Jakarta, Selular.ID – LG melalui lini bisnis smartphone-nya, belum lama ini mengungkapkan kata sakral yaitu pamit, untuk meningalkan hiruk pikuk usaha ponsel pintar yang sudah lama mereka geluti.
Kolam bisnis smartphone yang penuh dengan hingar bingar persaingan, dan kini cenderung penuh sesak dengan brand-brand baru, mungkin jika bisa digambarkan persis seperti ‘kolam pemancingan’ ini, kembali kehilangan salah satu brand ponsel lawas sekaligus panutan yang pada masanya pasti pernah kita idolakan.
Sayang, beribu sayang… musti kehilangan LG di industri smartphone. Dan harus menghapus satu menu produk ponsel canggih pilihan kita di tahun ini. Tapi apa boleh buat, LG sudah mengambil sikap yang tentu perlu kita fahami dan juga hormati. Atau paling tidak langkah mundur yang LG ambil bisa kita petik hikmahnya soal bagaimana industri ponsel ini berjalan sejauh ini.
Baca juga: Siapa Yang Akan Diuntungkan Dari Hengkangnya LG?
Peta persaingan smartphone secara global memang berubah-ubah, pemain lama yang kini masih kuat memijakan kakinya, mungkin hanya Samsung dan Apple. Selain itu, brand-brand veteran angkatan LG sudah berguguran satu persatu, atau kalau pun masih ada market sharenya bisa dikatakan sudah sangat kecil, seperti HTC, Motorola, Sony, Nokia.
Dan pemain lama tak terkecuali LG, sudah tergantikan oleh brand-brand Tiongkok yang agresif, sekaligus gigih untuk mendorong usahanya keluar dari negerinya sendiri dan kini terbukti sudah menjadi pemain global sebut saja Xiaomi, Oppo, Vivo, OnePlus dan Realme.
Yang menarik memang LG sebelum niat hengkangnya mencuat, kesan kaya akan inovasi dan memiliki pandangan industri smartphone terdepan sangat gencang tersiar, lihat saja LG Wing (2020) ponsel layar putar yang sudah meluncur ke pasar, jika dibentangkan smartphone ini menyerupai ‘pesawat’, idealnya memang produk itu bisa membawa LG terbang ke angkasa, dengan inovasi canggih nan out of the box.
Kemudian gagasan inovasinya pun cenderung kaya, dan tak pernah putus. Sebagai bukti rencana mengarap ponsel layar gulung sempat LG gulirkan, pergerakan inovasi yang terhitung jauh kedepan itu, atau bisa juga dianggap nyeleneh ditengah pergerakan brand yang seragam secara pengaplikasian inovasi, cukup mencuri perhatian kita.
Baca juga: Kendati Mundur, LG Tetap Keluarkan Pembaruan OS Untuk Ponselnya
Pengembangan inovasi yang gencar, dan tak dipungkiri mengelontorkan banyak fulus itu sebenarnya tidak ada yang salah. Tapi langkah itu menjadi minus, karena LG memiliki riset pasar yang lemah dan kurang memahami bagaimana konsumen smartphone bisa menyerap inovasi sekaligus mengaplikasikanya dengan baik untuk masa sekarang ini. Ada kesan LG terlalu percaya bahwa produk bagus kaya inovasi, dengan sendirinya bisa berbicara sehingga secara organik bakal dicari calon pengguna.
Apalagi di sisi persaingan kelas flagship ada rekan senegaranya Samsung dan Apple yang juga gencar berinovasi, bedanya hal baru yang disajikan tidak nyeleneh, sehingga konsumen atau bisa dibilang para loyalisnya nganguk-nganguk saja jika disuguhkan, tanpa mengernyitkan dahi dan berfikir keras soal sajian inovasi baru yang diberikan tersebut.
Riset pasar yang lemah saat menyajikan inovasi, juga diperparah dengan kurang tersampaikannya dengan baik ke telinga konsumen atau calon pelangan soal inovasi tersebut. Kalapun sampai, hanya dibatas decak kagum konsumen, selebihnya mungkin berfikir butuh atau tidak sajian invoasi yang dibawa pada produk tersebut karena terlalu terdepan.
Sedangkan Samsung yang juga memiliki inovasi maju, nyatanya lebih siap dalam hal inovasi yang sejalan dengan kebutuhan pasar, dan ditopang dengan marketing yang menarik agar produknya dikenal dan dipahami sebanyak mungkin orang.
Baca juga: Hengkang Dari Bisnis Ponsel, Dua Smartphone Anyar LG Gagal Rilis
Sedangkan Apple sendiri sudah menjadi brand dalam liga lain, yang kepercayaan konsumennya sudah sangat besar, sehingga di negaranya sendiri sudah sulit dilawan, apa yang dibuatnya selalu menarik perhatian. Apple juga menganggarkan biaya marketing yang cukup terbilang masif.
Di kelas tarif bawah, LG juga habis dilumat brand Tiongkok yang agresif bak ikan Piranha di sungai Amazon, dan bisa dibilang mereka saat ini menjadi pemasok produk utama ponsel menengah-bawah, dengan menyajikan spesifikasi selangit, namun tarif kaki lima. Sehingga LG lagi-lagi harus legowo terhampit hingga sesak nafas, baik itu di kelas atas maupun bawah.
