Jumat, 22 Agustus 2025
Selular.ID -

Kantor Berita Hingga Aplikasi Populer Jadi Incaran Serangan DDos

BACA JUGA

ddos-attackJakarta, Selular.ID – Laporan botnet DDoS di kuartal kedua (Q2) 2017 dari para ahli Kaspersky Lab mencata Q2 2017 menjadi bukti bahwa serangan DDoS yang berlangsung lama kembali muncul.

Serangan terpanjang di kuartal ini berlangsung selama 277 jam (lebih dari 11 hari) hal ini menunjukkan adanya kenaikan 131% jika dibandingkan dengan kuartal pertama. Sejauh ini serangan tersebut memecahkan rekor terlama untuk tahun ini.

Adapun target serangan DDoS dituturkan Sylvia Ng, General Manager -SEA, Lab Kaspersky dalam keterangan resminya salah satu kantor berita terbesar, Al Jazeera, situs berita dari harian Le Monde dan Figaro, bahkan kabarnya, server Skype.

Pada kuartal kedua tahun 2017, peningkatan mata uang crypto juga menyebabkan pelaku kejahatan siber mencoba memanipulasi harga melalui serangan DDoS. Bitfinex, bursa perdagangan Bitcoin terbesar, diserang bersamaan dengan peluncuran dari perdagangan mata uang crypto terbaru yang disebut IOTA token.

Ketertarikan pelaku serangan DDoS untuk mendapatkan uang bahkan membuat mereka melakukan manipulasi nilai tukar mata uang crypto. Penggunaan jenis serangan ini demi mendapatkanuang sangat menguntungkan seperti yang terlihat dari tren Ransom DDoS atau RDoS.

“Sebelumnya, agensi penukaran BTC-E melaporkan adanya perlambatan karena serangan DDoS yang kuat,” kata Sylvia Ng.

Dijelaskan Sylvia Ng, durasi bukanlah satu-satunya ciri khas serangan DDoS yang terjadi pada periode April hingga Juni. Perubahan dramatis juga terjadi pada geografi dari insiden tersebut, dimana organisasi berbasis online yang berada di 86 negara menjadi target pada kuartal kedua (dibandingkan dengan Q1 sebanyak 72 negara).

Sepuluh negara yang paling parah terkena dampaknya adalah China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Hong Kong, Inggris, Rusia, Italia, Belanda, Kanada, sementara Prancis, Italia dan Belanda menggantikan posisi Vietnam dan Denmark yang merupakan salah satu sasaran utama pada Q1.

“Saat ini, jumlah perangkat terkoneksi berjumlah ratusan juta, tetapi segera akan bertambah menjadi miliaran perangkat. Tidak semua dari perangkat ini dilindungi dengan cukup baik, jadi mereka cenderung menjadi kaki tangan dari beberapa botnet. Dan botnet yang besar bahkan mampu melakukan beberapa aksi yang buruk,” ungkap Sylvia Ng

Penjahat siber biasanya mengirim pesan kepada korban danmenuntut uang tebusan yang berkisar antara 5 sampai 200 bitcoin. Jika perusahaan menolak membayar, penyerang mengancam untuk melakukan serangan DDoS pada basis online milik korban yang sangat penting. Pesan tersebut bisa disertai serangan DDoS jangka pendek untuk mengkonfirmasi bahwa ancaman tersebut benar-benar nyata. Di akhir Juni, sebuah aksi RDoS skala besar dilakukan oleh kelompok yang disebut Armada Collective, dan mereka menuntut sekitar US$ 315.000 dari tujuh bank di Korea Selatan.

Namun, akan selalu ada cara lain dan pernah cukup populer digunakan di kuartal terakhir yaitu serangan Ransom DDoS tanpa DDoS sama sekali. Jadi para penipu mengirimkan pesan ancaman ke sejumlah besar perusahaan dengan harapan seseorang akan mengambil langkah aman dengan mengirimkan uang tebusan daripada mereka menyesal.

Sylvia Ng menambahkan, untuk mencegah hal itu para ahli Kaspersky Lab memiliki solusinya yakni Kaspersky DDoS Protection, solusi ini ditegaskan Sylvia menggabungkan keahlian Kaspersky Lab yang luas dalam memerangi ancaman siber serta pengembangan in-house yang unik oleh perusahaan. Solusi ini memberikan perlindungan terhadap semua jenis serangan DDoS terlepas dari kompleksitas, kekuatan atau durasi.

“Apabila perusahaan yang menjadi korban memutuskan untuk membayar tebusan, hal itu dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang selain kerugian moneter seketika. Reputasi ‘pembayar’ menyebar dengan cepat melalui jaringan dan dapat memicu serangan lanjutan dari penjahat siber lainnya,” pungkas Sylvia Ng

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU