Ambisiusnya Target Waktu Konsolidasi Operator Telekomunikasi

Indosat Ooredoo Hutchison Bangun Sistem Kabel Bawah Laut 18.000 Km
Indosat Ooredoo Hutchison Bangun Sistem Kabel Bawah Laut 18.000 Km

Fiberoptic

Jakarta, Selular.ID – Pemerintah melalui Kementrian Informasi dan Komunikasi (Kominfo) menginstruksikan agar operator Broadband Wireless Access (BWA) melakukan konsolidasi yang selesai pada kuartal 1 tahun 2017. BWA adalah layanan akses data nirkabel dengan kecepatan tinggi. Frekuensi yang di gunakan untuk pita BWA adalah pita frekuensi 2300 Mhz. Terdapat lima pemain BWA di Indonesia, mereka adalah PT Telekomunikasi Indonesia, PT Indosat Mega Media, PT First Media, PT Internux dan PT Jasnita Telekomindo. Kelima operator ini memegang lisensi frekuensi pada zona yang berbeda-beda. PT Indosat Mega Media memegang satu zona yaitu Jawa Barat; PT First Media menguasai dua zona yaitu Jabodetabek (termasuk Banten) dan juga Sumatera Utara; PT Telekomunikasi Indonesia memegang lisensi untuk Zona Maluku; PT Jasnita Telekomindo memegang lisensi untuk zona Sulawesi Utara dan PT Berca Hardayaperkasa memegang sisa zona yang ada di Indonesia kecuali Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Dengan tujuan untuk mengefisiensikan industri telekomunikasi, Kominfo mengharapkan kelima operator tersebut berkonsolidasi sehingga akan hanya ada satu perusahaan yang memegang lisensi atas semua zona di Indonesia yaitu sebesar 30 Mhz pada pita frekuensi 2300 Mhz. Target waktu konsolidasi yang ditetapkan Kominfo adalah selesai pada kuartal 1 tahun 2017. Namun, hingga pertengahan kuartal 1 2017, tidak terdapat informasi atas kemajuan proses konsolidasi ini. Dengan kata lain, target waktu konsolidasi lima operator BWA yang diharapkan selesai pada kuartal I 2017 kemungkinan kecil akan tercapai. Kompleksitas konsolidasi perusahaan, banyaknya pihak yang terkait, dan juga sistem kesepakatan B2B (business to business) akan menjadi faktor-faktor krusial dalam tercapainya target waktu konsolidasi yang sangat singkat ini. Dengan mempertimbangkan tiga faktor tersebut, sisa waktu sekitar satu bulan adalah terlalu singkat.

Kompleksitas konsolidasi

Tingkat kompleksitas konsolidasi dengan lima operator termasuk yang tinggi. Terdapat tiga kompleksitas atas konsolidasi yang akan di hadapi oleh lima operator BWA. Pertama, banyaknya jumlah operator yang terlibat dalam proses konsolidasi ini. Setiap operator memiliki proses waktu pengambilan keputusan internal yang berbeda-beda. Dengan banyaknya jumlah operator yang terlibat, akan terdapat tantangan untuk mengharmonisasi waktu pengambilan keputusan karena setiap operator menjalani proses internal yang masing-masing. Dengan kata lain, semakin bertambah pula tingkat kesulitan untuk mengharmonisasi waktu pengambilan keputusan setiap operator. Kedua, negosiasi B2B setiap operator dapat berjalan secara lambat. Dengan menggunakan proses B2B, setiap operator diharapkan untuk bernegosiasi dengan operator lainnya. Dengan adanya lima operator, berarti satu operator harus bernegosiasi dengan empat operator lain secara terpisah. Selain itu, dalam hal negosiasi, setiap operator akan memberikan proposal yang menguntungkan dirinya sendiri. Proses ini dapat terjadi berulang kali karena satu operator akan berbicara dengan empat operator lain, dan setiap proses dengan operator lain tidak akan selesai dalam satu kali pertemuan. Ketiga, rumitnya proses kesepakatan konsolidasi bila menjadi satu perusahaan baru. Segala proses yang berkaitan dengan konsolidasi menjadi satu perusahaan seperti tata kelola perusahaan, procurement, penentuan wilayah frekuensi, pembagian hasil, dan lainnya harus di lakukan di awal untuk mencegah terjadinya masalah di kemudian hari. Bila hal ini dilakukan, proses ini akan kembali memakan waktu yang dapat mencapai hitungan bulan.

