Jakarta, Selular.ID – PT Solusi Teknologi Niaga (Qasir) terus menunjukkan komitmennya dalam membantu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), untuk mengembangkan bisnis lewat platform Point of Sales (POS).
Yakni dengan merilis aplikasi Miqro bagi pedagang mikro dari berbagai jenis usaha. Aplikasi Miqro dapat diakses tanpa biaya lewat ponsel pintar.
Michael Williem, CEO Qasir, mengungkapkan melalui aplikasi ini, pemilik warung bisa mengakses banyak fitur dasar tentang manajemen pengelolaan warung, sampai dengan pemesanan barang untuk dijual kembali (grosir).
Aplikasi Miqro, memungkinkan hal tersebut dengan dukungan dari setidaknya lebih dari 25 mitra wholesaler yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
“Melalui aplikasi Miqro yang sudah tersedia untuk pengguna Android, pedagang tidak perlu lagi mencatat penjualan dan mengatur inventori secara manual, karena semuanya sudah otomatis akan terekonsiliasi di aplikasi,” ujar Michael.
Pasalnya, Qasir mencatat, salah satu kesalahan utama pemilik usaha mikro dan kecil dalam mengelola usaha sehingga tetap stagnan adalah karena tidak adanya pemahaman dasar soal pengelolaan bisnis. Karenanya, penggunaan platform POS bagi bisnis UMKM diharapkan mampu memangkas risiko human error dalam proses pengelolaan usaha.
Sederhananya, jika bisnis tidak memiliki laporan neraca saldo atau catatan transaksi harian yang rapi, maka pemilik usaha tidak akan mengetahui kesehatan bisnisnya.
“Tidak terkecuali bagi pemilik usaha yang masih turun langsung dalam mengelola usaha sehari-hari, dampaknya akan besar jika ia tidak memiliki laporan yang jelas. Ujung-ujungnya, bisa saja mereka salah mengambil keputusan, pemasukan dan pengeluaran tidak berimbang dan usaha menjadi mandeg atau tidak berkembang,” papar Michael.
Sementara itu, saat ini keberadaan toko-toko kelontong atau warung tradisional kian terdesak oleh hadirnya peritel modern, contohnya yang berbasis waralaba.
Secara aspek permodalan dan jaringan usaha, peritel modern tentu akan jauh melampaui kemampuan warung-warung untuk bersaing mendapatkan pelanggan. Faktor-faktor seperti variasi barang dagangan, stok penjualan, sampai ragam metode pembayaran yang kian memudahkan pembeli, menjadi hambatan utama bagi warung mikro untuk tetap eksis.
Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan warung mikro ini masih menjadi penopang kebutuhan masyarakat sekitar, khususnya yang berada di kota-kota lapis kedua dan ketiga, yang jauh dari area perkotaan.
Menurut Michael, warung masih menjadi andalan masyarakat, di tengah masifnya pertokoan modern.
Michael melihat masih adanya kebutuhan masyarakat, khususnya dari lapisan menengah ke bawah yang masih menjadi pelanggan warung-warung tradisional karena memang harga barang kebutuhan sehari-hari masih sangat terjangkau.
“Sehingga, kami melihat ada celah di mana Qasir bisa membantu pemilik warung untuk survive di tengah kompetisi dengan pemilik modal yang lebih besar,” tambah Michael.
Michael menambahkan, Jika aplikasi Miqro menarget pedagang mikro, aplikasi yang lebih dulu lahir, yaitu Qasir POS menyasar mereka yang sudah menjalankan usahanya dengan bantuan karyawan.
Karena, pada tahap inilah pemilik usaha sudah membutuhkan fungsi-fungsi monitoring. Mulai dari memonitor catatan penjualan, mengelola produk, mengawasi stok, dan memantau aktivitas karyawan.
Sampai dengan akhir tahun 2019, Qasir berhasil mencatatkan nilai transaksi yang cukup fantastis yakni sebesar Rp1,5 Triliun, angka ini merefleksikan setidaknya 0,2 persen total pergerakan ekonomi Indonesia.
Baca Juga :Zilingo Dorong UMKM Dapatkan Modal Usaha di Era Digital
“Tentunya pencapaian ini sangat membanggakan bagi tim Qasir, di mana layanan kami sudah digunakan oleh pedagang mikro di lebih dari 500 kota di Indonesia. Ke depan, kami menarget untuk lebih banyak merchant yang mengunduh dan menggunakan aplikasi kami, setidaknya sampai dengan 300.000 user,” tutup Michael.
Qasir berkomitmen menarget segmen pedagang untuk dapat nikmati kemudahan mengelola keuangan dan sistem pembayaran berbasis digital.