platform seperti Halodoc, Alodokter dan lain sebagainya,” paparnnya.
Dirinya pun menilai, jika masyarakat khususnya kaum muda yang akrab dengan teknologi bisa menerima solusi ini, terlebih informasi penyakit dan kemudian resep obat langsung datang dari dokter sehingga terjamin.
Merespon hal tersebut, Eko Listiyanto Wakil Direktur INDEF menilai pada akhirnya telemedicine ini akan menjadi tren ke depan, dan tidak akan bisa lepas karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat berkat dorongan pandemi, terlebih di Indonesia kelas menengah terus tumbuh dan mendominasi perekonomian di Indonesia.
“Karena faktanya solusi kesehatan itu kian memudahkan, dan sangat membantu pasien yang isolasi mandiri, atau masyarkat yang memang membutuhkan pelayanan medis, dan yang tidak kalah penting soal harga karena cukup terjangkau, dan saya kira solusi telemedicine bakal menjadi tren kedepan, sekaligus akan menjadi bagian solusi kesehatan kita, ” ujar Eko yang juga hadir dalam diskusi tersebut.
Kemudian era pandemi menurut Eko mempercepat adopsi teknologi canggih, yang sebenarnya dalam hal ini telemedicine sudah biasa diaplikasikan di negara-negara maju, “dan akibat dorongan pandemi di negara berkembang, seperti Indonesia pun relatif juga menjadi terbiasa, dan akrab dengan solusi tersebut,” tandasnya.
Sebagai gambaran, potensi telemedicine sangat potensial di Indonesia bisa mengacu pada laporan startup kesehatan Good Doctor, mereka mengungnkapkan berhasil mencatatkan peningkatan transaksi telemedicine hingga 10 kali lipat selama pandemi.
Perusahaan optimistis tren ini berlanjut meski pandemi usai, sementara jika mengacu pada data lembaga riset McKinsey memproyeksikan jika solusi telemedicine berdasarkan laporanya akan terus digunakan.
Bahkan menurut laporan terbarunya menegaskan jika 65-80 persen respondenya menyatakan akan tetap menggunakan layanan temedicine setelah Covid-19 berakhir. Hal ini bisa terjadi karena, pandemi covid-19 mengubah perilaku masyarakat termasuk dalam mengakses layanan kesehatan.