Ancaman Botnet di Indonesia, Tertinggi di Asia Tenggara

21 August 2014 13:00
Trend Micro mencatat adanya peningkatan jumlah malware di Indonesia yang menyasar perbankan online pada kuartal kedua. Tidak tanggung-tanggung, kenaikan itu mencapai angka 224% dibandingkan kuartal pertama 2014. Perusahaan global yang bergerak di bidang software keamanan itu juga mencatat bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara di kawasan Asia Tenggara dengan aktivitas botnet tertinggi, yakni sebesar 59% dari total koneksi botnet yang terdeteksi di kawasan tersebut. Aktivitas robot network itu merupakan salah satu teknik serangan cyber yang dipakai untuk melakukan spionase dan sabotase secara terkoordinir melalui jaringan komputer yang terhubung melalui koneksi internet. Botnet tergolong kategori malware ganas saat ini. Selain dua cybercriminal di atas, Trend Micro juga menekankan adanya ancaman baru yang menggunakan Bahasa Indonesia. Hal itu mengindikasikan bahwa Indonesia telah menjadi sasaran empuk bagi penjahat cyber.

Ikhtisar keamanan selama kuartal kedua itu dipaparkan Dhanya Takkar selaku Managing Director SEA & India Trend Micro dalam konferensi tentang keamanan internet yang diberi nama Cloudsec 2014. Simposium yang berlangsung satu hari tersebut (Rabu, 20/8) dimaksudkan untuk mendorong pelaku profesional di bidang teknologi informasi (TI) di Indonesia untuk mengadopsi pendekatan keamanan informasi yang lebih strategis menyongsong era Internet of Things (IoT) yang segalanya kini serba terhubung. Meningkatnya jumlah perangkat yang terkoneksi dengan internet telah mengubah perilaku pengguna dalam mengakses dan mengintegrasikan teknologi ke dalam seluruh aspek kehidupan, baik untuk kepentingan personal maupun bisnis.

“Memasuki era IoT, isu-isu terkait ancaman keamanan dan privasi informasi semakin mengemuka. Meningkatnya adopsi teknologi berbasis cloud memperlebar peluang bagi penjahat cyber untuk beraksi. Oleh karena itu, perspektif pengguna dalam hal pertahanan keamanan terkait pemanfaatan teknologi perlu ditingkatkan,” ujar Dhanya.

Trend Micro memandang pentingnya edukasi mengenai solusi keamanan yang relevan yang mampu membendung berbagai ancaman keamanan dan privasi. Seperti yang disebutkan dalam laporannya, bahwa ancaman cyber, kejadian pembobolan data, serta celah-celah kerentanan digital beresiko tinggi mendominasi temuan semester pertama 2014. Tercatat hingga Juli 2014, sebanyak lebih dari 10 juta serangan telah dilancarkan dan menyasar ruang-ruang personal pengguna. Dilaporkan juga telah terjadi lebih dari 400 insiden pembobolan data.

Insiden-insiden keamanan hasil observasi Trend Micro hendaknya bisa dijadikan landasan bagi perusahaan untuk mengimplementasikan strategi perencanaan keamanan yang tangguh untuk merespon segala bentuk insiden tersebut. (Nisa)

 

Sumber : www.selular.co.id