Perang Tarif Internet: Jadi Siapa Pemenangnya ?

Selular Business Forum 2022
Credit: Selular.ID - Dari Kiri = E.Kurniawan (VP Management PT Telkom), Uday Rayana (Editor in Chief SMN), Sarwoto Atmosutarno (Ketua Umum MASTEL), Muhammad Arif (Ketua Umum APJII)

Selular.ID – Bisa dibilang untuk saat ini saling sikut terjadi diantara para pemain operator seluler dan penyedia layanan fix broadband dalam menghasilkan layanan terbaik dan juga bertarungnya dari segi tarif internet.

Padahal di pasar Indonesia tarif internetnya menduduki posisi paling bawah atau bisa dikatakan paling murah jika dibandingan dengan negara yang ada di Asia Tenggara.

Nilai Rata-rata tarif internet di Indonesia yakni hanya Rp 6.028 per 1 Gigabyte (GB). Malah untuk negara lainnya bahkan rata-rata sudah lebih diatas Rp 10.000 per 1GB sampai yang paling mahal di Brunei Darussalam Rp 32.014 per 1 GB.

Edy Kurdiawan selaku Vice President Management PT Telkom Indonesia mengatakan bahwa “Penggunaan Fix broadband ataupun mobile seluler akan terus bertumbuh secara berdampingan.”

Iwan sapaannya, menambahkan dengan sebelumnya banyak yang bertanya apakah nanti pada saat pandemi sudah mulai reda lalu penggunaan fix broadband juga akan ikut pengguna mereda?

“Dan nyatanya 75% pengguna tetap memilih fix broadband, sebanyak 67petabyte atau sekitar 1juta Gigabyte sehari serta sebanyak 183juta device yang terkoneksi.” Kata Iwan.

Baca juga : Apakah Perang Tarif Internet di Indonesia Menular ke Fixed Broadband?

Namun hal lainnya dijelaskan oleh Muhammad Arif selaku Ketua Umum APJII yang membeberkan bahwa di Indonesia sendiri penyebaran fix broadband masih minim.

Karena penyebarannya baru banyak tersedia pada di kota-kota besar Indonesia, dan untuk kota-kota dipinggir agak tertinggal.

“Menghimpun data servei APJII, Penetrasi layanan internet sudah sebanyak 90% untuk mobile seluler, untuk fix broadband tidak lebih dari 11juta pengguna, atau bisa dikatakan hanya 15% dari seluruh penduduk di Indonesia.” Kata Arif.

Dan untuk perang tarif yang dilakukan para penyedia operator jaringan di Indonesia, Arif melihat untuk harga Rp 300.000 itu dirasa sudah cocok.

Namun yang terjadi malah seperti Indihome sudah memberakukan harga dikisaran Rp 250.000 – Rp 280.000.

“Harga ini sebenarnya sudah cocok, dan mau semana lagi harga fix broadband turun? Tetapi diketahui Indihome saja sudah ada yang Rp 250ribu Rp 280ribu.” Tambahnya.

“Jika perang harga ini terus menerus terjadi, yang bakal dilihat sudah pasti dari segi kualitasnya.” Pungkasnya Arif.

Dan sebagai penutup dari fenomena yang terjadi ini, timbullah sebuah pertanyaan, siapakah yang akan memenangkan perang tarif ini?

Sarwoto Atmosutarno sebagai Ketua Umum MASTEL menjelaskan sekaligus membeberkan siapakah yang bisa dikatakan menang dari perang ini.

“Bisa dikatakan pemenang dari perang tarif ini ialah ia yang berhasil mengadopsi teknologi, bagaimana transisi teknologi yang mereka lakukan. Karena diketahui dikehidupan sekarang ini tidak akan lepas dan harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada.” Tutupnya Sarwoto.

Baca juga : Infografis: 6 Operator Fixed Broadband Paling Populer di Indonesia