Selular.id – Sebanyak 86% eksekutif perusahaan di kawasan Asia Pasifik berencana meningkatkan investasi di bidang kecerdasan buatan (AI) pada tahun 2025.
Ambisi ini muncul meski di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi dan ancaman resesi global.
Temuan ini terungkap dalam studi terbaru “Pulse of Change” yang dirilis oleh Accenture.
Studi tersebut menunjukkan bahwa para pemimpin bisnis telah menyadari dampak positif yang signifikan dari adopsi AI.
Dari berbagai bidang yang diteliti, peningkatan produktivitas terbesar dilaporkan terjadi di departemen TI/teknologi, dengan persentase mencapai 58%.
Bidang operasional menyusul di posisi kedua dengan 43%, diikuti oleh penelitian dan pengembangan (R&D) sebesar 41%.
Namun, di balik optimisme investasi ini, terdapat tantangan serius yang mengintai.
Hanya 41% pimpinan perusahaan yang secara aktif memprioritaskan pelatihan dan pengembangan karyawan untuk mendukung transformasi AI.
Kondisi ini menciptakan kesenjangan yang lebar antara ketersediaan teknologi AI dan kesiapan sumber daya manusia dalam memanfaatkannya.
Anoop Sagoo, CEO Accenture untuk kawasan Asia Tenggara, mengonfirmasi temuan ini.
“Banyak pimpinan yang masih kurang berinvestasi pada pelatihan tenaga kerja, sehingga menimbulkan kesenjangan kesiapan yang membatasi potensi penuh penggunaan AI,” ujarnya dalam laporan tersebut.
Kesenjangan Antara Teknologi dan Talenta
Fenomena ini tidak hanya terjadi di level manajemen.
Survei Accenture juga mengungkapkan bahwa 73% karyawan merasa kecepatan perkembangan AI melampaui kemampuan perusahaan mereka dalam memberikan pelatihan yang memadai.
Persepsi ini mempertegas adanya gap antara kemajuan teknologi dan pengembangan kompetensi SDM.
Jayant Bhargava, Country Managing Director Accenture Indonesia, memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai situasi ini.
“Banyak organisasi masih terlalu berfokus pada penerapan teknologi tanpa sepenuhnya meningkatkan kemampuan talenta,” katanya.
Bhargava menekankan bahwa transformasi digital yang sesungguhnya hanya akan terwujud ketika kemampuan manusia—meliputi aspek budaya, keterampilan, dan proses—berkembang sejalan dengan inovasi teknologi.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang seimbang antara investasi teknologi dan investasi SDM.
Baca Juga:
Investasi AI Global yang Terus Meningkat
Tren peningkatan investasi AI di Asia Pasifik ini sejalan dengan perkembangan global.
Beberapa perusahaan teknologi raksasa telah mengalokasikan dana besar-besaran untuk pengembangan AI.
Seperti yang terjadi pada Alphabet, induk perusahaan Google, yang menerbitkan obligasi senilai Rp417 triliun khusus untuk investasi AI.
Di sisi lain, OpenAI juga melakukan kolaborasi strategis dengan AWS dengan investasi mencapai Rp594 triliun untuk pengembangan ChatGPT.
Langkah-langkah investasi besar ini menunjukkan betapa seriusnya pelaku industri dalam memanfaatkan momentum perkembangan AI.
Namun, studi Accenture mengingatkan bahwa besarnya anggaran investasi tidak serta-merta menjamin keberhasilan transformasi digital.
Faktor kunci justru terletak pada bagaimana perusahaan mempersiapkan SDM mereka untuk mengadopsi dan memanfaatkan teknologi AI secara optimal.
Pelatihan yang komprehensif dan berkelanjutan menjadi kebutuhan mendesak bagi perusahaan-perusahaan yang ingin tetap kompetitif di era digital.
Tanpa dukungan SDM yang mumpuni, investasi teknologi yang besar berpotensi menjadi tidak optimal dan bahkan sia-sia.
Industri di Asia Pasifik kini berada pada titik kritis. Di satu sisi, tekanan kompetitif mendorong percepatan adopsi teknologi.
Di sisi lain, kebutuhan akan SDM terampil yang mampu mengoperasikan dan mengoptimalkan teknologi tersebut semakin mendesak.
Kesenjangan antara kemajuan teknologi dan kesiapan SDM ini menjadi tantangan struktural yang perlu diatasi secara sistematis.
Perusahaan-perusahaan yang mampu menyeimbangkan antara investasi teknologi dan pengembangan SDM diprediksi akan lebih sukses dalam transformasi digital mereka.
Mengingat besarnya investasi AI generatif yang diproyeksikan mencapai 110 miliar USD di Asia Pasifik, isu kesiapan SDM ini menjadi semakin relevan.
Perusahaan perlu belajar dari prediksi Cloudera yang menekankan pentingnya pendekatan investasi AI yang lebih matang dan terukur.
Ke depan, kesuksesan implementasi AI tidak hanya akan diukur dari besarnya anggaran investasi, tetapi juga dari sejauh mana perusahaan mampu memberdayakan SDM mereka melalui program pelatihan dan pengembangan yang tepat sasaran.



