Jakarta, Selular.ID – Baru beberapa bulan mengaspal di Vietnam, Go-Viet, anak perusahaan Go-Jek di Vietnam, dikabarkan tengah bergejolak.
Tak tanggung-tanggung, Go-Viet akan ditinggalkan CEO dan sejumlah eksekutifnya. Sumber yang dekat dengan perusahaan mengatakan, kepastian pengunduran diri para pemimpin puncak diumumkan secara internal minggu ini.
Dilansir dari DealStreetAsia, permintaan pengunduran diri telah dikirim secara resmi oleh Duc Nguyen, CEO Go-Viet, namun sejauh ini belum mendapat tanggapan dari manajemen GoJek.
Sumber lain mengatakan, bahwa para eksekutif itu telah meminta Go-Viet untuk membayar kompensasi sekitar US$ 800.000 untuk pengunduran diri itu.
Ketika dikonfirmasi, juru bicara Go-Viet menyebutkan bahwa kabar itu tidak benar. Namun, perusahaan mengakui beberapa perubahan manajemen sedang berlangsung di Go-Viet dan pihaknya akan mengumumkan hal tersebut pada waktunya.
Diketahui Go-JeK memasuki Vietnam, pasar pertama di luar Indonesia, pada Agustus 2018. Dengan bendera Go-Viet, Go-Jek kini bersaing ketat dengan Grab yang sudah lebih dulu beroperasi di negeri bekas komunis itu.

Dalam peresmian yang menghadirkan Presiden Joko Widodo, Go-Jek memilih Hanoi, kota terbesar kedua di Vietnam, setelah enam bulan sebelumnya menghadirkan layanan yang sama di Ho Chi Minh. Dengan demikian, Go-Viet telah beroperasi di dua kota besar Vietnam.
Seperti di Indonesia, Go-Jek menawarkan layanan transportasi roda dua Go-Bike dan layanan pengiriman kurir Go-Send. Perusahaan juga tengah menyiapkan layanan lain, yakni Go-Car, yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Untuk menarik animo pengguna, Go-Viet tidak membebankan biaya kepada pengemudi untuk beberapa bulan pertama. Dengan strategi itu, Go-Viet mengklaim telah memiliki pangsa pasar 35% di Kota Ho Chi Minh hampir dua bulan setelah diluncurkan.
Namun, mulai bulan ini, Go-Viet menaikkan potongan yang diterima dari pengemudi hingga 20% dari setiap perjalanan, mirip dengan Grab.
Go-Viet juga telah memperketat kebijakan untuk kinerja dan poin penghargaan bagi driver. Langkah ini tidak berjalan baik dan mendapat penentangan dari para driver.
Untuk memodali operasi Go-Viet, perusahaan induknya, Go-Jek, sedang dalam proses meningkatkan putaran pendanaan Seri F yang diperpanjang hingga US$ 2 miliar.
Perusahaan telah mendapatkan US$ 1 miliar dalam putaran berkelanjutan dari investor termasuk Mitsubishi Corp, Provident Capital, Google, JD.com dan Tencent.
Sebelumnya, diketahui GoJek menghabiskan US$ 500 juta sebagai biaya ekspansi ke tiga negara di Asia Tenggara, masing-masing Singapura, Vietnam dan Filipina.
Berbeda dengan Vietnam dan Singapura yang berjalan mulus, ekspansi Go-Jek ke Filipina sejauh ini masih terhalang oleh regulasi.
Dua kali proposal yang diajukan oleh Go-Jek telah ditolak oleh otoritas transportasi Filipina, dengan alasan perusahaan yang ditunjuk oleh Go-Jek di negara itu, Velox Technology Philippines, sahamnya didominasi asing.
Velox Technology, dinilai tidak memenuhi persyaratan kewarganegaraan dan aplikasi tidak diverifikasi sesuai dengan aturan pemerintah Filipina.
Dalam peraturan tersebut tercantum bahwa hanya warga negara Filipina atau perusahaan dengan 60 persen kepemilikan lokal yang bisa mengoperasikan utilitas publik.
Di sisi lain, pesaing terbesar Go-Jek di kawasan ini, Grab, baru-baru ini mengantongi US$ 1,46 miliar dari SoftBank Vision Fund untuk putaran pendanaan di Seri H, sehingga total pendanaan SoftBank di Grab mencapai US$ 4,5 miliar.
Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini telah menginvestasikan lebih dari US$ 100 juta di Vietnam pada akhir 2018.
Grab saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Ant Financial untuk berinvestasi di unit layanan keuangan, Grab Financial Group.