Jumat, 8 Agustus 2025
Selular.ID -

Nothing yang Kini Sudah Jadi Something

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Apakah 2025 merupakan tahun terbaik bagi Nothing? Jika ukurannya adalah pangsa pasar, maka vendor smartphone yang didirikan oleh Carl Pei, mantan CEO OnePlus itu boleh menepuk dada.

Pasalnya, di tengah persaingan super ketat dengan  para raksasa yang selama ini mendominasi seperti Samsung, Apple, dan Xiaomi, Nothing yang fokus pada niche market, ternyata mampu mencuri pasar yang terbilang signifikan.

Pencapaian tersebut tercermin dari laporan Canalys. Pada kuartal kedua, sebagai brand challenger, Nothing tumbuh hingga 177% year-over-year (YoY) dengan lebih dari 1 juta pengiriman kuartalan untuk pertama kalinya, menurut grup riset Canalys.

“Nothing berada di jalur yang tepat untuk menggandakan bisnisnya sepanjang 2025 dibandingkan dengan tahun 2024,” ujar Runar Bjørhovde, Analis Senior Canalys, dalam sebuah catatan seperti dilansir dari laman Light Reading.

Pada Juli lalu, Nothing meluncurkan generasi ketiga dari ponsel pintar andalannya, Phone 3. Smartphone ini dilengkapi chipset Qualcomm Snapdragon 8S Gen 4, baterai silikon-karbon berkapasitas 5.150mAh, tiga kamera belakang, dan satu kamera depan.

Bagian belakang Phone 3 juga dilengkapi layar dot-matrix, yang dijuluki “Glyph Interface,” yang menjalankan berbagai fungsi, termasuk menyorot notifikasi.

Sekedar diketahui, Nothing adalah lini ponsel yang diproduksi oleh Nothing Technology Limited, sebuah perusahaan yang berbasis di London yang didirikan oleh Carl Pei, salah satu pendiri OnePlus.

Perusahaan ini dikenal karena estetika desainnya yang khas, yang sering kali menggabungkan elemen transparan dan isyarat visual unik seperti antarmuka “Glyph” pada Phone (1) dan Phone (2).

Baca Juga: Nothing Phone 3 Bisa Coba Android 16 via Closed Beta, Ini Syaratnya

India Menjadi Pasar Utama Nothing

Tak dapat dipungkiri, dari sebelumnya hanya menjadi pemain pelengkap, Nothing kini telah diperhitungkan oleh vendor lainnya.

Seperti halnya vendor China, Nothing berupaya menjadikan India sebagai pijakan utama. Tak heran jika sebagian besar pertumbuhan Nothing akhir-akhir ini merupakan hasil dari fokus perusahaan pada India.

Entah hanya sekedar kebetulan, OnePlus, juga meraih kesuksesan yang solid dengan berfokus pada India, yang merupakan pasar ponsel terbesar kedua di dunia setelah China.

Pada Q2-2025, penjualan Nothing tumbuh hingga 229% YoY di negeri Bollywood itu. Dipicu oleh tingginya permintaan untuk varian CMF Phone 2 Pro, Phone 3a, dan Phone 3a Pro. Tak dapat dipungkiri, seri CMF telah menjadi akselerator yang sangat kuat di India.

“India – tanpa diragukan lagi – adalah pasar di dunia yang paling terbuka terhadap proposisi baru, desain alternatif, dan memiliki saluran daring yang kuat,” kata Bjørhovde.

Basis manufaktur Nothing hampir terbagi rata antara India dan China, dengan sedikit lebih banyak manufaktur di India untuk menyediakan pasar tersebut dengan ponsel buatan lokal.

Menariknya di luar India, Nothing mulai menunjukkan kemajuan, tetapi dengan volume unit yang lebih rendah. Tercatat  Nothing mengirimkan lebih dari 150.000 unit ke Eropa untuk pertama kalinya di Q2-2025.

Nothing juga mengalami pertumbuhan tinggi di Amerika Latin, China, dan Amerika Utara, tetapi memulai dari basis yang jauh lebih rendah.

Misalnya, Nothing meningkatkan jumlah unit yang dikirimkan dari tahun ke tahun di Q2-2025 dari 2.000 menjadi 22.000 unit hanya di pasar Amerika Utara.

Itu adalah sinyal yang bagus, mengingat tak mudah bagi pengguna smartphone untuk pindah ke brand lainnya. Apalagi jika brand tersebut terbilang baru.

Pangsa Pasar Nothing Masih Kecil

Meskipun Nothing telah mampu “melampaui batas kemampuannya,” dalam skala global, vendor ini masih dianggap sebagai pemain kecil. Bahkan jika Nothing berhasil menjual 4 juta unit pada akhir tahun, itu hanya setara dengan 0,5% pangsa pasar.

Sebagai perbandingan, raksasa industri seperti Apple dan Samsung menjual volume penjualan yang setara dengan target tahunan Nothing setiap minggunya.

“Skala merupakan komponen penting dalam strategi Nothing ke depannya untuk menjadi pemain yang lebih tangguh,” kata Bjørhovde.

“Skala yang lebih besar dapat memungkinkan ketahanan yang lebih kuat jika terjadi hambatan pasar dan daya tawar yang lebih besar dalam rantai pasokan. Selain itu, hal ini dapat membantu mempercepat investasi dalam R&D, area di mana Nothing sangat bergantung pada putaran penggalangan dana”, imbuh Bjørhovde.

Di sisi lain, Nothing juga mulai meningkatkan skala penjualan di toko ritel seperti Best Buy. Meski demikian, kemajuan di AS bergantung pada penjualan ponsel pintar melalui saluran operator, karena pasar AS bersifat close market.

Dengan kata lain, Nothing harus menjalin kerjasama penjualan dengan operator melalui program bundling. Namun, penjualan melalui saluran operator saat ini belum dapat dilakukan oleh Nothing “karena biaya yang sangat tinggi yang menyertai investasi ini”.

Alhasil, Nothing lebih memfokuskan diri pada penjualan langsung ke konsumen melalui situs web perusahaan, selain penjualan melalui Amazon dan Walmart.

Baca Juga: Nothing Phone (3) Resmi Dirilis, Desain Unik tapi Performa Masih Tertinggal

Permintaan Smartphone Global Menurun

Menariknya pertumbuhan yang dicapai oleh Nothing, terjadi di tengah kondisi pasar yang tak menentu. Secara keseluruhan untuk Q2-2025, pengiriman ponsel pintar global sedikit menurun menjadi 288,9 juta unit karena permintaan pelanggan yang rendah.

Samsung terus mendominasi sebagai vendor terbesar di dunia. Chaebol  asal Korea Selatan itu, diuntungkan oleh permintaan untuk seri Galaxy A-nya dan selama Q2 mengirimkan 57,5 juta ponsel pintar, meningkat 7% YoY.

“Q2 menandai titik balik penting bagi Samsung. Ini adalah kuartal pertama sejak Q4 2021 di mana Samsung mencatat pertumbuhan terkuat di antara lima besar,” kata Aaron West, Analis Senior di Omdia (perusahaan induk Canalys), dalam sebuah pernyataan.

Apple menggamit posisi kedua, namun pengiriman iPhone Apple turun 2% dengan 44,8 juta ponsel pintar yang dikirimkan. Perusahaan yang berbasis di Cupertino – Californa itu, menghadapi persaingan ketat di China dan harus menyesuaikan inventaris di AS karena kebijakan tariff yang mencekik.

Xiaomi berada di posisi ketiga dengan pertumbuhan yang datar, mengirimkan 42,4 juta unit, diikuti oleh Vivo, yang tumbuh 2% YoY dengan mengirimkan 26,4 juta unit.

Vendor ponsel pintar terbesar kelima untuk Q2 adalah Transsion. Vendor yang menaungi tiga merek smartphone (Infinix, Tecno, Itel) itu mencatat penurunan sebesar 3% menjadi 24,6 juta unit yang dikirimkan.

Tak dapat dipungkiri, tren ekonomi makro dan kebijakan tarif yang dijadikan senjata oleh Presiden Donald Trump untuk melindungi pasar AS, telah menghambat pertumbuhan pasar.

Alhasil, Canalys memperkirakan hingga akhir tahun ini pertumbuhan terbilang “datar” untuk permintaan smartphone global.

Baca Juga: Nothing Phone (3) di AS: Kesiapan atau Kesia-siaan?

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU