Disikat LTE, WiMax Layu Sebelum Berkembang
Sejarah membuktikan, keputusan Telkom, Indosat dan Jasnita untuk tidak menggelar WiMax terbilang tepat. Pasalnya, jaringan 4G berbasis LTE yang dikembangkan oleh operator selular, yang nota bene merupakan pesaing WiMax lebih cepat berkembang di pasar. Walaupun lisensi yang diberikan kepada operator GSM, berselang beberapa tahun kemudian dibandingkan WiMax.
Seperti kita ketahui, First Media melalui brand Sitra kini tinggal nama. Sedangkan Berca yang memiliki merek dagang HiNet (sebelumnya WiGo), meski masih beroperasi hingga hari, namun bisa disebut hidup segan mati tak mau.
Satu pemain WiMax lain yang juga terpaksa gulung tikar adalah Bolt! (Internux). Seperti halnya Fisrt Media (Sitra), Bolt juga merupakan bagian dari Lippo Group. Bedanya Bolt memiliki lisensi mobile WiMax, sedangkan Sitra fixed WiMax.
Selain tak mampu bersaing dengan operator selular (GSM), gagal bersinarnya WiMax juga karena faktor lainnya. Yaitu, terlambatnya pemberian kebijakan lisensi Mobile WiMax dan aturan menyangkut tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).
Demi membangkitkan industri lokal dan transfer teknologi, pemerintah mensyaratkan TKDN minimal 30% untuk perangkat dan 40% untuk BTS. Namun konsekuensinya, harga perangkat WiMax menjadi relatif lebih mahal karena skala ekonominya yang terbatas.
Dengan kegagalan WiMax di Indonesia, tak berlebihan jika menyebut WiMax sebagai teknologi yang layu sebelum berkembang.
Baca Juga: Catatan Akhir 2020: Menunggu Langkah Tegas Pemerintah Terhadap Operator BWA Tersisa