Minggu, 23 November 2025
Selular.ID -

Apple Tak Buru-buru Hentikan Workaround AirDrop Google

BACA JUGA

Selular.id – Apple tampaknya tidak akan terburu-buru menghentikan workaround yang dikembangkan Google untuk membuat fitur berbagi file Quick Share di Android kompatibel dengan AirDrop milik Apple. Meski Google melakukan reverse engineering terhadap teknologi proprietary Apple tanpa kolaborasi resmi, hubungan bisnis strategis antara kedua raksasa teknologi ini menjadi pertimbangan utama.

The Verge mengonfirmasi bahwa Google berhasil merekayasa balik AirDrop tanpa masukan dari Apple, menciptakan solusi transfer file seamless antara perangkat Pixel 10 Android dengan iPhone dan iPad Apple. Google secara tegas menyatakan tidak berkolaborasi dengan Apple untuk fitur ini dan menolak berkomentar mengenai respons yang diharapkan dari Apple.

Meski menggunakan standar terbuka seperti Bluetooth dan Wi-Fi Direct, teknologi inti AirDrop tetap proprietary milik Apple. Google mengembangkan workaround ini secara mandiri, melanjutkan evolusi fitur berbagi file Android yang sebelumnya dikenal sebagai Nearby Share.

Diagram teknis menunjukkan proses reverse engineering AirDrop oleh Google

Keamanan menjadi prioritas utama dalam pengembangan workaround ini. Google menggunakan bahasa pemrograman Rust yang “memory-safe” dengan compiler yang menerapkan aturan kepemilikan dan peminjaman ketat pada waktu kompilasi, menjamin keamanan memori. Perusahaan juga melakukan threat modeling internal, peninjauan privasi, tes penetrasi red team, serta melibatkan NetSPI untuk memvalidasi keamanan fitur transfer file ini.

Meski demikian, keberlangsungan workaround ini sepenuhnya bergantung pada keputusan Apple. Perusahaan asal Cupertino memiliki kemampuan teknis untuk menutup saluran yang digunakan Google untuk menyinkronkan Quick Share Android dengan AirDrop Apple kapan saja.

Sinergi Bisnis Strategis Apple-Google

Alasan utama Apple tidak terburu-buru menghentikan workaround Google terletak pada hubungan bisnis strategis antara kedua perusahaan. Apple dilaporkan akan menggunakan model AI Gemini raksasa yang disesuaikan khusus untuk menghidupkan Siri yang direvitalisasi di cloud. Model Gemini yang dikustomisasi ini memiliki 1,2 triliun parameter, jauh melampaui model AI khusus 1,5 miliar parameter yang saat ini digunakan Apple untuk Siri di cloud.

Yang lebih signifikan, Apple akan membayar Google sekitar $1 miliar per tahun untuk menggunakan teknologi AI proprietary Google. Ini menjadi tambahan terbaru dalam hubungan transaksional berkelanjutan antara kedua raksasa teknologi tersebut. Google sudah membayar Apple $20 miliar per tahun untuk hak istimewa mesin pencari default dalam browser Safari dan layanan Apple lainnya.

Sinergi erat antara Apple dan Google inilah yang kemungkinan membuat Apple berpikir dua kali sebelum memutuskan menghentikan reverse engineering fungsi AirDrop oleh Google. Saat ini, Apple membutuhkan Google lebih dari yang dibutuhkan Google dari Apple, terutama jika pembuat iPhone ingin tetap kompetitif di bidang AI.

Tekanan Regulasi dan Antitrust Global

Faktor lain yang mempengaruhi pertimbangan Apple adalah meningkatnya tekanan regulasi dan antitrust di berbagai yurisdiksi. Apple telah dipaksa di berbagai wilayah untuk membuka ecosystem moat legendarisnya yang selama ini menjadi keunggulan kompetitif.

Di Amerika Serikat, Apple baru-baru ini dipaksa oleh pengadilan dalam kasus Epic untuk mengizinkan akses ke metode pembayaran eksternal dan mengembalikan aplikasi Fortnite Epic. Meski Apple telah mematuhi putusan tersebut, perusahaan masih bersikeras akan mengenakan komisi untuk pembayaran tersebut, yang memicu hakim dalam kasus tersebut meminta Apple menghentikan praktik tersebut atau menghadapi proses contempt dan kemungkinan tuntutan pidana.

Di Uni Eropa, Apple telah ditetapkan sebagai “gatekeeper” di bawah Digital Market Act Uni. Penetapan ini menandakan bahwa entitas tertentu memiliki dominasi pasar yang cukup untuk memblokir persaingan. Di bawah remedi yang menyusul, UE telah memaksa Apple untuk mengizinkan toko aplikasi pihak ketiga di perangkatnya. Apple juga memodifikasi ketentuan untuk pengembang aplikasi di UE, memungkinkan mereka yang mendaftar dalam program yang dimodifikasi untuk membayar persentase lebih rendah dari pendapatan keseluruhan yang berasal dari aplikasi mereka kepada Apple.

Situasi ini menciptakan preseden hukum, di mana konsumen di pasar lain juga meminta hak serupa. Di Australia, Epic baru-baru ini meminta pengadilan untuk mengizinkan aplikasinya di-sideload ke perangkat Apple tanpa komisi terkait. Selain itu, sekelompok sekitar 55 konsumen China telah mengajukan keluhan antitrust formal terhadap Apple kepada regulator pasar China, dengan alasan Apple mempertahankan monopoli atas distribusi aplikasi dan metode pembayaran di China sementara mengizinkan pembayaran di luar App Store serta toko aplikasi pihak ketiga di pasar lain.

Dengan latar belakang ini, Apple kemungkinan besar ingin menghindari sorotan antitrust baru dengan secara sepihak menghentikan workaround AirDrop Google. Kompatibilitas lintas platform baru untuk transfer file antara Apple dan perangkat Android terpilih diperkirakan akan bertahan setidaknya untuk sementara waktu.

Perkembangan ini juga sejalan dengan tren ekspansi Quick Share ke platform lain yang sedang digodok Google. Sementara itu, kekhawatiran keamanan terhadap teknologi serupa seperti yang pernah dialami oleh pemerintah China terhadap AirDrop tampaknya telah diantisipasi dengan baik oleh Google melalui implementasi keamanan berlapis.

Kemampuan transfer file seamless antara ecosystem yang berbeda ini membawa angin segar bagi pengguna yang selama ini terbatas oleh dinding taman ecosystem masing-masing platform. Perkembangan teknologi ini mengindikasikan perlahan tapi pasti menuju interoperability yang lebih baik antara platform mobile yang bersaing.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU