Selular.ID – Beberapa tahun lalu, publik masih mengenal Bank Fama. Namun kini PT Bank Fama Internasional telah resmi berganti nama menjadi menjadi PT Super Bank Indonesia (Superbank).
Tak sekedar ganti nama, model bisnis juga berubah. Jika sebelumnya merupakan bank konvensional, kini Superbank merupakan bank digital. Bank digital baru ini pun siap bersaing dengan sejumlah bank sejenis.
Direktur Utama Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan perubahan nama dari Bank Fama menjadi Superbank akan mempertegas komitmen perseroan untuk memperluas akses layanan finansial bagi lebih banyak masyarakat Indonesia.
Perubahan nama ini juga menegaskan secara resmi bahwa perseroan telah bertransformasi menjadi bank dengan layanan berbasis digital.
Potensi bank digital di Indonesia terbilang sangat besar. Menurut Global Industry Analysts, ukuran pasar global untuk bank digital diperkirakan sudah mencapai $12,1 miliar pada 2020.
Diproyeksikan bertumbuh sampai $30,1 miliar pada 2026 mendatang dengan CAGR 15,7%. Segmen perbankan ritel diperkirakan mengalami pertumbuhan terbesar dengan 14,3% CAGR, bernilai $14,3 miliar.
Dengan berkembangnya ekosistem digital di Indonesia, jumlah bank digital yang beroperasi semakin menjamur. Seperti Bank Jago, Allo Bank, SEA Bank, Jenius, Blu, TMRW, Line Bank, Neo Bank, Woke, dan Motion.
Transformasi Bank Fama menjadi Superbank sejalan dengan proses akuisisi yang rampung dilakukan oleh raksasa telekomunikasi asal Singapura, SingTel.
Diketahui, Singtel yang juga merupakan induk usaha Telkomsel, mengeluarkan Rp 500 miliar ($34,9 juta) dengan saham 16,26 persen di Bank Fama International, saat operator telekomunikasi itu bergerak untuk mengeksplorasi peluang perbankan digital di Indonesia.
Pada Februari 2022, Singtel melalui anak perusahaannya, Singtel Alpha Investments mengakuisisi 2,4 miliar saham baru di Bank Fama International, yang sebelumnya secara mayoritas dimiliki oleh konglomerat media dan teknologi Indonesia PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek Group).
Sebelum diakuisisi oleh SingTel, Bank Fama tercatat memiliki aset senilai Rp 1,04 triliun per 30 Juni 2021.
Selain Singtel Alpha Investments, platform pemesanan taksi Grab juga berinvestasi. Namun tidak diungkapkan berapa nilai investasi yang digelontorkan.
Dalam pengajuan ke bursa saham Indonesia, Singtel yang juga merupakan pemegang saham operator terbesar di Indonesia, Telkomsel, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki populasi unbanked dan underbanked terbesar di ASEAN.
SingTel “membawa kemampuan dan wawasan yang signifikan” untuk mengembangkan layanan perbankan digital dan mendorong inklusi keuangan.
Perusahaan menyatakan investasi tersebut merupakan bagian dari pengaturan ulang strategis yang diluncurkan pada Mei 2021 untuk membangun bisnis digital baru di seluruh Asia.
Baca Juga: OJK: Tutupnya SVB Tak Berpengaruh Terhadap Sektor Perbankan Indonesia
*Artikel ini telah tayang di Fintechpost.ID