Vivo dan Samsung menyusul di posisi selanjutnya dengan pengiriman masing-masing 7,4 juta unit dan 7,2 juta unit. Namun jumlah pengiriman Vivo tercatat turun 20,2% (yoy), sementara pengiriman Samsung naik 19,5% (yoy).
Vivo mengandalkan varian Y12s dan Y20 sebagai pendorong utama. Brand smartphone yang sama-sama bernaung dengan Oppo di bawah BBK grup itu, mempertahankan kekuatannya di segmen low-end (US$ 100 < US$ 200), namun mereka mengalami penurunan pada segmen harga yang lebih tinggi.
Samsung kembali moncer dengan bantuan dari lini Galaxy A mereka yang popular, terutama model Galaxy A03 dan Galaxy A12. Selain varian A, Samsung Galaxy Z Fold3 menjadi kartu as Samsung dalam menguasai segmen ultra-premium (> US$ 1600). Model Galaxy A52s juga membantu vendor asal Korea Selatan itu, dalam memperkuat posisinya di segmen mid-to high-end (US$ 400 < US$ 600).
Baca Juga: Canalys: Oppo Kuasai Pasar Smartphone Indonesia Sepanjang 2021
Diposisi kelima diduduki oleh Realme dengan pengiriman sebesar 5 juta unit atau turun 3,3% (yoy). Realme berhasil mempertahankan posisi lima berkat sokongan C11 (2021).
Ini adalah model yang paling laku terjual dan merupakan versi terbaru dari realme C11 sebelumnya, namun menggunakan chip dari UNISOC untuk menjaga kestabilan pasokan.
Selain menghadapi tantangan pasokan, Realme juga melakukan transformasi saluran distribusi untuk membangun operasional yang lebih tangguh seiring dengan usaha vendor asal China itu melakukan diversifikasi portfolio, termasuk segmen IoT (internet of Things).
Di luar pangsa pasar lima vendor teratas, pengiriman smartphone dari merek-merek lainnya, seperti Infinix, Tecno, Itel, Advan, dan lainnya tercatat sebesar 4,7 juta unit atau tumbuh 119% (yoy).
Baca Juga: Trik Jitu Oppo Bisa Sukses di Pasar Smartphone Indonesia