Sabtu, 18 Oktober 2025
Selular.ID -

Dua Mobil Terbang XPeng Tabrakan di Udara saat Latihan Air Show

BACA JUGA

Selular.id – Dua unit mobil terbang atau flying car produksi XPeng AeroHT terlibat tabrakan di udara saat sedang melakukan latihan untuk persiapan Changchun Air Show di Provinsi Jilin, China.

Insiden yang terjadi pada Selasa (16/9/2025) tersebut mengakibatkan salah satu unit terbakar saat mendarat, sementara pilotnya mengalami luka-luka.

Peristiwa ini langsung mencuatkan pertanyaan serius mengenai keselamatan teknologi eVTOL (electric vertical take-off and landing) yang sedang gencar dikembangkan untuk mobilitas udara perkotaan.

Berdasarkan pernyataan resmi XPeng yang dikutip dari BBC, tabrakan disebabkan oleh jarak antar-pesawat yang dinilai tidak memadai (insufficient spacing) selama formasi latihan.

Unit yang terbakar mengalami kerusakan pada bodi utama (fuselage damage) dan api berhasil dipadamkan oleh tim darurat.

Satu unit lainnya berhasil mendarat dengan selamat. Kondisi pilot yang terluka belum diungkap secara rinci kepada publik, namun insiden ini telah memicu respons cepat dari perusahaan.

Video dan foto yang beredar di media sosial, termasuk di platform X (sebelumnya Twitter), menunjukkan dua wahana terbang saling berdekatan dan proses pemadaman api terhadap unit yang terbakar.

Investigasi awal difokuskan pada pengaturan jarak dan prosedur latihan formasi. Meski belum ada konfirmasi resmi, sumber menduga model yang terlibat adalah X2, kendaraan eVTOL dua tempat duduk yang dikembangkan XPeng AeroHT sejak 2021.

XPeng, yang dikenal sebagai produsen mobil listrik, mulai merambah bisnis kendaraan terbang melalui anak perusahaannya, AeroHT, sejak tahun 2020.

Venture ini bertujuan menghadirkan solusi mobilitas udara perkotaan berbasis listrik dengan kemampuan lepas landas dan mendarat vertikal.

Kecelakaan ini terjadi di tengah euforia industri terhadap pengembangan kendaraan listrik dan transportasi masa depan, sekaligus mengingatkan semua pihak tentang kompleksitas dan risiko yang melekat.

Profil XPeng AeroHT X2: Mobilitas Udara Perkotaan

XPeng AeroHT X2 merupakan kendaraan eVTOL dua tempat duduk yang dirancang khusus untuk perjalanan jarak pendek di area perkotaan.

Berbahan serat karbon untuk meminimalkan berat, X2 memiliki berat lepas landas maksimum 760 kg dan mampu mengangkut muatan hingga 200 kg.

Kendaraan ini tidak dilengkapi roda penggerak darat, sehingga hanya beroperasi di udara.

Dari sisi performa, X2 mampu mencapai kecepatan maksimal 130 km/jam dengan durasi penerbangan hingga 35 menit atau jarak tempuh sekitar 40 km.

Ketinggian operasionalnya terbatas pada 300-500 meter di atas permukaan tanah. Untuk penggerak, X2 menggunakan delapan motor listrik yang terhubung ke baling-baling berputar berlawanan arah, didukung empat paket baterai independen.

Dari segi fitur keselamatan, X2 dilengkapi sistem redundansi, deteksi lingkungan sferis, kemampuan pendaratan dan kembali otonom, pemantauan darat, video real-time, kamera omnidirectional, serta parasut balistik darurat.

Kendaraan ini juga mendukung mode manual dan autopilot untuk memudahkan pengendara.

Dengan banderol sekitar Rp 5 miliar di pasar global, X2 menargetkan segmen premium yang menginginkan alternatif transportasi perkotaan.

Pengembangan teknologi eVTOL seperti X2 erat kaitannya dengan inovasi di bidang perangkat drone dan hybrid, di mana aspek stabilitas, daya tahan baterai, dan keamanan menjadi faktor kritis.

Insiden di Changchun menyoroti bahwa uji coba di dunia nyata, terutama dalam skenario kompleks seperti air show, memiliki tantangan tersendiri yang harus diantisipasi oleh para pengembang.

Implikasi bagi Industri eVTOL dan Mobilitas Udara

Tabrakan dua mobil terbang XPeng ini terjadi pada momen penting, ketika berbagai perusahaan otomotif dan teknologi berlomba menghadirkan solusi mobilitas udara.

Industri eVTOL digadang-gadang sebagai masa depan transportasi perkotaan, dengan proyeksi jaringan Urban Air Mobility (UAM) yang dapat mengurangi kemacetan.

Namun, insiden ini mengingatkan bahwa keselamatan tetap menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar.

Bagi XPeng, insiden ini merupakan ujian kredibilitas, terutama karena terjadi di depan publik dalam event air show.

Perusahaan harus menunjukkan transparansi dalam investigasi dan memperkuat protokol keselamatan untuk memulihkan kepercayaan.

Situasi ini mirip dengan tantangan yang dihadapi pelaku industri teknologi dan transportasi lainnya ketika menghadapi insiden yang mempengaruhi persepsi publik.

Kecelakaan ini juga menyoroti pentingnya regulasi yang ketat dari otoritas penerbangan sipil.

Pengaturan jarak antar-pesawat, standar pelatihan pilot, sertifikasi kendaraan, dan protokol darurat harus distandardisasi sebelum eVTOL dapat dioperasikan secara komersial secara luas.

XPeng menyatakan akan mengevaluasi seluruh prosedur operasional menyusul insiden ini.

Ke depan, industri eVTOL perlu belajar dari setiap insiden untuk menyempurnakan teknologi dan operasional.

Uji coba dan demonstrasi publik, seperti air show, merupakan bagian penting dari proses validasi, meski membawa risiko.

Keselamatan penumpang dan publik harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan mobilitas udara yang berkelanjutan dan dapat dipercaya.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU