Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Catatan Akhir 2022: Konsolidasi Operator Apakah Kembali Berlanjut di Tahun Depan?

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Kompetisi yang terbilang super ketat membuat operator selular tidak memiliki banyak pilihan, selain melakukan konsolidasi.

Tengok saja langkah Indosat Ooredoo dan 3 Hutchison. Setelah melalui proses yang cukup panjang, kedua operator selular di bawah Ooredoo Group dan Hutchison Group itu sukses melakukan penggabungan pada awal 2022.

Pasca rampungnya proses merger, kita mengenal entitas baru, yaitu Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). Dipimpin oleh Vikram Sinha sebagai CEO/Direktur Utama, IOH bertekad menjadi perusahaan digital telco yang paling dipilih masyarakat Indonesia.

Dengan 100 juta pelanggan, dan nilai bisnis mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 86 triliun (kurs Rp 14.333), IOH menjadi operator terbesar kedua di Tanah Air, menantang Telkomsel yang selama bertahun-tahun menjadi penguasa pasar.

Keberhasilan merger membuat jumlah operator selular kini menciut menjadi empat. Masing-masing Telkomsel, IOH, XL Axiata, dan Smartfren.

Tak dapat dipungkiri, penggabungan operator baik merger atau akuisisi di Indonesia, kini bukan lagi sekedar pilihan namun sebuah keniscayaan.

Pasalnya, dengan semakin berkembangnya jumlah pelanggan dan kebutuhan akan layanan data, operator dihadapkan pada persoalan efisiensi, terutama dari sisi pemanfaatan spektrum.

Baca Juga: IOH Capai 100 Juta Pelanggan Meski Belum Genap Setahun Merger, Simak Sejumlah Promonya

Banyaknya operator memang membuat alokasi spektrum menjadi terbatas. Keterbatasan spektrum frekwensi pada ujung-ujungnya akan membuat kualitas layanan menjadi menurun.

Sementara teknologi telekomunikasi baru pun terus berdatangan dan membutuhkan tambahan frekuensi agar operator dapat memberikan layanan yang lebih maksimal kepada masyarakat.

Tengok saja, setelah 4G, layanan 5G sudah menyambangi Indonesia.  Namun setahun setelah diluncurkan, operator masih kesulitan karena alokasi frekwensi yang tersedia untuk 5G sangat terbatas.

Operator terpaksa mengunakan existing spectrum. Karena pemerintah masih berjuang membebaskan spektrum yang telah didaulat ITU sebagai spektrum 5G, masing-masing di band 700 Mhz, 2,6 Mhz, dan 3,4 Mhz.

Di sisi lain, pasca saturated pada 2012, akibatnya ketatnya persaingan industri ini sudah terbilang tak sehat. Indikasinya sederhana saja. Dari empat operator yang tersisa saat ini (Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Smartfren) kinerja keuangan mereka terlihat turun naik.

Hal ini tercermin dari laporan pendapatan operator selular dalam lima tahun terakhir. Jika kita telisik kinerja the big three sepanjang 2017 – 2021, hanya Telkomsel yang konsisten memetik laba.

Meski demikian, rekor pendapatan dan laba Telkomsel terhenti pada 2017. Saat itu pendapatan mencapai Rp 93,2 triliun dengan laba Rp 25,5 triliun. Bandingkan dengan 2021, pendapatan Rp 87,5 triliun dan laba Rp 24,8 triliun.

Harus diakui, industri selular tidak lagi tumbuh mewah seperti dulu.  Tengok saja imbas persaingan yang ketat dan tarif data yang kelewat murah, operator tumbuh minus sebesar 6,4% pada 2018.

Itu adalah kali pertama tumbuh minus, sejak industri selular khususnya GSM diperkenalkan di Indonesia pada 1995.

Kini persaingan yang ketat membuat rata-rata pertumbuhan operator kini tinggal satu digit. Bahkan operator sebesar Telkomsel, tahun lalu hanya tumbuh 1%.

Tak dapat dipungkiri, pertumbuhan yang rendah tak lepas dari kondisi pasar yang tidak kondusif. Operator sejauh ini masih terjebak pada skema perang tarif yang nyaris tak berujung.

Trafik data melonjak signifikan namun pendapatan cenderung datar karena tarif yang terlalu rendah. Faktanya, hingga kini pendapatan data umumnya masih disusbisidi oleh basic service (SMS dan voice).

Padahal dengan terus meningkatnya populasi smartphone dan kebutuhan akan layanan mobile internet, trafik basic service terus menurun penggunaannya.

Tak dapat dipungkiri, kebijakan tarif seperti simalakama bagi operator. Tarif yang affordable membuat konsumen happy. Namun dalam jangka panjang, operator tidak memiliki kemampuan untuk membangun.

Selular sendiri adalah industri padat modal yang kerap membuat investor pemilik dana senewen. Mengutip pernyataan Dirut Smartfren Telecom Mirza Fachys, mau untung atau rugi, operator harus tetap investasi milyaran dollar AS.

Jika tidak kembali berinvestasi, taruhannya sangat besar. Sebab rontoknya kinerja operator pada umumnya disebabkan salah arah membaca pasar dan keengganan memperluas jaringan.

Baca Juga: Punya 880 Ribu Pelanggan, XL Axiata Perkuat Jaringan di Sumatera Barat

Hal ini sudah dialami oleh Indosat yang harus rela disalip XL Axiata, sebagai akibat dari kurangnya agresifitas membangun BTS baru sepanjang 2008 – 2012.

Itu sebabnya, langkah yang ditempuh oleh Berca Hardayaperkasa dengan mengalihkan spectrum yang dimilikinya kepada Telkomsel adalah pilihan paling realistis.

Ketimbang terus-terusan berdarah dan merusak keuangan perusahaan, operator gurem seperti Berca, sebaiknya lebih memilih lempar handuk.

Seperti diketahui, Berca yang merupakan operator BWA (broadband wireless access) tersisa, telah menutup layanan internet bergerak mereka, HiNet, per 16 November 2022.

Dengan ditutupnya layanan internet tersebut, maka para pelanggan HiNet yang terdapat di 8 wilayah tidak bisa lagi mengakses layanan.

Penghentian operasi layanan disusul dengan pengalihan spektrum frekwensi yang sebelumnya dimiliki Berca kepada Telkomsel. Total spectrum seluas 30 Mhz pada pita 2,3 Ghz dialihkan Berca kepada Telkomsel.

Tumbangnya Berca dan operator BWA lainnya menambah deretan operator yang akhirnya tamat alias gulung tikar. Sebelumnya nasib yang sama menimpa Fren – Mobile 8 (2011), Axis – Saudi Telecom (2012),  Esia – Bakrie Telecom (2015), Bolt – Internux (2018), Sitra – First Media (2018), dan Net1 – Sampoerna Telecom (2021).

Dengan kondisi pasar yang sangat kompetitif, dan revenue yang masih terbilang datar, apakah tahun depan akan terjadi kembali konsolidasi antar operator selular? Menarik untuk dinantikan.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU