Berebut Bellagio, Antrian Mengular dan Berujung Ricuh
Sukses penjualan Gemini, membuat popularitas Blackberry di Indonesia semakin meroket. Padahal memasuki 2011, smartphone berbasis Android dan iPhone mulai mengancam.
Demi mempertahankan momentum sekaligus meningkatkan market share, Blackberry terus mengeluarkan varian terbaru. Salah satunya adalah Bold 9790.
Tidak seperti dua pendahulunya, Bold 9790 sudah dilengkapi layar sentuh selain keypad QWERTY. Agar konsumen semakin terpikat, Blackberry mengeluarkan jurus yang tak diduga oleh para pesaingnya, yaitu memangkas harga.
Tak tanggung-tanggung, saat dijual perdana di Pacific Place, SCBD – Jakarta Selatan, Jumat (25/11/2011), Bellagio yang juga dikenal sebagai Onyx 3, dijual separuh harga menjadi Rp 2,3 juta untuk seribu pembeli pertama.
Tak ayal hanya karena ingin mendapatkan Bold 9790, dengan potongan harga hingga 50 persen itu, warga rela mengantre sejak dini hari. Sebagian jelas ingin menjualnya lagi dengan bayangan meraup untung tidak sedikit.
Tertibnya antrean di Pacific Place hanya sebentar, yang terjadi kemudian adalah chaos. Ribuan massa berdesak desakan tak terkendali sehingga polisi dan satpam yang menjaga kewalahan. Bahkan banyak yang pingsan hingga terluka.
Fenomena konsumen yang rela antri, menunjukkan BlackBerry masih menjadi smartphone pilihan di Indonesia. Padahal sejatinya pada akhir 2011, RIM mulai kesulitan mengelola Blackberry Sevice (BS). Hal itu ditandai dengan tumbangnya BS yang membuat konsumen di seluruh dunia, tak bisa mengakses email dan BBM.
Masalah yang menimpa BBM ini datang pada saat kurang tepat karena mereka tengah berjuang keras melawan iPhone dan Android. Apalagi BBM adalah layanan yang menjadi nilai tambah di handset BlackBerry.
Saat itu RIM berjanji akan memulihkan layanan secepat mungkin. Para operator yang menjadi kepanjangan tangan RIM, juga menyampaikan permintaan maaf kepada konsumennya.
Baca Juga: Setelah BlackBerry OS, Sekarang Tizen Yang Disuntik Mati
Sayangnya, janji RIM untuk memperbaiki kualitas layanan hanya tinggal janji. Sepanjang 2012 – 2014, jaringan BlackBerry Messenger terus-terusan tumbang alias tidak bisa digunakan untuk mengirim dan menerima pesan. Kondisi itu pada akhirnya membuat konsumen tak lagi mempercayai Blackberry. Tak heran pada 2015, Blackberry mulai terjun bebas. Padahal beberapa tahun sebelumnya masih jadi smartphone popular di Tanah Air.