Singapura, Selular.ID – Dengan populasi terbesar keempat dunia, Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk segala jenis produk, termasuk ponsel. Sayangnya, para pembuat ponsel tanah air masih bermain di level bawah dan menengah, padahal potensi pasar premium itu ada.
Hal itu diungkap Shannedy Ong, Senior Director, Business Development, Qualcomm Southeast Asia & Pacific, kepada Selular.ID, pada acara debut Snapdragon 820 di Asia Tenggara, di Singapura. Menurutnya, brand ponsel Indonesia harus mulai naik ke segmen yang lebih tinggi.
“Hingga kini, brand lokal hanya bermain di level bawah. Sehingga persepsi kita sebagai user selalu menganggap brand Indonesia adalah brand murah. Kualitasnya gak bagus,” tuturnya.
“Saat ini adalah waktu yang tepat bagi para produsen ponsel untuk naik kelas. Dengan mengadopsi Snapdragon 820, para vendor lokal bisa mengembangkan satu identitas yang bisa mengangkat brand mereka. Karena 820 kan flagship. Jika mereka pakai itu, secara gak langsung mengangkat prestise mereka,” paparnya.
Di Qualcomm sendiri misalnya, Shannedy mengaku vendor lokal lebih banyak menggunakan seri 200 dan 400, yaitu kasta terendah dan menengah di dalam hirarki Qualcomm. Hingga saat ini tidak ada vendor lokal yang menggunakan seri 800 Snapdragon, kasta tertinggi besutannya, bahkan belum ada yang mengadopsi seri 600, kelas menengah-ke atas.
Di Singapura, Qualcomm melakukan debut prosesor terbaru Snapdragon 820 untuk Asia Tenggara. Dalam kesempatan tersebut perusahaan memamerkan tujuh smartphone flagship yang sudah dirilis di sejumlah negara, yang menggunakan SoC terbaru miliknya. Namun, dari tujuh ponsel tersebut, tidak terlihat kehadiran brand lokal Indonesia. Hanya terlihat satu smartphone Polytron model Zap 5 yang mengusung Snapdragon 410, seri menengah Qualcomm.