Jadi Operator Telekomunikasi yang ‘Lengkap’ Memang Lebih Strategis di Indonesia

operator lengkap
Ilustrasi BTS XL

Selular.ID – Operator telekomunikasi belakangan bergerak untuk melengkapi diri, melalui akuisis perusahaan penyelengara jaringan.

Sebut saja XL Axiata yang baru saja resmi mencaplok Link Net, menyusul Smartfren yang sebelumnya juga telah mengakuisisi Moratelindo pada pertengahan 2021 lalu.

Merespon hal tersebut, Bambang Prihantono, Wakil Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional (Infratelnas) Mastel menuturkan, operator telekomunikasi sebetulnya memang dapat memilih strategi untuk menjadi operator yang spesifik, hanya seluler, fixed, satelit atau internet saja.

“Namun untuk di Indonesia memang sepertinya lebih strategis untuk menjadi operator telekomunikasi yang lengkap, terutama dalam pemenuhan jaringan. Operator selular kan saat ini sangat membutuhkan jaringan yang cukup baik sebarannya, kapasitas maupun kualitas. Operator telekomunikasi juga kadang dituntut oleh pasar untuk memberikan layanan full services kepada para customer,” terangnya kepada Selular, (11/2).

Baca juga: Masihkah Tarif (Murah) Menjadi Penentu Persaingan Operator di Era 5G?

Lebih lanjut saat ini operator telekomunikasi yang benar-benar lengkap plus ideal, dengan penyedia jaringan maupun jasa memang masih bisa dibilang Telkom-Telkomsel.

“Indosat Ooredoo, sejak awal juga sudah menjadi penyedia jasa lengkap, namun secara jaringan masih relatif lemah. Melalui penggabungan dengan Hutchison 3 Indonesia (Tri) kemarin posisinya kini menjadi lebih baik, tapi masih jauh dibawah Telkom-Telkomsel,” lanjut Bambang.

XL Axiata dan Smartfren mengikuti jejak dua operator di atas melalui aksi korporasi mengakuisisi Link Net dan Moratelindo yang menurut Bambang juga menjadi lengkap dan posisinya akan sangat membaik.

“Melalui kondisi ini secara persaingan pasar dan layanan terhadap konsumen tentu juga akan jauh menjadi lebih baik nantinya,” paparnya.

Sebagai catatan, Smartfren yang telah mengakuisisi 20,5% saham Moratelindo, kini memiliki Base Tranceiver Station (BTS) yang terhubung oleh fiber optic yang menurut keterangan Merza Fachys, Direktur Utama Smartfren Telecom meningkat pesat, kini berada di angka mendekati 20 persen.

“Moratelindo merupakan penggelar fiber optic terbesar ke-3 di Tanah Air, panjang fiber optic-nya itu sampai 100 ribuan kilometer, jika ditarik lurus bisa mengelilingi dua kali bumi. Lalu mereka juga memiliki fiber to the home (FTTH) yang banyak tersebar di Kawasan residensial, industri dan beberapa perkantoran. Sehingga ini menjadi sebuah percepatan, akselerasi yang dilakukan kami (Smartfren) untuk mendapatkan sumber daya fiber optic guna menggelar 5G kedepan,” ujarnya, pada kesempatan yang berbeda.

Tak ubahnya XL Axiata-Link Net, diyakini juga akan menjadi modal kuat dalam mengembangkan layanan 5G. Jaringan generasi kelima tak dipungkiri memang butuh infrastruktur serat optik yang terhubung dengan jaringan inti. Dan serat optik Link Net nyatanya juga tersebar cukup luas.

Dalam hal ini Axiata dan XL Axiata mencaplok 66,03% saham Link Net yang dimiliki oleh Asia Link Dewa Pte Ltd dan PT First Media Tbk.

Baca juga: Geliat Pengembangan Ekosistem 5G Smartfren Kian Mantap

Sekedar tambahan, di era 5G tentu menjadi potensial aksi operator telekomunikasi yang belakangan bergerak untuk melengkapi diri dalam pemenuhan jaringan, melalui akuisisi perusahaan penyedia jaringan seluler.

Mengingat operator yang paling siap dengan backbone fiber optic, berarti bisa menggelar 5G secara matang. Sejauh ini jaringan fiber optic di Indonesia telah mencapai 348.442, namun hal ini belum cukup menjangkau.

Berdasarkan data ada 12 ribu lebih desa/kelurahan belum terjangkau jaringan 4G, bahkan sekitar 150 ribu titik layanan publik belum memiliki akses internet yang memadai.