Kemungkinan skenario

Ada dua kemungkinan skenario yang dapat terjadi pada konsolidasi ini. Kemungkinan pertama adalah melebur dengan menjadi satu perusahaan baru. Alasan atas kemungkinan skenario ini adalah dapat terciptanya keadilan atas pembagian biaya dan pendapatan setiap operator karena setiap operator tersebut menjadi pemegang saham sesuai dengan persentase masing-masing yang akan disepakati nanti. Skenario kedua adalah melebur kepada satu operator BWA yang besar. Terdapat dua alasan mengapa skenario kedua dapat terjadi yaitu adanya operator BWA yang bisnis BWA-nya belum berjalan atau belum mendapatkan keuntungan dan adanya operator BWA besar seperti Telkom atau operator BWA yang di sokong oleh operator seluler besar (IM2, yang merupakan anak perusahaan dari Indosat Ooredoo). Dengan mempertimbangkan kompleksitas yang tinggi dan juga kemampuan perusahaan, kemungkinan besar skenario kedua yang akan terjadi, yaitu para operator BWA kecil yang akan melebur kepada Telkom atau Indosat Ooredoo (IM2).

Target waktu yang kurang realistis

Target waktu yang ditetapkan pemerintah kurang realistis. Terdapat beberapa alasan akan hal ini. Pertama, konsultan independen membutuhkan waktu untuk membuat penilaian setiap operator. Para operator yang bisnisnya belum berjalan harus membuat rencana bisnis yang akan di gunakan sebagai masukan untuk konsultan melakukan valuasi. Tantangan muncul karena membuat rencana bisnis agar selesai dalam hitungan hari membutuhkan usaha yang tidak sedikit. Selain itu, konsultan juga harus berkomunikasi dengan setiap operator secara simultan untuk mengejar target waktu yang ditetapkan pemerintah. Kedua, kompleksitas proses konsolidasi. Banyaknya operator yang terlibat, proses kesepakatan yang menggunakan B2B dan juga banyaknya hal yang harus di selesaikan di awal untuk menghindari konflik di masa depan merupakan tantangan untuk mencapai target waktu pemerintah. Ketiga, membutuhkan persetujuan dari para pemegang saham dan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau RUPS Luar Biasa bagi perusahaan publik kembali membutuhkan waktu bulanan, bila tidak mingguan.

Kecilnya kemungkinan konsolidasi selesai pada kuartal satu tahun 2017

Target waktu yang ditetapkan pemerintah yaitu kuartal I 2017 adalah tidak realistis. Kompleksitas konsolidasi seperti banyaknya operator yang terlibat, proses negosiasi berdasarkan B2B, dan juga banyaknya hal yang harus di selesaikan di awal adalah faktor utama yang dapat menjadi penyebab terlambatnya target kuarta I 2017. Selain itu, konsolidasi terburu-buru dapat menimbulkan konflik di kemudian hari apabila banyak hal-hal yang seharusnya di selesaikan di awal tidak terselesaikan. Dibutuhkan periode waktu yang realistis dan juga dukungan dari pemerintah sebagai penengah agar proses konsolidasi ini dapat berjalan lancar. Apabila periode waktu realistis dan pemerintah menjadi pihak penengah dalam proses konsolidasi ini, target periode waktu yang realistis tersebut dapat tercapai dan semua pihak akan merasa win-win.

Oleh Benny Januar Tannawi, Vice President Mata Garuda Institute