Shanghai, Selular.ID – MWC 2024 kembali dihelat pada 26 – 28 Juni di Shanghai New Internasional Expo Center dan Kerry Hotel, Pudong, China.
Sekedar diketahui, Ini adalah kalender kedua MWC yang saban tahun digelar oleh GSMA setelah Barcelona pada akhir Februari – awal Maret lalu.
Sedangkan MWC North America yang dilangsungkan di Los Angeles, Amerika Serikat, menjadi even pamungkas di akhir tahun.
Menghadirkan lebih dari 150 pembicara dan sekitar 250 peserta pameran dari seluruh ekosistem industri selular, MWC Shanghai mengusung tiga sub tema yang tengah hype saat ini. Yaitu 5G Advance, AI Mobile/Economy, dan DX (Digital Transformation) Manufacturing.
Dengan ketiga tren yang tengah berkembang saat ini, MWC Shanghai telah memperluas fokusnya dari mobilitas murni, dengan 30% peserta berbeda dibandingkan tahun lalu mewakili industri berdekatan (vertical industry).
Selain dari China, sejumlah pembicara kunci tampil di forum bergengsi itu. Seperti COO/CFO Qualcomm Alkash Palkhiwala, CEO Telecommunication Business Axiata Group Hans Wijayasuria, CEO Globe Telecom Ernest Cu, dan Deputy CEO/CEO Business Development Singtel Ana Yip.
Baca Juga: 5G Advance, Ekonomi AI, dan DX Manufacturing Jadi Tema Utama MWC Shanghai 2024
Dalam paparannya, Ana Yip menjelaskan bahwa pengembangan AI Generatif yang tengah massif saat ini, akan mendorong transformasi pada industri telekomunikasi global.
Ana menyebutkan, sejatinya AI bukan barang baru. Operator telekomunikasi telah menerapkan AI dalam praktek bisnis sejak lama. AI tradisional tersebut, seperti advanced analytics, traditional machine learning, dan deep learning.
“Namun dengan pengembangan yang lebih canggih, AI kini telah diterapkan pada semua lini organisasi perusahaan sehingga terbukti mampu mendorong produktivitas sekaligus efisiensi”, ujar Ana.
Sesuai pengalaman Singtel, penerapan AI telah memacu peningkatan kinerja di masing-masing lini. Seperti Marketing dan Sales (35%), Customer Service (35%), Network (15%), IT (10%), dan divisi lainnya termasuk HR (5%).
Ana menambahkan, sebagai grup telekomunikasi yang membawahi operator di beberapa negara, Singtel telah menempatkan AI sebagai tools strategis untuk mendorong pertumbuhan.
Meski demikian penerapannya, disesuaikan dengan kebutuhan, mengacu pada peluang dan tantangan yang dihadapi di pasar bersangkutan.
Baca Juga: Ekosistem Telekomunikasi yang Berdampak Terhadap Keberlanjutan Kian Mendesak
Untuk mencapai hasil yang maksimal, pihaknya mendorong operator di lingkungan Singtel Group untuk membangun kemitraan dengan perusahaan teknologi terkemuka.
Di India dan Afrika misalnya, Airtel membangun kerjasama dengan Google. Kemitraan dengan raksasa teknologi yang berbasis di Moutain View, California itu, berfokus pada konektivitas dan channel distribusi.
Di Australia, anak perusahaan Singtel, yaitu Optus, berkolaborasi dengan Dubber. Kerjasama keduanya membangun AI Mobile Voice Recording yang ditujukan untuk segmen enterprise.
Di Philipina, Globe Telecom telah bermitra dengan GMS. Keduanya mengembangkan layanan omni channel campaign yang komprehensif kepada pelanggan.
Di Indonesia, Telkomsel juga membangun kemitraan dengan Google dalam mengembangkan bisnis berbasis AI. Kerjasama difokuskan pada transformasi operasi dan penawaran produk kepada pelanggan, melalui Google Cloud Enterprise with GenAI.
Di Singapura sendiri, Singtel bermitra dengan penguasa chip AI saat ini, Nvidia. Dengan menggandeng Nvidia, Singtel melalui unit usaha, Nxera Data Center, berupaya memperkuat segmen B2B di kawasan regional melalui peningkatan kapabilitas AI.
Selain Nvidia, Singtel melalui unit usahanya NCS, juga berkolaborasi dengan raksasa perangkat lunak Microsoft. Memanfaatkan Microsoft growth engine, kerjasama keduanya bertujuan untuk mendukung para mitra usaha di kawasan regional dalam pengembangan AI dan inovasi cloud.
Baca Juga: Telin dan SingTel Kembangkan SKKL 100 KM, Hubungkan Singapura dan Batam