Konsumen mengharapkan semacam “Everything Experience”
Konsumen mengharapkan pengalaman yang mulus, bagaimanapun cara mereka berbelanja.
Tujuh dari 10 lebih memilih berbelanja baik di toko maupun secara online, serta lebih memilih pengusaha retail online yang juga punya toko fisik.
Kenyamanan adalah yang paling utama untuk pemenuhan pesanan (fulfillment): kebanyakan konsumen (75% di dunia, 73% di Asia Pasifik) lebih menyukai opsi barang diantar, dan memilih bisnis retail yang menawarkan pengambilan di toko atau curbside pick-up (64% di dunia dan di Asia Pasifik).
Hal yang sama juga terjadi untuk reverse logistic: sekitar delapan dari 10 konsumen (80% di dunia, 77% di Asia Pasifik) lebih memprioritaskan belanja di retail yang menawarkan pengembalian barang (retur) yang mudah.
Hampir setengah dari pengusaha retail yang mengikuti survei (49% baik di dunia maupun Asia Pasifik) mengubah ruangan di toko mereka untuk menyediakan area pengambilan pesanan, sehingga mendukung preferensi konsumen terhadap layanan pemenuhan pesanan yang mereka inginkan.
Pemesanan melalui perangkat seluler juga terus meningkat, dengan sekitar delapan dari 10 konsumen dan sembilan dari 10 millennial menggunakan cara semacam itu, dan sekitar tujuh dari 10 konsumen ingin ada lebih banyak bisnis retail yang menawarkan layanan tersebut.
Baca Juga: Studi: Cahaya Biru dari Smartphone Tidak Begitu Pengaruhi Kualitas Tidur
“Konsumen tidak menilai channel retail. Sebaliknya, mereka melihat hal tersebut sebagai sebuah pengalaman berbelanja, terlepas dari cara mereka melakukannya,” ucap George Pepes, APAC Vertical Solutions Lead for Retail and Healthcare, Zebra Technologies.
Menurut George, dengan e-commerce yang kian normal saat ini, channel-channel yang ada telah menyatu sehingga penting bagi pengusaha retail untuk memastikan hadirnya pengalaman belanja yang mulus di seluruh platform offline dan online mereka.
“Yang lebih penting lagi, mereka harus memberdayakan para staf toko dengan teknologi yang tepat, sehingga mereka dapat menjalankan tugas dengan lebih baik, ketika sektor retail bergerak menuju masa depan pemenuhan pesanan masa depan,” lanjutnya.
Baca Juga: Studi: Empat Hal yang Diidamkan Seller di Marketplace
Walau 79% konsumen di dunia (76% di Asia Pasifik) khawatir dengan kenaikan harga kebutuhan pokok akibat inflasi, mereka tidak begitu saja meninggalkan toko tanpa berusaha membeli barang yang mereka inginkan hanya karena harga.
Tapi para staf di toko retail mengatakan komplain gara-gara stok barang habis adalah penyebab frustasi mereka yang paling utama (43% di dunia, 38% di Asia Pasifik).
Di dunia, sebanyak 76% konsumen meninggalkan toko tanpa barang yang mereka ingin beli, dengan 49% menyebutkan ketidaktersediaan stok sebagai alasannya.
Di Asia Pasifik, jumlah konsumen yang tidak melengkapi belanjaan mereka lebih rendah secara keseluruhan (64%), dengan alasan di antaranya ketidaktersediaan stok (44%) atau menemukan penawaran yang lebih baik di tempat lain (27%).
Baca Juga: Laporan: Masa Depan E-Grocery Cerah, Karena Milenial Banyak yang Berkeluarga
Pengusaha retail sangat menyadari alasan tersebut; 80% mengakui memiliki visibilitas real-time terhadap ketidaktersediaan stok adalah tantangan yang sangat besar, yang membutuhkan tool pengelolaan inventori yang memiliki akurasi dan ketersediaan yang lebih baik (79% di dunia, 84% di Asia Pasifik).
Memanfaatkan tenaga kerja

Saat ini, hampir tujuh dari 10 konsumen puas dengan bantuan dari staf toko, dibandingkan dengan hanya 37% pada 2007.
Secara umum, konsumen, staf toko dan pengambil keputusan retail setuju bahwa konsumen akan memiliki pengalaman yang lebih baik ketika staf toko menggunakan teknologi terbaru untuk membantu mereka.
Namun, ini bukan satu-satunya keuntungan, terutama dalam menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja: Sebagian besar dari staf toko yang disurvei (78% di dunia dan 74% di Asia Pasifik) dan pengambil keputusan retail (84% di dunia, 82% di Asia Pasifik) setuju bahwa toko yang memanfaatkan teknologi retail dan perangkat seluler juga akan menarik dan membuat lebih banyak staf toko bertahan di perusahaan retail tersebut.
Baca Juga: Laporan: Aplikasi Khusus Kesehatan Mental Gagal Menjaga Data Pribadi Pengguna
Untuk lebih meningkatkan pengalaman berbelanja, lebih dari delapan dari 10 pengusaha retail yang disurvei menargetkan untuk memiliki lebih banyak staf toko untuk membantu pelanggan memilih dan melakukan pemesanan online pada musim liburan 2022.
Ini juga menjawab tantangan lain yang disebutkan oleh tiga perempat pengusaha retail yang disurvei; yaitu meningkatkan efisiensi dalam pemenuhan pesanan pada pemesanan online (78% di dunia, 73% di Asia Pasifik) dan pengeluaran (77% di dunia, 71% di Asia Pasifik).
“Setelah bertahun-tahun menganalisa konsumen, staf toko, dan pengusaha retail, satu hal yang tetap sama – retail terus berevolusi dengan cepat,” ucap Eric Ananda, Country Manager Indonesia Zebra Technologies.
“Ketika mengintegrasikan teknologi untuk membantu pengusaha retail memenuhi ekspektasi pelanggan, staf toko adalah touch point yang signifikan untuk meraih kesetiaan pelanggan dalam jangka panjang,” terang Eric.
Jika memungkinkan, pengusaha retail harus memperkuat high value yang diberikan oleh staf toko, dan melengkapi mereka dengan teknologi dan proses yang tepat untuk menjalankan operasional omnichannel yang terus berkembang.
“Saat pengusaha retail melihat ke masa depan, penting bagi mereka untuk menggunakan otomatisasi cerdas dan menggandakan dukungan pada staf toko mereka demi menyenangkan konsumen dan memenuhi permintaan mereka secara efektif, tutupnya.”
Untuk mendukung operasional bisnis retail di Indonesia, Zebra menampilkan portofolio solusinya, termasuk di antaranya ET40/ET45 enterprise tablets, TC53/TC58 mobile computers, RFD40 UHF RFID sleds, FX9600 fixed RFID reader, ZT231 industrial printer dan PTT Express.