JAKARTA, SELULAR.ID – Calon Wakil Presiden atau Cawapres Republik Indonesia nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka menyebutkan istilah smart farming dalam debat seri keempat, Minggu (21/1/2024).
Dalam pemaparannya, Gibran mengatakan mengatakan, akan mendorong kesejahteraan untuk petani.
“Untuk mendorong kesejahteraan petani akan kita dorong terus ketersediaan pupuk dan bibit yang mudah dan murah, untuk menjaga stabilitas harga pangan, akan kita optimalkan peran dari PPID, ID Food, Bulog dan juga badan pangan,” kata Gibran.
Gibran juga menyebut bakal mendorong melakukan mekanisasi terhadap para petani untuk menggenjot hasil produksi.
TONTON JUGA:
Putra sulung Presiden Jokowi ini juga bakal menerapkan smart farming agar generasi muda mau terjun ke dunia pertanian.
“Untuk meningkatkan produktivitas para petani, akan kita dorong terus mekanisasi. Generasi muda akan kita dorong melalui Smart farming,” kata Gibran.
Baca juga: Top 5 Vendor Smartphone Dunia Sepanjang 2023, Apple Salip Samsung
Wali Kota Solo ini juga akan melanjutkan agenda Reforma Agraria.
“Agenda reforma agraria akan kita lanjutkan, juga terkait kepemilikan tanah dan juga pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan,” ujar Gibran.
Lalu apa maksud dari smart farming yang Gibran Rakabuming ini ungkapkan?
Smart farming atau pertanian pintar adalah konsep manajemen bercocok tanam yang mengandalkan bantuan teknologi canggih seperti data besar (big data), penyimpanan cloud, dan internet of things (IoT).
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), konsep ini bisa menjadi salah satu pemecahan masalah lahan pertanian Indonesia yang semakin berkurang.
Selain itu, melansir dari laman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (Faperta UMSU), smart farming merupakan konsep pertanian berbasis teknologi digital dan informasi.
Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam proses produksi tanaman dan peternakan.
Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol
Ketiga tujuan di atas dapat tercapai berkat bantuan berbagai teknologi canggih (seperti big data, IoT, sensor, dan robotika) yang mengumpulkan dan mengelola data pertanian secara konstan.
Pasokan data dalam bentuk digital tersebut-lah yang nantinya akan membantu para petani untuk memantau dan memprakirakan kondisi tanaman, mengoptimalkan penggunaan sumber daya (seperti air, pupuk, dan pestisida), serta memperbaiki kinerja produksi pertanian secara keseluruhan.
Jika disimpulkan, smart farming adalah sistem pertanian terintegrasi dan berbasis teknologi digital yang diciptakan untuk memperbaiki proses produksi serta meminimalkan dampak negatif produksi terhadap lingkungan.
Baca juga: Mengejutkan, Cawapres yang Populer di Media Sosial Jelang Debat Keempat