Selular.ID – Industri hiburan pasca pandemi mengalami peningkatan yang signifikan, namun peningkatan tersebut menjadi celah baru bagi bot calo untuk meraup keuntungan dari penjualan Tiket Online.
Mengandalkan bot, para calo mampu membeli barang dengan harga ritel standar secara luar biasa cepat dibandingkan dengan pelanggan manusia.
Barang-barang tersebut kemudian dijual kembali dalam tempo singkat di pasar sekunder dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Sejumlah bot yang dioperasikan oleh para calo juga memiliki kapabilitas untuk secara otomatis menjelajahi berbagai situs penjualan tiket (pre-bot), mengisi data pengguna untuk pembayaran yang lebih cepat (pengisian formulir otomatis).
Melakukan penyegaran otomatis pada situs web, atau bahkan mengakses data melalui API untuk mengotomatisasi berbagai aktivitas, termasuk mengirim spam, masuk ke akun, dan melakukan pembelian.
Baca Juga:Fitur Chatbot Berbasis Kecerdasaan Buatan Dibutuhkan Ecommerce
Bagaimana Para Calo Bot Bekerja?
Mengandalkan bot, para calo mampu membeli barang dengan harga ritel standar secara luar biasa cepat dibandingkan dengan pelanggan manusia.
Barang-barang tersebut kemudian dijual kembali dalam tempo singkat di pasar sekunder dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Sejumlah bot yang dioperasikan oleh para calo juga memiliki kapabilitas untuk secara otomatis menjelajahi berbagai situs penjualan tiket (pre-bot), mengisi data pengguna untuk pembayaran yang lebih cepat (pengisian formulir otomatis).
Melakukan penyegaran otomatis pada situs web, atau bahkan mengakses data melalui API untuk mengotomatisasi berbagai aktivitas, termasuk mengirim spam, masuk ke akun, dan melakukan pembelian.
Solusi Manajemen Bot Tingkat Lanjut
Pendekatan paling komprehensif dalam menggagalkan bot calo adalah dengan menerapkan solusi manajemen bot yang tidak hanya mampu mengawasi aktivitas bot, tetapi juga mencegah bot agar tidak dapat mengakses situs web.
Sementara itu, solusi ini tetap memberikan kesempatan bagi pengguna yang sah untuk terus berinteraksi dengan bisnis Anda.
Yien Wu, Head of Sales, SSEA and ANZ at CDNetworks mengatakan, dengan variasi jenis bot dan ragam taktik yang digunakan oleh para calo, organisasi memerlukan pendekatan komprehensif dalam pengelolaan bot.
Sehingga penyelenggara dapat membedakan antara lalu lintas yang berasal dari manusia dan bot.
Serta mampu mengidentifikasi bot yang bersifat konstruktif dan bermaksud jahat.
Dalam berbagai sektor industri, manfaat dari penerapan solusi pengelolaan bot berbasis cloud sangatlah relevan untuk mendeteksi serta merespons serangan dan penyalahgunaan.
“termasuk praktik-praktik seperti skimming tiket, pengurasan konten, manipulasi inventaris, tindakan kekerasan dan usaha pengambilalihan akun. Penerapan deteksi bot yang tangguh menjadi esensial dalam memulihkan kepercayaan,” ujar Yien Wu.
Melawan Bot Jahat: Deteksi dan Pencegahan
Sebaliknya, terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan secara bersamaan. Beberapa di antaranya adalah:
• Mengimplementasikan Captcha
• Menetapkan batasan pada jumlah permintaan koneksi masuk ke situs web
• Melakukan pemblokiran manual terhadap penyedia hosting dan proxy yang umumnya digunakan oleh calo
• Memvalidasi peramban (browser) dengan memastikan bahwa setiap peramban yang digunakan oleh pengguna sesuai dengan klaimnya
Bot calo beroperasi melalui serangkaian langkah yang terstruktur:
1. Pertama, membuat beberapa akun palsu atau mengakuisisi akun pengguna yang sudah ada, untuk membeli produk yang ditargetkan.
2. Dengan menggunakan skrip yang telah diprogram, bot mulai melakukan pencarian di bagian depan antrian segera setelah penjualan daring dimulai.
3. Otomatisasi ini memberikan kemampuan kepada penyerang untuk menambahkan jumlah produk hingga batas maksimum ke dalam keranjang belanja, yang jauh melampaui kapasitas pelanggan manusia.
4. Kemudian, bot menggunakan informasi kartu kredit yang diperoleh dari akun yang telah diinfiltrasi sebelumnya untuk menyelesaikan proses pembayaran. Hal ini mengakibatkan produk yang dicari tidak lagi tersedia untuk pengguna asli.
Data dari Asosiasi Promotor Musik Indonesia mengindikasikan bahwa sepanjang tahun 2022, telah digelar sekitar 100 event festival musik, dan estimasi menyebutkan angka tersebut akan melonjak dua kali lipat pada 2023.
Sejumlah konser tersebut berhasil mencuri perhatian publik, terutama dengan tingginya permintaan tiket.
Baca Juga:Teknologi Chatbot AI Bakal Hadir di Instagram
Konser seperti Coldplay, sebagai contoh, mampu menghipnotis banyak masyarakat Indonesia. Penjualan tiketnya pada bulan Mei saja, telah melampaui 70.000 tiket dalam waktu kurang dari 1,5 jam.