Sabtu, 11 Oktober 2025
Selular.ID -

New York Gugat Raksasa Teknologi Atas Krisis Mental Remaja

BACA JUGA

Selular.id – New York City mengambil langkah hukum bersejarah dengan menggugat raksasa teknologi Meta, Alphabet, Snap, dan ByteDance atas tuduhan menciptakan krisis kesehatan mental remaja melalui platform media sosial mereka.

Gugatan setebal 327 halaman diajukan ke Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan New York, menuduh perusahaan teknologi melakukan “kelalaian besar” dengan mendesain platform secara sengaja untuk membuat anak-anak ketagihan.

Kota metropolitan terbesar di Amerika Serikat ini bergabung dengan distrik sekolah dan departemen kesehatan setempat dalam upaya hukum yang menargetkan pemilik Facebook, Instagram, Google, YouTube, Snapchat, dan TikTok.

Menurut dokumen gugatan, perusahaan-perusahaan ini dengan sadar membangun “algoritma yang menggunakan data pengguna sebagai senjata melawan anak-anak dan memicu mesin kecanduan.”

Yang membedakan gugatan ini dari kasus serupa sebelumnya adalah kedalaman analisis dan data spesifik yang disajikan.

New York City tidak hanya mengandalkan argumen umum tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental, tetapi menyertakan bukti-bukti konkret yang mengaitkan langsung tren media sosial dengan tragedi nyata di masyarakat.

Data dari Departemen Kepolisian New York City mengungkapkan setidaknya 16 remaja telah meninggal saat melakukan “subway surfing” – aktivitas berbahaya menaiki bagian luar kereta yang sedang berjalan – yang menurut gugatan dipicu oleh tren media sosial. Dua gadis berusia 12 dan 13 tahun menjadi korban terbaru awal bulan ini, tewas saat mencoba subway surfing dan meninggalkan keluarga yang berduka.

Survei terhadap siswa sekolah menengah atas New York menunjukkan fakta mencengangkan: 77,3% remaja kota menghabiskan tiga jam atau lebih per hari di depan layar. Dampaknya langsung terlihat pada tidur yang hilang dan meningkatnya ketidakhadiran di sekolah. Distrik sekolah kota memberikan data pendukung yang menunjukkan 36,2% dari seluruh siswa sekolah negeri dianggap absen kronis, yang berarti mereka melewatkan setidaknya 10% tahun ajaran.

Gelombang Gugatan Nasional dan Strategi Pertahanan

Gugatan New York City ini merupakan bagian dari gelombang lebih besar yang melanda industri teknologi.

Menurut Reuters, terdapat lebih dari 2.050 gugatan serupa yang sedang dalam proses litigasi di berbagai yurisdiksi.

Kota New York sendiri menarik gugatan sebelumnya yang diumumkan oleh Walikota Eric Adams pada 2024 untuk bergabung dengan upaya yang lebih luas di pengadilan federal.

Dengan populasi yang mencapai 8,48 juta jiwa – hampir dua juta di antaranya adalah remaja di bawah 18 tahun – New York City langsung menjadi salah satu penggugat terbesar dalam kasus kolektif ini.

Kasus ini mengikuti pola serupa dengan gugatan konsumen terhadap Apple karena masalah data yang pernah terjadi sebelumnya.

José Castañeda, juru bicara Google, membantah tuduhan tersebut dengan tegas.

“Gugatan-gugatan ini secara fundamental salah memahami cara kerja YouTube, dan tuduhannya sama sekali tidak benar. YouTube adalah layanan streaming di mana orang datang untuk menonton segala sesuatu dari olahraga langsung, podcast hingga kreator favorit mereka, terutama di layar TV, bukan jejaring sosial di mana orang pergi untuk menyusul teman,” katanya kepada Gizmodo.

Castañeda menambahkan, “Kami juga telah mengembangkan alat khusus seperti Supervised Experiences untuk kaum muda, dipandu oleh pakar keselamatan anak, yang memberikan kontrol kepada keluarga.”

Namun pertanyaannya tetap, seberapa efektifkah alat-alat ini dalam melindungi anak-anak dari desain algoritma yang memang dirancang untuk membuat pengguna tetap terlibat?

Dampak Sistemik pada Layanan Publik

Gugatan New York City tidak hanya berfokus pada dampak individual terhadap remaja, tetapi juga menekankan beban yang ditanggung oleh sistem publik.

Kota ini mengklaim bahwa “gangguan publik” yang diciptakan oleh platform media sosial telah membebani sumber daya kota, termasuk sistem kesehatan mental dan layanan pendidikan.

Departemen Kesehatan Kota New York harus mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk menangani masalah kesehatan mental remaja yang terkait dengan penggunaan media sosial.

Sementara itu, distrik sekolah menghadapi tantangan ganda: tidak hanya menangani tingkat absensi yang tinggi, tetapi juga menangani dampak pembelajaran yang terganggu akibat kurang tidur dan masalah konsentrasi yang dialami siswa.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di New York. Puluhan ribu orang telah mendukung petisi menolak gugatan serupa di yurisdiksi lain, menunjukkan bahwa kesadaran publik tentang dampak media sosial terhadap anak-anak sedang meningkat.

Masyarakat mulai mempertanyakan tanggung jawab perusahaan teknologi dalam melindungi pengguna mudanya, mirip dengan kekhawatiran yang muncul saat FBI mengimbau pengguna Android waspada malware BadBox 2.0.

Industri teknologi sendiri sedang berada di persimpangan jalan.

Sementara beberapa perusahaan seperti OpenAI membatalkan rencana menjadi perusahaan profit, yang lain justru semakin agresif dalam mempertahankan model bisnis mereka.

Gugatan New York City terhadap raksasa teknologi ini mungkin akan menjadi preseden penting yang menentukan masa depan regulasi platform digital, mengikuti jejak perkembangan ketika The New York Times mulai gunakan AI untuk dapur redaksi dengan batasan.

Pertanyaannya sekarang: akankah gugatan besar-besaran ini memaksa perusahaan teknologi untuk mengubah fundamental desain platform mereka?

Ataukah ini hanya akan menjadi pertempuran hukum panjang yang akhirnya tidak mengubah apa-apa?

Yang pasti, suara New York City sebagai salah satu kota terbesar di dunia tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dengan jutaan remaja yang terpengaruh, hasil dari gugatan ini akan menentukan tidak hanya masa hubungan antara teknologi dan masyarakat, tetapi juga masa depan kesehatan mental generasi mendatang.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU