Selular.ID – Layanan 5G telah resmi hadir di Indonesia sejak lebih dari setahun lalu. Tiga operator masing-masing Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), dan XL Axiata, telah meluncurkan 5G meski cakupannya masih terbatas.
Sayangnya, layanan 5G saat ini terkesan jalan di tempat, karena operator dihadapkan beragam persoalan. Dari use case, investasi yang terbilang besar, dan ketersediaan spectrum.
Dengan alokasi spectrum frekwensi hanya berkisar 20 Mhz, operator tidak maksimal dalam menawarkan beragam layanan 5G. Padahal, layanan 5G bisa membantu mendorong pertumbuhan operator. Terutama beragam use case di bidang enterprise.
Baca Juga: Sukses Turn Around, Pekka Lundmark Pacu Terus Kinerja Nokia
Ozgur Erzincan, President Director of Nokia Indonesia, mengakui bahwa penetrasi 5G di Indonesia belum cukup maksimal, terutama karena operator dihadapkan pada keterbatasan spectrum.
Meski demikian, pihaknya tetap optimis ke depan 5G akan menjadi happening. Karena kebutuhan yang meningkat, terutama kalangan industri, demi mendorong produktifitas dan efisiensi.
“Spektrum frekwensi memegang peranan penting dalam layanan 5G. Kami mengapreasiasi pemerintah yang tengah berproses membebaskan frekwensi 700 Mhz dalam program ASO (analog switch off)”, ujar Ozgur dalam sesi terbatas dengan sejumlah media di Jakarta, .
“Sebagian frekwensi yang sebelumnya digunakan jaringan TV analog akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan 5G di Indonesia”, tambahnya.
Ozgur yang baru didapuk sebagai orang nomor satu di Nokia Indonesia pada Januari lalu, menyebutkan bahwa beragam inovasi digital seperti IoT, AI, Edge Cloud, dan teknologi selular 5G membuka kemungkinan baru bagi perusahaan dan pemerintah.
Industri revolusi industri keempat dapat menjadi lebih pintar, mencapai ketangkasan, kinerja, dan ketahanan yang lebih baik. Sekaligus menemukan cara baru melalui digitalisasi untuk memenuhi sasaran keberlanjutan penting mereka.
Baca Juga: Modernisasi Jaringan 5G di Indonesia, Balitower Gunakan Solusi Nokia