Balada IndiHome: Kejar Tambahan 1,6 Juta Pelanggan Baru, Namun Jaringan Kerap Kali Down

Promo IndiHome

Jakarta, Selular.IDPandemi covid-19 yang memaksa masyarakat untuk beraktifitas di rumah, baik bekerja maupun belajar, semakin mendorong kebutuhan akan internet. Alhasil jaringan internet yang cepat dan stabil menjadi dambaan masyarakat. Kecepatan dan stabilitas akses internet itu, hanya bisa dihadirkan oleh fixed broadband bukan mobile broadband. 

Pasalnya, fixed broadband  menggunakan fiber optic untuk menggelar jaringannya. Sehingga koneksi fixed broadband lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan bisnis, perniagaan, edukasi, dan hiburan ketimbang mobile broadband.

Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet hingga akhir 2020 mencapai 196,7 juta. Itu berarti sebanyak 73% masyarakat Indonesia telah terhubung ke internet. Namun dari total pengguna itu, APJII mengungkapkan hanya 14,5% yang memiliki fasilitas fixed broadband atau jaringan koneksi internet berbasis pita lebar. Sehingga potensi pelanggan di bisnis ini masih terbuka lebar.

Seperti halnya APJII, kajian yang dilakukan World Bank, menemukan bahwa penetrasi pasar fixed broadband di Indonesia pada 2021 masih sangat kecil, yakni baru mencapai 4%. Padahal, dunia semakin digital dan koneksi internet yang stabil amat dibutuhkan.

Meski penetrasi pasar fixed broadband masih tergolong rendah, sejatinya persaingan diantara para penyedia layanan internet fixed broadband  semakin ketat. Saat ini terdapat sejumlah pemain utamaSeperti IndiHome (Telkom Group), First Media (Lippo Group), Biznet Home, MyRepublic (Sinar Mas Group), MNC Play (MNC Group), CBN, dan Link Net.

Operator selular juga punya layanan sejenis, seperti XL Home (XL Axiata) dan GIG (dulu IM2 – Indosat Ooredoo). Belakangan PLN juga menyatakan lebih serius menggarap bisnis ini. Tak tanggung-tanggung, lewat bendera Iconnet, perusahaan setrum negara itu, menargetkan dapat meraih 20 juta pelanggan di bisnis fixed broadband hingga 2024 mendatang.

Meski dikepung banyak pesaing, sejauh ini IndiHome masih menjadi penguasa pasar bisnis fixed broadband di Indonesia. Hingga kuartal pertama 2021, jumlah pelanggan IndiHome telah mencapai 8,15 juta. Diikuti oleh First Media (LinkNet) yang memiliki 859 ribu pelanggan. 

Dengan lebih dari 8 juta pelanggan, IndiHome mampu membukukan pendapatan senilai Rp 6,3 triliun atau tumbuh 25% secara tahunan. Mengacu pada potensi pasar yang masih sangat besar, Telkom menargetkan, pelanggan IndiHome bertambah hingga 1,6 juta pada akhir tahun ini.

Berdasarkan laporan Ookla (kuartal kedua 2021), kualitas jaringan IndiHome memiliki keunggulan dalam hal kerendahan latensi. Speedtest Intelligence dari Ookla menunjukkan latensi IndiHome hanya 15 millisecond. Diikuti MyRepublic (16), BizNet (21), dan First Media (26).

Namun untuk kecepatan dan konsistensi score, IndiHome harus mengakui keunggulan Biznet. Speedtest Intelligence dari Ookla menunjukkan bahwa Biznet adalah penyedia fixed broadband tercepat di Indonesia selama Q2 2021, dengan Skor Kecepatan 40,66. Diikuti oleh MyRepublic (35,63), IndiHome (17,78), dan First Media (16,51).  

Begitu pun dalam hal Consistency Score, Biznet mengungguli tiga provider lain dengan skor sebesar 66,6%. Di bawahnya ada MyRepublic (63,5%), First Media (30,6%), dan IndiHome (25,2%).

Internet Down

Sebagai penyedia layanan fixed broadband terbesar di Indonesia, popularitas IndiHome tentu tak diragukan lagi. Meski demikian, unit bisnis Telkom Group ini, belakangan kerap diterpa isu yang sangat kritikal, yaitu internet yang “mati hidup”. Teranyar terjadi belum lama ini. Inetrnet down itu bahkan berlangsung hingga empat hari (19 – 22 September 2021).

Tak  hanya IndiHome, layanan mobile broadband (Telkomsel) juga mengalami gangguan. Keluh kesah pengguna terpantau ramai dituangkan di media sosial, sehingga sempat masuk dalam trending topik di media sosial, Twitter.

Usut punya usut, gangguan itu terjadi pada kabel laut. Pujo Pramono, Vice President Corporate Communication Telkom menyebutkan, bahwa pihaknya menemukan adanya masalah pada sistem komunikasi kabel laut JaSuKa (Jawa, Sumatera dan Kalimantan) ruas Batam – Pontianak. 

“Gangguan teridentifikasi berasal dari titik sekitar 1,5 km lepas pantai Batam pada kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut,” ujar Pujo dalam pernyataan resmi, Senin (20/9).

Lalu karena titik permasalahan sudah terindentifikasi, Pujo menyebut pihaknya akan segera mempersiapkan upaya perbaikan infrastruktur sesegera mungkin, sehingga layanan kembali berangsur pulih seperti sedia kala.

Untuk mengatasi persoalan itu, jalur internet dialihkan sementara (rerouting), dan dilakukan penambahan kapasitas beberapa link di wilayah Indonesia, seperti dari Papua, Kalimantan, maupun Jawa, dan mengoptimalkan gerbang internasional di Manado.

Sejatinya, sebelum didera persoalan kabel laut JaSuKa yang membuat manajemen Telkom kebakaran jenggot, gangguan yang berujung pada down-nya jaringan internet IndiHome sudah terjadi beberapa kali. Tengok saja, sepanjang tahun lalu, setidaknya terdapat dua gangguan yang menyebabkan banyak pelanggan IndiHome di sejumlah daerah tidak bisa mengakses internet. 

Gangguan pertama terjadi pada Jumat (17/7/2020) dan kedua pada Kamis (13/8/2020). Pada gangguan kedua, seluruh jaringan IndiHome down secara nasional di waktu yang bersamaan, dampaknya tagar mengenai PT Telkom Indonesia menjadi trending di Twitter.

Kerap terjadinya jaringan IndiHome down, seyogyanya membuat manajemen PT Telkom lebih berhati-hati. Pasalnya, IndiHome belakangan sudah menjadi cash cow Telkom selain Telkomsel. 

Sesuai laporan keuangan yang dipublikasikan belum lama ini, Telkom mencatatkan laba bersih yang tumbuh double digit sepanjang paruh pertama 2021. Hingga Juni 2021, laba bersih perseroan mencapai Rp12,5 triliun atau tumbuh 13,3% YoY. 

Kenaikan laba bersih itu, salah satunya didorong oleh pertumbuhan IndiHome. Kontribusi pendapatan IndiHome terhadap revenue konsolidasi Telkom Group naik menjadi 18,5% per Juni 2021, dari sebelumnya 15,5% pada periode yang sama tahun lalu.

Kinerja positif IndiHome dicapai berkat berbagai upaya pemasaran yang telah dilakukan, seperti mendorong pelanggan untuk upgrade layanan dan kecepatan, serta paket add-on yang bervariasi. Upaya ini berdampak pada peningkatan ARPU menjadi Rp 270 ribu dibanding kuartal pertama 2021 sebesar Rp 266 ribu. Pelanggan IndiHome tercatat bertambah 285 ribu pelanggan sejak awal tahun, sehingga total jumlah pelanggan IndiHome hingga pada kuartal II/2021 mencapai 8,3 juta orang, naik 11,4% YoY. 

Kinerja yang semakin moncer itu, sejatinya merupakan wujud kepercayaan pelanggan kepada IndiHome. Sehingga upaya menumbuhkan loyalitas dirasa sangat penting. Terutama memastikan jaringan internet tetap hidup agar aktifitas masyarakat dan dunia usaha tidak terganggu. 

Sebagai pemain terbesar, Telkom tak bisa menutup mata dengan agresifitas pemain lain yang mengusung kelebihan yang sama dalam bisnis fixed broadband, yaitu kualitas, coverage, layanan bernilai tambah, dan harga yang kompetitif. Jika pelanggan sudah kecewa, mereka bisa setiap saat berpindah ke penyedia fixed broadband lain.