Melihat kondisi itu, tidak heran jika bisnis Smartphone LG terus merugi hingga 6 tahun lamanya, total kerugian sekitar US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp65,3 triliun (kurs Rp14.524,75). Dalam persaingan di global pun, LG hanya memiliki pangsa pasar sekitar 2% saja. Itu artinya, tahun lalu LG hanya mampu menjual sekitar 23 juta ponsel, jauh lebih rendah dibandingkan Samsung yang bisa menjual 256 juta produk dalam satu tahun menurut data Counterpoint.
Brand China Agresif
Yang juga mejadi catatan penting, dan juga hikmah dari mundurnya LG dari bisnis smartphone ialah tidak semua brand lawas siap menghadapi cara bertarung brand China. Mereka dengan sigap dan tanpa segan meng-copy inovasi, hal yang bagi brand lama adalah tabu.
Dari hasil copy ini mereka bisa menjual murah dan mendapatkan transaksi pasar, dan kemudian serius mengembangkan diri seperti brand global, investasi pada Research and development (R&D), membentuk komunitas, dan jati dirinya ditengah persaingan pasar ponsel cerdas yang kompleks.
Baca juga: realme Buds Air 2, Andalkan ANC dan Segudang Kemampuan Lain
Dengan cara ini, proses yang panjang dan lama itu bisa mereka kebut. Kini dengan gagah berani mereka pun (brand ponsel China) sudah siap bertempur, entah itu dari sisi inovasi, harga, spesifikasi, sensasi, dan lain sebagainya. Brand lama yang polanya tidak berubah, maka dipastikan perlu bersiap untuk kalah bersaing, sekaligus merugi.
Catatan penting lainya bagaimana tingkat keagresifan brand China bisa dilihat juga di pasar Indonesia, yang berdasarkan data Canalys di kuartal IV-2020, Brand Vivo dan Oppo berhasil menjadi pemimpin di pasar ponsel Indonesia. Kemudian hal yang juga menarik pada laporan ini, ialah Realme sebagai pendatang baru malah mampu mengeser dominasi Samsung, dan berhasil meringsek masuk ke posisi keempat. Sedangkan Samsung pengirimannya merosot sebanyak 45% di Indonesia, dan kini mereka harus rela berada di peringkat kelima.
Catatan penting lagi bagi brand besar yang masih kokoh berdiri saat ini. Inovasi kini tak berbanding lurus dengan tingkat kesuksesan, namun strategi pasar, dan melihat kebutuhan konsumen secara mendalam sudah menjadi keharusan yang juga perlu dipenuhi oleh brand besar sekaligus lawas saat ini.
Baca juga: Review realme 8 Pro: Kamera Smartphone 108MP dengan Fitur Trendi Berkreasi Tanpa Batas
Dan perlu direnungkan pula, sampai sekarang belum ada brand yang dulunya berjaya kemudian bisa berhasil comeback, merebut pasar kembali setelah terjatuh. Walau mereka sampai saat ini masih berusaha keras, seperti misalnya Nokia, Motorola, HTC, dan lain sebagainya.
Sebaliknya dengan pengamatan tajam, brand ponsel China sekarang lebih cenderung sangat kuat, modelnya banyak, produknya sudah diakui konsumen, spesifikasinya pun tinggi, orientasinya sudah global, talentanya hebat-hebat, R&D-nya cenderung maju, mereka kini dibaratkan seperti sedang berlari seolah ingin meningalkan kejayaan lama brand ponsel dunia.
Apalagi pergerakanya produknya sangat masif hari ini merilis produk terbaru, minggu depan mungkin sudah punya model baru lagi. Seperti sudah terjadwal dan tersiapkan dengan baik. Alhasil pola dari brand lama kini sudah tidak bisa digunakan, kalau ingin tetap bersaing maka harus ikut agresif. Dan jangan sampai tertinggal, karena sejarah mencatat, sekali brand ponsel jatuh, akan susah untuk bangkit kembali.
Baca juga: Ini Dia Rekomendasi ‘Terkini’ Smartphone Oppo
Semangat yang bisa diteruskan oleh brand ponsel yang masih sibuk berjibaku kini, baik itu untuk yang lawas maupun baru, ialah soal gagasan inovasi yang LG dalam hal ini patut kita akui sangat terdepan.
Tak dipungkiri suguhan inovasinya mungkin saat ini belum bisa diterima, tapi di masa yang akan datang tidak menutup kemungkinan menjadi andalan, dan LG di saat moment itu terjadi, suka tidak suka, mau tidak mau perlu diakui sebagai pionirnya.
Berdasarkan catatan banyak ide-ide baru dari LG pada smartphonenya, seperti secondary display, bagian display kecil dari layar yang selalu menyala saat memberikan informasi, dual display, smartphone bisa memiliki casing berupa layar tambahan, LG Flex layar melengkung, smartphone modular, dual camera, pengembangan ultra-wide camera yang pada masanya pilihan terkuat masih pada telephoto, Hi-res audio, Body dari kulit/leather dan lain sebagainya.