Selular.ID – Pekan lalu, Rabu (1/2), Samsung meluncurkan smartphone premium terbaru, Galaxy S23. Sebagai suksesor S22, smartphone terbaru ini mengusung banyak keunggulan, terutama di sisi kamera.
Vendor elektronik asal Korea Selatan itu, memamerkan kinerja S23 Ultra di acara Samsung Unpacked di San Francisco dengan cuplikan dua film, “Behold” oleh Ridley Scott, sutradara “Gladiator” dan “The Martian,” dan “Faith” oleh sutradara Korea Selatan Na Hong-jin.
Kedua sutradara itu, sama-sama menggunakan smartphone Galaxy varian teratas untuk menghasilkan film tersebut.
S23 Ultra telah dipersenjatai sensor kamera 2.200 megapiksel pertama dari Samsung. Seri ini juga menggunakan prosesor mobile Qualcomm Inc Snapdragon 8 Gen 2. Qualcomm mengatakan bahwa dengan seri S23, 100% prosesor yang digunakan akan berasal dari Qualcomm.
Pada acara tersebut, para eksekutif dari Samsung, Qualcomm dan Google berkumpul di atas panggung untuk menyoroti kemitraan mereka di ruang XR, yang mencakup realitas virtual dan augmented reality.
Anshel Sag, analis pada Moor Insights & Strategy, mengatakan ketiganya telah bekerja sama di ruang XR sekitar satu dekade lalu. Namun kolaborasi datang lebih cepat karena Apple diperkirakan akan meluncurkan headset realitas campurannya tahun ini.
“Saya pikir ini dirancang untuk memberi Samsung dan Google sedikit lebih banyak kredibilitas di ruang XR, karena keduanya sudah cukup lama absen di sisi perangkat keras,” kata Sag.
Di Amerika Serikat, varian terendah Galaxy S23 dihargai mulai dari $799 dan dua versi dengan spesifikasi lebih tinggi, S23 Plus dan S23 Ultra, masing-masing mulai dari $999 dan $1.199. Samsung mempertahankan harga pada tingkat yang sama seperti model tahun lalu meskipun berbagai biaya komponen naik.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, peluncuran Galaxy S23 menjadi ujian kekuatan merek Samsung. Pasalnya, pasar ponsel belakangan mengalami kontraksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Bukan Tahun yang Bagus Buat Samsung
Analis mengatakan seri Galaxy S23 dengan kamera dan chip yang lebih cepat dari pendahulunya, menghadapi permintaan yang lemah karena konsumen membelanjakan lebih sedikit di tengah lonjakan inflasi dalam ekonomi global yang sedang berjuang.
Tercatat, pengiriman smartphone global menunjukkan penurunan terbesar dalam satu kuartal pada periode Oktober-Desember 2022.
Berdasarkan laporan IDC yang dirilis Januari lalu, permintaan ponsel menukik hingga 18,3% setahun sebelumnya menjadi 300,3 juta unit. Angka-angka tersebut meragukan perkiraan pemulihan moderat di pasar ponsel tahun ini.
Di lingkungan yang sulit itu, analis mengatakan strategi Samsung akan berpusat pada profitabilitas melalui penawaran premium, termasuk seri S dan ponsel lipat.
“Samsung tidak mampu untuk fokus dan memperluas volume lagi,” kata Liz Lee, Associate Direktor firma riset Counterpoint.
“Samsung harus dengan berani menyederhanakan produk kelas bawah dan menengah, bagian pasar yang banyak dikuasai pesaing China.”
Samsung sendiri mengatakan, bahwa penurunan penjualan smartphone kelas bawah dan menengah pada kuartal keempat lebih besar dari yang diperkirakan.
TM Roh, President and Head of the MX Business Samsung, mengakui bahwa ada “pergeseran nyata ke segmen premium” di pasar berkembang dan berkembang.
“Kami bermaksud untuk fokus pada segmen premium di pasar negara maju serta beberapa negara di mana kami melihat pertumbuhan yang solid,” katanya.
Laba Samsung Menurun Karena Permintaan Chip dan Ponsel Melemah
Meski pasar terbilang uncertainty, bagaimana pun peluncuran Galaxy S23 diharapkan dapat mengembalikan kinerja Samsung memang melemah.
Untuk diketahui, permintaan produk-produk elektronik yang menurun membuat laba Samsung terpangkas sangat dalam.
Pada Selasa (31/1), raksasa asal Korea Selatan itu resmi melaporkan laba triwulanan terendah yang diraih perusahaan sejak 2014.
Penurunan laba tersebut, mengkonfirmasi pernyataan sejumlah analis yang sudah beredar beberapa pekan sebelumnya.
Samsung menyebutkan bahwa ketidakpastian makroekonomi yang terus-menerus akan membuat paruh pertama 2023 menjadi lebih sulit, meskipun permintaan kemungkinan akan mulai pulih pada paruh kedua tahun ini.
Dalam pernyataan resmi, perusahaan teknologi yang berbasis di Seoul itu, mengatakan permintaan yang lamban dan penyesuaian inventaris akan terus berdampak pada bisnis chip pada kuartal pertama tahun ini.
Samsung menambahkan “permintaan smartphone menurun dari tahun ke tahun karena perlambatan ekonomi di wilayah utama”.
Baca Juga: Laba Q4 Samsung Menurun karena Penjualan Smartphone Lemah
Pembuat chip memori dan smartphone terbesar di dunia melaporkan penurunan laba kuartal keempat sebesar 69%. Karena permintaan konsumen untuk perangkat elektronik turun sementara klien menghabiskan lebih sedikit dalam ekonomi yang lemah, menyeret turun harga chip memori.
Tercatat laba yang dibukukan hanya 4,3 triliun won ($3,49 miliar). Laba operasi Oktober-Desember itu, merupakan laba kuartalan terendah Samsung dalam delapan tahun. Secara keseluruhan, pendapatan Samsung turun 8% menjadi 70,5 triliun won.
Dengan harga chip memori yang anjlok dua digit pada 2022, laba chip Samsung juga turun – menjadi sekitar 270 miliar won pada kuartal keempat dari 8,83 triliun won pada periode yang sama tahun sebelumnya. Menandai pencapaian Samsung yang terendah sejak perubahan standar akuntansi pada 2011.