Jakarta, Selular.ID – Bagi para praktisi ICT, terutama mereka yang sudah kelotokan, beragam pameran tentu sudah familiar dan mungkin pernah disambangi, baik dalam maupun di luar negeri. Pameran memang merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan pengetahuan, sekaligus membangun jejaring (networking) dengan sesama pebisnis atau praktisi di level domestik maupun internasional.
Saat ini kita mengenal beragam pameran ICT kelas dunia, seperti CES di Las Vegas (AS), CEBIT di Berlin (Jerman), atau Mobile World Congress di Barcelona (Spanyol). Untuk kelas regional, gelaran CommunicAsia di Singapura, sudah terasa akrab. Event ini beberapa tahun lalu sempat menjadi magnet para pemain telekomunikasi, baik operator, vendor handset dan vendor jaringan, hingga pengembang aplikasi di Indonesia.
Sayang, belakangan seiring dengan kondisi pasar yang umumnya sudah saturated khususnya di kawasan Asia Tenggara, CommunicAsia yang dalam pelaksanaannya digabung dengan event BroadcastAsia tak lagi sepopuler dulu.
Indonesia sendiri sebenarnya punya pameran ICT yang sempat menjadi primadona kalangan industri, yakni IITELMIT (Indonesian International Telecommunication and Information Technology). Bahkan pada penyelenggaraan KTT G-15 di Jakarta pada Mei 2001, IITELMIT menjadi salah satu paket dalam pelaksanaannya.
Pembukaan IITELMIT yang berlangsung hingga 31 Mei 2001, dilakukan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri (saat itu) Alwi Shihab dan dihadiri oleh peserta KTT G-15. Pameran itu diikuti sekitar 100 perusahaan telekomunikasi, media dan teknologi informasi dari 18 negara.
Dalam acara tersebut juga digelar pameran Internet World dan pameran dagang negara-negara G-15. Sayangnya, seperti kita ketahui, usia IITELMIT hanya semusim. Entah kenapa, pameran yang menurut saya cukup berkelas itu akhirnya tak berlanjut.
Namun kevakuman itu tak berlangsung lama. Berawal dari acara Temu Pelanggan Selular yang digelar oleh Harian Kompas pada awal 2012 yang berlangsung sukses, Diandra Production sebagai bagian dari kelompok Kompas Gramedia (KKG) kemudian mengambil inisiatif lebih besar, dengan menggelar Indonesia Cellular Show (ICS) selang setahun kemudian (2003). Kehadiran ICS dirasa sangat tepat karena industri selular saat itu tengah dalam masa pertumbuhan. Dengan momentum tersebut, ICS menjadi oase sekaligus etalase bagi kemajuan industri selular di Tanah Air.
Layaknya sebuah produk yang memiliki daur kehidupan (life cycle), ICS juga memiliki tantangan yang tak ringan. Seiring dengan semakin jenuhnya pasar selular dan kondisi industri yang tak lagi tumbuh mewah seperti tahun-tahun sebelumnya, pameran ini belakangan dinilai banyak kalangan mulai kehilangan ruh.
Sejak beberapa tahun terakhir, ICS lebih dikesan sebagai pameran untuk berburu ponsel murah dan terjangkau. Bukan pameran lagi teknologi terkini di bidang ICT. Banyak kalangan bahkan menilai, ICS layaknya Roxy Mas yang pindah tempat.
Pragmatisme ini akhirnya harus dibayar mahal, karena para peserta pameran menjadi turun kelas. Prinsipal tak lagi terlibat digantikan dengan distributor. Begitu pun jumlah operator yang berpartisipasi turun drastis. Jika pun ikut pameran lebih cenderung mengejar program penjualan.
Di sisi lain, tren e-commerce semakin mendorong migrasi konsumen lebih drastis. Harga yang lebih murah, pilihan pembayaran yang beragam, delivery yang semakin baik, dan beragam kelebihan lainnya, membuat pameran penjualan produk seperti gadget, semakin kehilangan pamor.
Selular Congress
Seperti halnya ICS, Selular Media Group (SMG) memiliki event yang sudah berusia lama, yakni Selular Award. Gelaran ini sudah berlangsung sejak 2003 dan terus berlangsung tanpa pernah terputus. Dengan prestasi tersebut, layak jika Selular Award menyandang predikat sebagai “The First and The Most Consistent”, dalam forum penghargaan di industri ICT.
Namun, lagi-lagi seperti product life cycle, Selular Award harus melakukan inovasi jika tak ingin ditinggal stake holder-nya. Itu sebabnya, setahun lalu saat penyelenggaran Selular Award ke-12, saya sudah berniat untuk melakukan revitalisasi dan perbaikan di sana-sini.
Pada akhirnya, terinspirasi dari gelaran MWC yang tetap menjadi magnet dari kalangan industri ICT dunia, saya berketetapan bahwa Selular Award menjadi bagian dari event yang lebih besar, yakni Selular Congress.
Sebagai event baru dengan skala yang lebih besar, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi saya dan tim SMG. Pemilihan tema juga bukan perkara mudah. Setelah mencari beberapa alternatif akhirnya diputuskan temanya adalah “3 Dekade Industri Selular : When Everything Becomes Digital”.
Dengan tema besar tersebut, Selular Congress menggabungkan sejumlah program acara yakni conference, pameran tiga dekade industri selular, penerbitan dua buah buku (30 Tokoh Selular dan Tiga Dekade Selular), diskusi panel yang melibatkan Menkominfo dan stake holders, serta tentu saja Selular Award yang pada 2016 sudah menginjak tahun ke-13.
Allhamdulilah, Selular Congress 2016 yang dihelat pada 25 Mei 2016, terbilang meriah. Event yang berlangsung selama seharian penuh, dimulai pukul 09.00 – 22.00 WIB, menarik animo banyak visitor. Lebih dari 800 visitor yang berasal dari beragam kalangan, terutama dari industri ICT, memadati Raflesia Ballroom, Balai Kartini Jakarta, tempat di selenggarakannya Selular Congress 2016.
Kehadiran banyak pengunjung menandakan event perdana ini cukup sukses. Menkominfo Rudiantara sejak awal menyemangati bahwa gelaran Selular Congress sangat penting dalam menandai kemajuan indusrtri selular yang kini sudah menginjak dekade ketiga.
Menurutnya, konsistensi Selular Media Group (SMG) dalam menyelenggarakan beragam event, seperti Selular Award selama ini, sudah menjadi acuan bahwa perhelatan Selular Congress 2016 juga dapat dilaksanakan dengan baik.
Ia pun menyambut baik Selular Congress terus berlangsung di masa datang, karena sebagai agenda tahunan dapat menjadi etalase kemajuan industri selular, sekaligus sebagai sarana networking antar para praktisi dan stake holder, guna mencari solusi dari persoalan-persoalan yang muncul demi kemajuan bersama.
“Industri selular tumbuh dengan sangat luar biasa sejak tiga dekade lalu. Sebagai media yang konsisten dan fokus terhadap perkembangan bisnis selular, Selular Media Group punya kesempatan untuk meningkatkan penetrasi sekaligus engagement terhadap kalangan industri dan masyarakat luas”, ujar Chief RA.
Ke depan, Chief RA berharap, Selular Congress dapat memperluas cakupan conference, exhibition dan award guna menjangkau banyak pemain dari kalangan industri berbeda. Selain kemasan yang terus diperbaiki, pembicara yang terlibat nantinya tak hanya dari perusahaan lokal, namun juga global. Jika diikuti oleh perusahaan kaliber dunia dan para eksekutifnya, dengan sendirinya event ini bisa naik kelas dari lokal menjadi regional, imbuh Chief RA.
Ok, Chief RA. Masukannya sangat berharga. Sampai jumpa lagi di Selular Congress 2017.