Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Netizen Seringkali Tidak Mengenali Potensi Ancaman Cyber Crime

BACA JUGA

Ilustrasi penggunaan internet mobile
Ilustrasi penggunaan internet mobile

Jakarta, Selular.ID – Keselamatan pengguna dalam lingkungan digital tergantung pada sejumlah faktor. Pertama, tergantung pada kemampuan pengguna untuk membuat keputusan yang tepat. Kebiasaan online pengguna dapat membantu melindungi identitas digital, uang serta data pribadi atau sebaliknya bisa menjadikan kesemuanya itu mangsa yang mudah bagi penjahat.

Menurut survei tahunan, Consumer Security Risks Survey 2015, pengguna Internet semakin merasa khawatir tentang ancaman cyber dan menyimpan lebih banyak lagi informasi pribadi pada perangkat mereka, tetapi ironisnya mereka juga tidak menjadi lebih berhati-hati. Misalnya, persentase responden yang bersedia untuk memasukkan data-data pribadi atau keuangan di website yang mereka tidak yakin keabsahannya mengalami sedikit peningkatan sejak 2014 – dari 30 persen menjadi 31 persen. Sementara itu, jumlah pengguna yang merasa yakin mereka tidak akan menjadi target serangan cyber melonjak dari 40 persen menjadi 46 persen.

Pada saat yang sama, pengguna internet seringkali tidak mengenali potensi ancaman ketika mereka berhadapan dengan salah satunya. Kaspersky Lab melakukan pengujian terhadap 18.000 orang di seluruh dunia, dengan menempatkan responden pada beberapa situasi berpotensi berbahaya yang terjadi secara teratur di Internet misalnya saja ketika mereka berselancar di Web, mengunduh file atau melihat situs jejaring sosial. Setiap skenario menawarkan beberapa pilihan jawaban. Berdasarkan pada akibat negatif yang mungkin terjadi, maka setiap jawaban diberikan skor – semakin aman pilihan pengguna, maka semakin tinggi skor yang didapatkan, dan sebaliknya.

Perwakilan dari 16 negara mencetak rata-rata 95 poin dari kemungkinan 150. Ini berarti mereka hanya memilih setengah pilihan aman pada situasi hipotetis; sementara di situasi yang tersisa mereka membuat dirinya berisiko terkena konsekuensi yang tidak menyenangkan misalnya saja seperti kebocoran informasi rahasia.

Selama pengujian hanya 24 persen responden saja yang mampu mengidentifikasi halaman web asli tanpa memilih halaman phishing (palsu). Sementara, 58 persen dari mereka yang disurvei hanya memilih situs phishing, yang memang dirancang untuk mencuri kredensial seseorang, tanpa memilih halaman asli.

Tes tersebut juga menemukan bahwa ketika menerima email mencurigakan, setiap pengguna kesepuluh akan membuka file terlampir tanpa memeriksanya terlebih dahulu – hal ini sama saja dengan meluncurkan program jahat secara manual dalam banyak kasus. Dan sisa 19 persen responden akan menonaktifkan solusi keamanan jika tiba-tiba mencoba untuk mencegah instalasi program karena bisa berbahaya.

“Ketika sedang offline kita selalu waspada, tetapi ketika menyangkut Internet biasanya naluri mempertahankan diri seringkali gagal. Spabila kita membuat kesalahan secara online maka biaya yang dikeluarkan bisa sama mahalnya. Itu sebabnya kami mendorong semua orang untuk berkembang bersama teknologi dan meningkatkan kemahiran maya mereka,” ungkap David Emm, Peneliti Keamanan Principal di Kaspersky Lab.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU