Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Bukan Tahun yang Bagus Buat Samsung

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Permintaan produk-produk elektronik yang menurun membuat kinerja Samsung terpangkas sangat dalam.

Pada Selasa (31/1), raksasa asal Korea Selatan itu resmi melaporkan laba triwulanan terendah yang diraih perusahaan sejak 2014.

Penurunan laba tersebut, mengkonfirmasi pernyataan sejumlah analis yang sudah beredar beberapa pekan sebelumnya.

Samsung menyebutkan bahwa ketidakpastian makroekonomi yang terus-menerus akan membuat paruh pertama 2023 menjadi lebih sulit, meskipun permintaan kemungkinan akan mulai pulih pada paruh kedua tahun ini.

Dalam pernyataan resmi, perusahaan teknologi yang berbasis di Seoul itu, mengatakan permintaan yang lamban dan penyesuaian inventaris akan terus berdampak pada bisnis chip pada kuartal pertama tahun ini.

Baca Juga: Musim Dingin Kini Membelenggu Samsung

Samsung menambahkan “permintaan smartphone menurun dari tahun ke tahun karena perlambatan ekonomi di wilayah utama”.

Pembuat chip memori dan smartphone terbesar di dunia melaporkan penurunan laba kuartal keempat sebesar 69%.

Karena permintaan konsumen untuk perangkat elektronik turun sementara klien menghabiskan lebih sedikit dalam ekonomi yang lemah, menyeret turun harga chip memori.

Tercatat laba yang dibukukan hanya 4,3 triliun won ($3,49 miliar). Laba operasi Oktober-Desember itu, merupakan laba kuartalan terendah Samsung dalam delapan tahun. Secara keseluruhan, pendapatan Samsung turun 8% menjadi 70,5 triliun won.

Dengan harga chip memori yang anjlok dua digit pada 2022, laba chip Samsung juga turun – menjadi sekitar 270 miliar won pada kuartal keempat dari 8,83 triliun won pada periode yang sama tahun sebelumnya. Menandai pencapaian Samsung yang terendah sejak perubahan standar akuntansi tahun 2011.

Beberapa analis memperkirakan bisnis chip membukukan kerugian pada kuartal pertama, menarik keuntungan keseluruhan di bawah kuartal keempat.

Pekan lalu, pembuat chip Intel mengatakan akan kehilangan uang pada kuartal pertama 2023, karena industri komputer pribadi masih mengalami kendala pasokan chip.

Dua pesaing lainnya, Micron Technology dan SK Hynix juga menyebutkan bahwa mereka akan memangkas investasi pada 2023 karena ekonomi global yang menurun.

Baca Juga: Permintaan Menurun, Laba kuartalan Samsung Anjlok ke Level Terendah Dalam 8 tahun Terakhir

Kuartal Keempat 2022, Apple Geser Samsung Dari Posisi Puncak

Kinerja Samsung yang loyo pada 2022, juga tercermin dari laporan International Data Corporation (IDC).

Lembaga riset yang berbasis di Framingham, Massachusetts (AS) itu, merilis laporan terbaru merek ponsel terbesar di dunia selama kuartal keempat 2022 dan sepanjang tahun tersebut.

Laporannya mencatat jumlah pengiriman smartphone ke seluruh dunia, pangsa pasar, serta pertumbuhan selama setahun.

Secara keseluruhan, meski hasil datanya masih awal, Samsung masih menjadi penguasa pasar ponsel global sepanjang 2022.

Namun, peringkat pertama untuk periode Q4 2022, Samsung harus mengakui kekuatan Apple. Pada periode itu, Apple sukses menggamit 24.10% pangsa pasar.

Berturut-turut diikuti oleh Samsung (19,40%), Xiaomi (11,00%), Oppo (8,40%), Vivo (7,60%), dan brand-brand lain (29,40%)

Baca Juga: Laba Q4 Samsung Menurun karena Penjualan Smartphone Lemah

IDC mengungkap ada 300,3 juta unit pengapalan ponsel di seluruh dunia untuk kuartal keempat 2022. Angka itu tercatat turun 18,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menjadi penurunan terbesar dalam satu kuartal yang pernah tercatat.

Secara keseluruhan, sebanyak 1,21 miliar unit ponsel terkirim sepanjang 2022. Angka tersebut turun dari 1,36 miliar unit yang dicatat tahun sebelumnya, sekaligus jumlah pengiriman tahunan terendah sejak 2013.

Sesuai laporan IDC, Samsung masih menjadi penguasa pasar ponsel global pada 2022. Di tengah permintaan yang terus menukik, pangsa pasar yang diraih Samsung mencapai 21,60%.

Berturut-turut vendor lain di bawah Samsung adalah Apple (18,80%), Xiaomi (12,70%), Oppo (8,60%), Vivo (8,20%, dan brand-brand lain (30,10%).

Menurut Anthony Scarsella, direktur riset Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker IDC, anjloknya permintaan ponsel di pasar global, tak bisa dilepaskan dari sejumlah faktor. Terutama karena akibat meroketnya inflasi yang memangkas daya beli, dan ketidakpastian ekonomi yang bisa memicu resesi di banyak negara.

“Dengan 2022 menurun lebih dari 11% setahun terakhir, 2023 ditetapkan menjadi tahun kehati-hatian karena vendor akan memikirkan kembali portofolio perangkat mereka, sementara channel akan berpikir dua kali sebelum mengambil persediaan berlebih,” kata Anthony.

Meski pasar masih tertekan, Anthony menyebutkan bahwa sejumlah peluang akan terbuka, mengingat vendor akan memikirkan metode baru demi mendorong peningkatan dan menjual lebih banyak perangkat, khususnya model high-end.

Di sisi lain, konsumen dapat mengganti perangkat yang dimilikinya dengan penawaran tukar tambah yang lebih murah dan promosi yang berlanjut hingga 2023.

Baca Juga: Kuo: 2024, Samsung Bukan Lagi Pemasok Layar iPhone Terbesar

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU