Jakarta, Selular.ID – Dalam beberapa tahun belakangan ini industri telekomunikasi di Tanah Air seolah sedang mencari pijakan baru bagi kelangsungan bisnisnya. Ini akibat perubahan pasar selular yang bergerak begitu cepat. Seperti jumlah pengguna layanan selular yang sudah mencapai titik saturasi, dimana jumlahnya sudah melampaui jumlah penduduk di Indonesia. Di sisi lain, layanan voice dan SMS yang selama ini menjadi layanan yang diandalkan juga sudah mulai kehilangan daya tariknya. Jumlah pengguna yang memanfaatkan layanan ini semakin menyusut.
Hal ini membuat para pemain di industri ini mencari jalan lain beradaptasi dengan kondisi pasar yang ada. Yaitu dengan mengembangkan layanan beyond telco atau yang lebih sering disebut sebagai layanan digital. Ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan ekstensifikasi pasar di tengah jumlah pengguna layanan selular yang juga sudah stagnan. Apalagi kondisi pasar pun sudah berubah. Tren penggunaan layanan telekomunikasi kini cenderung lebih memanfaatkan akses internet, dengan memanfaatkan berbagai layanan yang ada. Mulai dari jejaring sosial, instant messaging, email, hingga beragam aplikasi mobile. Tidak heran jika layanan mobile internet diprediksikan akan menjadi bisnis masa depan.
Seiring dengan berjalannya layanan 4G di Indonesia, mulai terlihat bermunculannya berbagai layanan nilai tambah. Karena layanan inilah yang menjadi pendorong bagi pertumbuhan layanan 4G ke depannya. Dan 4G sendiri juga menjadi momentum bagi berkembangnya berbagai layanan nilai tambah tersebut. Ini bisa terlihat dengan maraknya aplikasi dan layanan yang dibuat oleh para StartUp. Sebut saja Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan masih banyak lainnya. Para operator pun mulai mengembangkan layanan Internet od Things atau disebut juga layanan machine to machine (M2M).
Berbagai layanan nilai itu pun kini sudah menjadi penunjang berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari. Tidak hanya bagi pengguna (end user), tapi juga bagi industri lain di luar industri telekomunikasi.
Untuk itu, bersamaan dengan ajang Selular Congress 2016, sesi diskusi panel juga membahas hal tersebut lebih mendalam. Yaitu melalui acara diskusi dengan tema ‘4G : Momentum Tumbuhnya Layanan Bernilai Tambah’
Berikut kutipan dari para pembicara di Diskusi Panel Selular Congress 2016:
Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, mengatakan, “Fokus masa depan ada di dunia aplikasi. Salah satu contoh aplikasi adalah layanan e-commerce. Oleh karena itu, Pemerintah sedang menggarap penyusunan roadmap karena bisnis ini sudah masuk kategori layak investasi. Hingga 2020, perputaran uang di e-commercer ini mencapai USD 130 miliar atau setara Rp 180 triliun.”
Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel, mengatakan, “Telkomsel sudah bertranformasi. Telkomsel sudah meluncurkan 4G sejak awal desember 2014 dengan melayani 100 kota dari Sabang sampai Merauke. untuk layanan digital Telkomsel sudah memiliki e-money, digital payment dan berbagai layanan digital lainnya yang sudah dimanfaatkan pelanggannya.”
Alexander Rusli, Direktur Utama Indosat Ooredoo, mengatakan, “Modernisasi menjadi salah satu fokus Indosat ooredoo untuk menghadapi persaingan. Karena kualitas jaringan merupakan kunci utama apalagi di era data dimana pelanggan tak terlalu memusingkan faktor harga namun lebih kepada kualitas jaringan yang ditawarkan oleh operator.”
Dian Siswarini, Direktur Utama XL Axiata, mengatakan, “Selain edukasi tentang 4G, juga harus ada edukasi dengan manfaat 4G tersebut. Dian siswarini menyebutkan kalau dalam teknologi layanan 4G keistimewaanya adalah menonton video streaming, karena 4G menawarkan kecepataan. Tidak hanya itu, di era teknologi 4G device, network, dan aplication saling mendukung, sehingga semua yang terkait dalam industri ini harus saling berkontribusi.”
Merza Fachys, Direktur Utama Smartfren, menguraikan, “Dalam masa transisi generasi 4G, banyak tantangannya seprti membangun jaringan di kota-kota yang saat ini sduah didukung dengan layanan 4G LTE. Saat ini Smartfren sudah menjangkau 188 kota, dan harus membangun 200 kota harus lebih cepat. Tidak hanya itu selain menyiapkan 4G Smartfren pun harus mengimigrasi layanan 3G ke 4G.”
Dicky Moechtar, Presiden Direktur Internux (Bolt), mengatakan, “Sebagai operator pertama 4G, Bolt! adalah penyedia jaringan yang berada di broadband wirelles akses, yang memiliki tantangan tersendiri karena sebagai pemain paling muda yang hadir pada tahun 2014 Bolt! harus bersaing dengan operator lain. dan Bolt! pun akan konsisten dalam memberikan speed kepada pelanggan.”
Lee Kang Hyun, Vice President Director Samsung, mengatakan, “Sebagai brand ponsel, di era 4G ini memang produsen ponsel dituntut untuk memberikan inovasi dan teknologi tebaru supaya tidak ditinggalkan penggunanya. Berkaca dari brand-brand besar yang pernah menjadi nomor satu di Indonesia kini mengalami hal yang tidak diinginkan, seperti menjadi nomor kesekian yang awalnya brandnya disegani. Samsung memiliki tiga hal yang menjadi pilar. Pertama adalah inovasi, kedua adalah melayani purna jual, dan ketiga adalah experience center. Karena ke tiga pilar ini dibutuhkan pengguna smartphone. pengguna butuh hal baru, yang didukung dengan pelayanan jika terjadi kerusakan dalam perangkatnya, dan untuk menjajal teknologi terbaru pengguna Samsung perlu tempat untuk mencobanya.”
Fachmi Idris, Direktur Utama BPJS Kesehatan, mengatakan, “Data services merupakan hal yang tidak pernah stagnan di dunia akhir-akhir ini. BPJS sendiri menyumbang data hampir 201 Terabyte. Saat ini sudah ada 146, juta peserta yang terdaftar di tahun 2015. Tanpa ada inovasi, maka layanan ke masyarakat tidak akan menjadi lebih mudah.”
Thomas Jul, Presiden Direktur Ericsson Indonesia, mengatakan, “Saat ini Ericsson bekerja sama dengan banyak pihak untuk mengembangkan infrastruktur di Indonesia. Untuk mendeliver best network, Kami invetasi banyak uang di R&D dan mengerjakan kolaborasi yang menguntungkan user.”
Muhammad Dany Budansa, Vice President Director PT Hutchison Tri, mengungkapkan, “Sejak 2010, Tri sudah mencanangkan sebagai operator yang fokus di mobile internet. 75 persen pelanggan Tri adalah pelanggan data, sementara 25 persen sisanya masih
menjadi pelanggan tradisional (voice dan SMS). Untuk itu, kami mempersiapkan segala aspek mulai dari jaringan, coverage, sampai speed.”