Jakarta, Selular.ID – Kemajuan dunia telekomunikasi yang kini sudah memasuki era 4G dan kelak 5G, tentu saja tak dapat dipisahkan dari kiprah para operator yang menghiasi jagat industri. Berkat kontribusi mereka, askses internet cepat semakin melengkapi kebutuhan dasar masyarakat dunia setelah voice dan SMS. Beberapa operator besar yang beroperasi di berbagai belahan dunia mungkin sudah familiar bagi Anda, seperti Vodafone, Orange, O2, Telefonica, SingTel, Telenor, AirTel, America Movil, China Unicom, NTT DoCoMo atau Telstra. Kesemuanya memiliki prestasi spektakuler, bukan hanya dari sisi pencapaian teknologi, jaringan yang mumpuni dan coverage yang luas, namun juga jumlah pelanggan yang mencapai bilangan hingga ratusan juta.
Namun tentu saja, bisnis adalah pertempuran yang tiada henti. Selalu ada pemain baru yang ingin menyodok hingga ke level elit dan segera diperhitungkan sebagai kekuatan baru. Salah satunya adalah Grup Ooredoo.
Bagi sebagian masyarakat yang tinggal negara-negara di kawasan Timur Tengah, nama Ooredoo tentu sudah cukup familiar. Agresifitas operator yang dulu Qatar Telcom ini, dapat disejajarkan dengan ambisi pemerintah Qatar yang ingin agar negerinya tak kalah dengan tetangganya, Uni Emirat Arab (UEA) sebagai pusat peradaban baru dunia.
Dalam media trip bersama Indosat (26-29 Oktober 2015), saya berkesempatan bertemu langsung dengan Group CEO Ooredoo, Nasseer Marafih. Salah satu pertanyaan yang saja ajukan dalam diskusi terbatas adalah tentang perubahan nama dari Qatar Telecom menjadi Ooredoo. Nasseer menjelaskan, perubahan nama tidak sekedar menyangkut bisnis semata, namun hal itu menyangkut identitas dan budaya baru sehingga memiliki arti yang sangat strategis. Nama yang mudah diingat juga menjadi fondasi penting, khususnya dalam upaya mendorong perusahaan yang tak ingin sekedar menjadi network provider, namun juga pemimpin di bisnis digital yang di segani di tataran global.
Diakui oleh Nasseer, sejak re-branding yang dilakukan pada 2012, spirit grup perusahaan ini semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan philosophi yang ingin diraih oleh perusahaan. Arti nama Ooredoo dalam bahasa Arab, yang berarti “Saya Ingin” merepresentasikan bahwa keinginan pelanggan untuk menikmati beragam layanan telekomunikasi kelas dunia, kini dapat diwujudkan oleh Ooredoo.
Di sisi lain, pemilihan nama bersifat tunggal, juga sejalan dengan tren marketing yang menuntut perusahaan untuk lebih simple dalam menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak. Nama Qatar Telecom sebelumnya diakui terkesan berat, karena membawa embel-embel negara.
Operator-operator kelas dunia, saat ini memang tidak lagi mengusung nama negara. Tengok saja kiprah pemain seperti Vodafone, Orange, 02, Singtel, ZTE, atau Huawei. Mereka telah mendunia, salah satunya berkat pemilihan brand yang lebih simple dan praktis, sehingga mudah diingat oleh masyarakat di mana pun mereka beroperasi.
Seperti halnya, Singtel atau Axiata yang berbisnis di Indonesia lewat Telkomsel dan XL, Ooredoo juga merupakan grup telekomunikasi yang beroperasi di sejumlah kawasan, seperti Timur Tengah, Afrika Timur, dan Asia Tenggara. Selain di Qatar sendiri, saat ini terdapat 9 negara di mana Ooredoo menjalankan bisnisnya, yakni Kuwait, Oman, Aljazair, Tunisia, Irak, Palestina, Maldives, Myanmar, dan tentu saja Indonesia.
Nasseer menjelaskan, lewat anak perusahaannya, Indosat, Ooredoo ingin pelanggan dapat menikmati layanan telekomunikasi, khususnya data, dengan standar dunia, seperti yang menjadi objective grup perusahaan yang berbasis di Doha, ini.
Pasca rebranding, praktis nama Ooredoo selalu ada dalam setiap exposure Indosat, baik yang terkait dengan aktifitas bisnis maupun corporate relation. Alhasil, nama Ooredoo kini mulai lekat dengan masyarakat Indonesia. Suka atau tidak suka, kepemilikan mayoritas di Indosat yakni sebesar 65% setelah divestasi STT, Singapura pada 2006, membuat Ooredoo kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan industri selular di Tanah Air.
