Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Mitra Juga Butuh Kesejahteraan (Catatan Akhir Tahun 2016)

BACA JUGA

Gojek-Office
Jakarta, Selular.ID – Atribut ojek online menjadi pemandangan lumrah di tengah ibukota. Mungkin hampir setiap pemilik smartphone di Jakarta pernah memesan transportasi melalui aplikasi mobile seperti Gojek, Grab, atau Uber.

Mendapat sambutan hangat dari konsumen tahun lalu, tiga penyedia transportasi online terbesar di atas mulai ekspansi ke wilayah lain di Indonesia pada 2016. Berkembang pesat di Jakarta, layanan pun bergerak ke kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Surabaya.

Bukan hanya ekspansi wilayah, mereka juga mengembangkan sayap bisnis selama 2016. Mulanya Gojek hanya menyediakan armada roda dua, namun pada April 2016, Gojek mulai menawarkan Go-Car, yakni layanan kendaraan roda empat, serupa dengan GrabCar dan Uber.

Bukan hanya mobil, layanan Gojek juga meluas ke berbagai bisnis di tahun ini. Mulai dari jasa kurir, antar makanan, belanja ke swalayan, sewa mobil pick-up, penjualan pulsa, jasa pijat ke rumah, jasa asisten rumah tangga, saln kecantikan, pembelian tiket, tebus obat di apotek, dan layanan antar ke TransJakarta.

Pun serupa dengan Grab, yang tadinya hanya menawarkan armada taksi, lalu meluas ke GrabCar (kendaraan pribadi) dan GrabBike (motor). Tahun ini, Grab juga menyajikan jasa kurir, antar makanan, dan jasa ‘nebeng’.

Yang tidak disangka adalah Uber, yang di pertengahan tahun 2016 meluncurkan layanan UberMotor. Padahal, di negara asalnya (Amerika Serikat) dan negara lain tempat ia beroperasi, tidak ada layanan motor. Selain Jakarta, Uber juga menghadirkan UberMotor di Bangkok-Thailand.

Di antara ketiga penyedia transpotrtasi online di atas, Gojek di posisi terdepan dengan 14 ragam layanan, kemudian disusul dan Grab dengan tujuh layanan, dan Uber dengan tiga layanan. Meski dari segi jumlah layanan tidak berimbang, namun kalau dilihat dari sisi ekspansi, ketiganya seimbang.

Perkembangan yang pesat dari tiga startup tersebut bukanlah tanpa hambatan. Tahun lalu, kehadiran ojek online dan ‘taksi ilegal’ ditentang banyak komunitas pengemudi angkutan umum. Sejumlah gabungan pengemudi angkutan di Indonesia, terutama Jakarta, berunjuk rasa agar pemerintah melarang keberadaan angkutan online.

Hasilnya, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Djoko Sasono memberlakukan pelarangan beroperasi angkutan umum berbasis online sesuai dalam Surat Pemberitahuan Nomor UM.3012/1/21/Phb/2015 yang ditandatangani oleh Menteri Perhubungan kala itu Ignasius Jonan, tertanggal 9 November 2015.

Namun pelarangan itu pun tak berlangsung lama. Karena empat bulan berselang, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri (PerMen) yang mengatur transportasi berbasis aplikasi online melalui PerMen bernomor 32 tahun 2016. Dengan adanya payung hukum tersebut, ketiga startup tadi bisa berkembang lebih pesat di semester kedua tahun ini.

Meski konsumen menyambut hangat dan resistensi dari industri sudah teratasi (untuk saat ini), permasalahan mereka pun bergeser ke internal manajemen, terutama Gojek. Selama 2016, sejumlah petinggi Gojek mengundurkan diri, mulai dari Co-Founder Michaelangelo Moran, sampai VP Gojek Alamanda Santika.

Tidak sampai di situ, awan mendung terus mengikuti startup. Oktober silam sejumlah pengemudi Gojek berunjuk rasa di bilangan Kemang (kantor Gojek) menuntut perubahan kebijakan perhitungan rate yang baru saja diberlakukan. Kebijakan baru itu dirasa menyusahkan driver untuk mendapat bonus.

Bukan hanya Gojek, dua pekan lalu konsumen kembali kesulitan mendapat armada ojek online lantaran driver GrabBike tengah menggelar aksi protes “Kami Stop Ngebid”. Mitra pengemudi roda dua itu menuntut sejumlah “transparansi” dari pihak manajemen Grab Indonesia.

Aksi protes pengemudi dari dua penyelenggara layanan ojek online itu menyiratkan belum sempurnanya kebijakan manajemen terkait kesejahteraan mitranya.

Menjawab tuntutan driver, Gojek pun meluncurkan program Swadaya pada November silam yang diklaim akan membantu meningkatkan kesejahteraan para mitra driver melalui pemberian akses kepada layanan jasa keuangan (perbankan dan asuransi), cicilan otomatis yang terjangkau, diskon untuk kebutuhan sehari-hari, akses terhadap kesempatan bisnis untuk meningkatkan pendapatan keluarga, serta pelatihan berkendara.

Disusul Grab yang meluncurkan program serupa bernama Top Partners, yang bertujuan untuk mengurangi pengeluaran operasional sehari-hari dengan menyediakan berbagai manfaat yang komprehensif seperti potongan harga dan program cicilan kepada para driver.

Dengan upaya startup yang kini semakin memperhatikan kesejahteraan para mitranya, apakah langkah mereka akan mulus di tahun mendatang? Bagaimana menurut Anda?

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU