Kembali ke Bisnis Inti, Operator Tak Bisa Hindari PHK

XL Axiata Elevenia
Elevenia

EleveniaJakarta, Selular.ID – Akhir Agustus lalu, XL Axiata resmi melepas kepemilikan sahamnya di Elevenia. Ini artinya XL jadi operator kedua yang menutup bisnis e-commerce-nya setelah Indosat Ooredoo yang juga melakukan hal sama kepada Cipika pada Juni 2017.

Dian Siswarini, Presiden Direktur dan CEO XL Axiata menyampaikan bahwa keputusan melepas Elevenia karena XL ingin kembali fokus pada bisnis utama, yakni sebagai operator telekomunikasi. Dana segar hasil penjualan itu akan digunakan untuk pengembangan core business perusahaan dan bisnis digital lainnya yang masih berdekatan dengan bisnis utama.

Selain fokus ke bisnis inti, Dian juga beralasan, sejauh ini memang belum ada kisah sukses operator dalam berbisnis e-commerce baik di Indonesia maupun di dunia. Apalagi saat ini, bisnis e-commerce di Indonesia sudah dipenuhi oleh banyak pemain besar seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Shoppe, Blibli, Blanja.com dan lainnya. Bahkan raksasa e-commerce dari China, Alibaba sudah menggelontorkan dana ke Lazada dan Tokopedia.

Senada dengan Dian, Dirut Indosat Ooredoo Alexander Rusli berpendapat, bahwa bisnis e-commerce butuh waktu lama untuk bisa menghasilkan. Ia lebih memilih tak melanjutkan rencana revitalisasi Cipika karena beban operasional yang terlalu berat dan tak memberikan keuntungan bagi anak usaha Ooredoo itu.

Tak hanya menutup Cipika, Indosat juga akan mengurangi kegiatan layanan pembayaran digital Dompetku. Layanan e-wallet itu sudah melebur ke PayPro.

“Nantinya satu-satunya bisnis digital yang Indosat masih akan ditekuni adalah IMX, yaitu solusi portal iklan,” jelas Alex.

Alex yang tak memperpanjang jabatan sebagai CEO Indosat Ooredoo pada akhir Oktober nanti, mengakui bahwa tak mudah menjalankan bisnis digital. Karena model bisnisnya masih bakar uang begini berat, belum ada (model bisnis) yang baru.

Menurutnya, aksi “Bakar Uang” sangat tidak menguntungkan. Karena langsung merusak Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) dari Indosat Ooredoo secara perusahaan.

“Indosat Ooredoo sebagai telco company divaluasi berdasarkan EBITDA multiple. Menjaga EBITDA saat ini jauh lebih penting,” katanya.

Nasib Karyawan

Dengan kompetisi yang terbilang keras, kembali ke bisnis inti adalah pilihan yang realistis bagi operator. Baik Indosat maupun XL Axiata menyadari bahwa menjaga keberlangsungan perusahaan jauh lebih penting, dibandingkan mempertahankan unit-unit bisnis yang belum mampu menghasilkan dalam jangka pendek.

Apalagi saat ini keduanya tengah berusaha keras untuk memperbaiki kinerja keuangan, setelah dihantam kerugian yang mendera selama beberapa tahun terakhir. Indosat Ooredoo misalnya, pada 2016 mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun. Begitu pun dengan XL yang mampu meraup laba Rp376 miliar sepanjang tahun lalu.

Namun tentu saja, keputusan tersebut membawa konsekwensi. Salah satunya menyangkut kepentingan tenaga kerja. Baik XL maupun Indosat Ooredoo mengakui sudah memiliki opsi dalam menyelesaikan status karyawan.

Dian menegaskan bahwa para karyawan Elevenia selanjutnya akan menjadi bagian dari PT Jaya Kencana Mulia Lestari dan Super Premium Pte. Ltd. Dua majikan baru Elevenia.

“Seluruh karyawan Elevenia diambil alih oleh pemilik baru, enggak ditarik ke Xl Axiata, ikut mereka. Udah lepas,” terang Dian.

Sementara Deva Rachman, Head of Corporate Communication Indosat Ooredoo, mengatakan karyawan eks Cipika dialihkan ke unit-unit lain. Memang ada sebagian yang di lay off karena berstatus karyawan kontrak. Sementara pegawai yang sebelumnya menangani Dompetku dialihkan ke PayPro.

Deva juga membantah informasi yang beredar luas menyatakan Indosat Ooredoo melakukan PHK massal adalah hoax.

“Indosat Ooredoo mengonfirmasikan bahwa isu yang menyatakan bahwa saat ini terjadi pengurangan pegawai secara massal di Indosat Ooredoo yang beredar di publik adalah tidak benar,” tegasnya.

Menurut Deva, pihaknya dalam menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya, senantiasa menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance serta code of conduct sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku.

Menanggapi tren operator memangkas karyawan, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), Merza Fachys menilai, efisiensi di industri teknologi informasi dan telekomunikasi tidak bisa dihindari. Ini merupakan konsekuensi dalam proses bisnis yang terus berulang.

Pernyataan Merza sekaligus mengomentari trend di industri teknologi informasi global yang cenderung mengurangi jumlah pekerja digantikan teknologi yang makin canggih serta pergeseran preferensi konsumen yang kian dinamis.

“Kalau (PHK) itu kebijakan masing-masing perusahaan,” tandasnya.