Di sisi lain, sebagai grup operator terkemuka, kiprah Ooredoo mulai diperhitungkan industri telekomunikasi dunia. Pada 2013, Ooredoo sukses merengkuh penghargaan sebagai “Best Mobile Operator of The Year”, di ajang World Communication Award. Agresifitas Ooredoo juga tercermin dari kinerja bisnis yang mengesankan. Tercatat pada 2014, perusahaan ini mampu meraih pendapatan 9,1 milyar dollar AS. Total pelanggan juga terus menggurita. Pada Juni 2015 sudah mencapai 114 juta, dan tentu saja Indosat sebagai kontributor terbesar, yakni 68,5 juta pelanggan.
Terkait dengan upaya Indosat yang menargetkan dapat leading di layanan data, Nasseer sangat mendukung upaya tersebut. Salah satunya dengan komitmen investasi milyaran dollar AS, terutama dalam hal modernisasi jaringan yang sudah digenjot sejak 2013, sehingga Indosat siap untuk menggelar layanan 4G.
Nasseer mengakui, Indosat memiliki peran strategis bukan saja karena jumlah pelanggan yang fantastis, namun juga kontribusi revenue terhadap grup Ooredoo yang terus meningkat, mencapai 21,6 % pada semester 1/2015. Dengan kontribusi yang sangat bagus, wajar jika Nasseer langsung menepis rencana divestasi yang kerap didengung-dengungkan banyak pihak.
“Investasi yang dilakukan Ooredoo di Indosat bersifat jangka panjang. Seperti halnya di negara-negara lain, kehadiran Ooredoo di Indonesia merupakan kesempatan bagi kami untuk berupaya meningkatkan kualitas masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi selular”, ujar Nasseer.
Alih-alih membicarakan divestasi, Nasseer rupanya lebih bersemangat membicarakan hal-hal strategis yang tengah dilakukan Indosat. Menurut pria berkaca mata ini, demi meningkatkan kenyamanan pelanggan Indosat khususnya dalam mengakses layanan data, Ooredoo Qatar dapat menjadi best practice yang menarik bagi implementasi 4G Indosat di Tanah Air. Pasalnya, teknologi 4G+ yang disediakan Ooredoo Qatar, membuat layanan mobile data dapat berlari tiga kali lebih cepat dibandingkan 3G.
“Dengan coverage yang mencakup seluruh wilayah Qatar, pelanggan dapat menikmati beragam layanan seperti video streaming, download album, video call, dan akses ke sosial media tanpa terputus dengan kecepatan hingga 225 Mbps”, ungkap Nasseer.
Sejak diperkenalkan beberapa waktu lalu, layanan LTE yang dikembangkan oleh Ooredoo telah menarik banyak pengguna. Tercatat hingga semester pertama 2015, total pelanggan layanan 4G dan 4G+ telah mencapai 3 juta. Dengan animo yang sangat tinggi, Ooredoo akan fokus mengembangkan layanan data karena hal ini sudah menjadi kebutuhan pengguna, sekaligus menjadi revenue stream bagi perusahaan di masa depan.
Produk yang dilabeli Ooredoo Supernet, akan terus diperluas hingga mencakup ke seluruh wilayah Qatar. Coverage ini juga didukung oleh pemanfaatan teknologi fixed fibre network yang menawarkan kecepatan dan kestabilan. Dalam uji jaringan sebelumnya, teknologi ini mampu menghasilkan kecepatan internet hingga 1 Gbps. Ooredoo pun bersiap menggelar layanan internet super cepat ini dalam waktu dekat.
Nasseer mengungkapkan, hingga Oktober 2015, Ooredoo telah membangun lebih dari 1.030 LTE sites di seluruh penjuru Qatar. Jumlah tersebut akan terus bertambah setiap bulannya. Pembangunan network yang massif, bertujuan menjadikan Qatar sebagai negara dengan akses internet terbaik di seluruh dunia.
Saat ini Ooredoo telah berhasil meng-upgrade sebanyak 544 sites outdoor menjadi 4G+. Begitu juga dengan 182 sites indoor menjadi 4G dan 4 sites menjadi 4G+. Jumlah itu mencakup area-area penting, seperti pusat perbelanjaan terkemuka, pusat bisnis, residential tower dan hotel, imbuh Nasseer bersemangat.