Tentunya, perhitungan tersebut kurang masuk akal, mengingat perbedaan harga antara kedua handset sangat mencolok – kisaran biaya Nokia Lumia mencakup ratusan dolar, sementara Nokia 105 hanya menelan biaya US$26 saja (Rp240.000). Ini karena Nokia 105 ditujukkan untuk beredar di pasar negara berkembang dan negara-negara Dunia Ketiga.
Informasi ini dilaporkan secara langsung oleh direktur Jun Wang, salah satu petinggi Platform and Technology R&D di Nokia Cina. Wang membeberkan pernyataan ini setelah ia diberondong pertanyaan perihal bagaimana Nokia mampu bertahan dan bisa menghasilkan keuntungan bila menetapkan harga handset pada tingkat rendah tersebut (Nokia 105). Perusahaan memang gemar menciptakan ponsel murah dalam target untuk menjamah 2.7 miliar orang di dunia yang masih tidak memiliki layanan telepon selular.
Lebih lanjut, Wang menjelaskan bahwa seluruh ide pembuatan feature phone itu bukan asal-asalan meski menjualnya dengan harga murah. Strategi ini sebagai upaya mengutak-atik permainan angka agar bisa menuai keuntungan. Salah satu poin yang bisa diambil adalah dengan meningkatkan pengiriman perangkat dalam volume tinggi.
Ya, Nokia 105 memang sebatas handphone dengan fitur minim. Handphone ini hanya bisa untuk menelepon dan SMS. Fiturnya tak banyak, tapi daya tahan baterainya luar biasa, yakni bisa hingga satu bulan lebih dalam sekali pengecasan. Ada juga fitur radio FM dan lampu flash di sisi atasnya, yang dapat digunakan sebagai senter.